Kamis, 26 Maret 2015



Sebut Namaku Tiga Kali!
(Memahami Orang Lain dengan Menyebut Namanya)

"Setiap manusia, pastikan kecewa
bila kekasih yang s'lalu di hatinya
tak pernah lagi menyebut namanya"

Cuplikkan lagunya Vive Minutes memang ada benarnya. Misal orang tua Anda tidak pernah menyebut nama Anda, apa tidak kebangetan? Orang tua Anda punya anak 5, bilangnya 4. Anda terlupakan! Begitu juga dengan kawan Anda. Jangankan jarang menyebut, suka salah sebut saja bikin jengkel. Atau mungkin nama Anda sulit diucap/ditulis, makanya lebih baik kalau menegur: kamu, bro, atau heh!
Masalah sepele ini ternyata jadi perhatian para psikolog. Banyak buku yang menyebutkan bahwa memanggil nama lengkap dengan benar akan memberi dampak bagi lawan bicara. Ia merasa diapresiasi dan eksistsensinya diakui. Luar biasa bukan? (Itu kesimpulanku, dari buku pinjaman judulnya: Agar Siapa Saja Mau Melakukan Apa Saja Untuk Anda karangan David J.L :v ).
Saya akan mengurai berdasarkan pengalamanku aja ya? Tenyata penyebutan nama tak hanya berdampak untuk orang lain, juga terhadap kita sendiri. Sehingga baiknya bukan hanya maunya disebut(dihargai) tapi imbangilah. Bagusnya lagi kita bisa balas memberikan penghormatan lebih tinggi. Misalnya kalau disebut nama panggilan kita membalas nama lengkap J.

1.      Aku-Kamu
Sapaan yang populer, sudah akrab (SKSD: Sok Kenal Sok Dekat) tapi tidak tahu nama lawan bicara. Gak tau namanya? makanya kenalan! Kalau sudah kenalan, masih gitu ya belum "kenal". Kenalan bukan nama saja kan? Bukan tersurat sajakan? Berusaha alami memang penting, tapi tak banyak tahu hal-ikwal tentang kenalan kita bisa jadi kalau kita yang melupakan ya kita yang dilupakan.
Baiknya memang saling tanya, berusaha sedikit bertanya tetapi mendapatkan informasi banyak. Bagaimana caranya? Tanya apakah ia memiliki jejaring sosial. Bertanya informasi yang Anda butuhkan. Kemudian kembangkan menjadi jalan cerita misal tanyakan alasan mengapa informasi tentang hal tersebut tidak dituliskan. Berusaha buat dia banyak bercerita tentang dirinya. Ya lewat jalan cerita, Anda bisa memperhatikan gaya bicara, gaya memilih kata, gaya tulisan, ekspresi pengungkapan, bahasa tubuh, serta isi cerita.
 Saat ia bercerita berusaha tak menyelah, dan bertanya yang penting tetapi tanpa disadari Anda sedang mempelajari orang tersebut. Kemudian setelah perbincangan coba Anda telaah kembali apa yang Anda dapatkan, akan semakin banyak yang Anda gali. Makanya satu ucapan, satu gerakan, ekspresi bahkan hanya satu pandangan mata bisa dilihat dari berbagai sudut. Makanya kita perlu mengembangkan wawasan dengan banyak baca, terutama yang berkaitan dengan perilaku manusia.

2.      Nama Panggilan
Jika dia memanggil Anda dengan nama sapaan/panggilan, artinya ia menganggap Anda sebagai kawan. Misal Rep, atau Barep. Bud atau Budi, banyak contohnya. Tapi gini coba kita pakai kaidah emas, Anda jengkel jika orang serampangan menuulis atau sebut nama Anda. Begitu juga orang lain, so jangan asal ya soal panggilan. Apa lagi pakai olokan, wuiih!
Ada yang unik, jika Anda mengganti kata semua "kamu" dengan nama panggilannya, nama panjang untuk sapaan cukup besar dampaknya. Orang tersebut akan merasa sangat dihargai, dihormati dan diakui eksistensinya. Misal:
ü  "kamu lagi ngapa Sob?"
ü  "sudah makan belum kamu?"
ü  "kemarin aku lihat kamu..." dst.
Dari contoh di atas jika tetep demikian efeknya biasa saja, hanya teman biasa. Sulit jika hanya memanggil kamu terus, dan butuh setrategi yang baik. Misal tetap menjaga komunikasi. Sedang kalau ia memangil nama Anda, tetapi tak pernah bebalas kelamaan akan ketahuan juga dan bisa dituduh Anda tidak tulus. Bila kata "kamu" kita ganti dengan sapaan, misal namanya Bunga Laksmini bisa dipanggil Bunga, maka jadinya:

  • "Bunga lagi ngapain?"

  • "sudah makan belum Bunga?"
  • "kemarin aku lihat Bunga..." dst.

Kalau responya juga sama, sebut nama Anda maka akan semakin akrab. Jika biasa saja, maka gak terlalu besar responnya. Tapi jika tidak menyebut nama Anda dan justru mengganti kata aku dengan namanya, hati-hati Anda. Misal:
ü  "Bunga lagi makan, kalau kamu sob?"
ü  "Bunga belum makan kok!"
ü  "kemarin kamu lihat Bunga di mana? Bunga gak tahu kamu tuh"
Anda telah membuat ybs(yang bersangkutan) suka diperhatikan, tapi tidak terlalu peduli sama orang lain. Bisa jadi besar kepala, manja atau egois. Waspadalah! Sebab akan banyak tenaga dan pikiran Anda terbuang jika tidak membaca situasi ini.

3.      Nama Panjang
Bagi banyak orang mungkin Anda dapatkan biasa saja. Berbeda apabila Anda berhadapan dengan orang yang sudah sering menjadi korban salah tulis nama atau korban salah sebut nama(parahnya sering jadi korban salah sebut orang). Secara umum Anda menulis atau sebutannya benar maka responnya luar biasa. Beberapa panggilan yang sering membingungkan di antaranya:
ü  Muliya(biasanya salah), dengan Mulya.
ü  Tia dengan Tya.
ü  Dedi dg Dadi.
Jika Anda mampu memanggil nama panggilannya dengan baik, responya juga baik. Apa lagi sejak dari awal. Jika salah, jangan membebal dengan sering salah sebut. Ini akan membuat tak nyaman bila yang punya nama tak terima. Terlebih Anda mampu membedakan nama-nama yang mirip, dan wajahnya juga mirip sementara yang lain tak bisa. Wah akan memberi kesan positif. Misal Novi, Novia, Noviva, atau Novita. Maka pelajari dengan sungguh-sungguh perbedaannya sebelum menyebut. Kalau soal nama panjang Anda bisa memahaminya melalui absensi, kartu nama atau yang lain. Pelajari bila perlu mencatat dan tulis tanda pengingat. Baik kejadian, sifat atau yang lain. Misal: Novita Sari(Andeng-andeng di hidung). 

4.      Sapaan
Sapaan: Mas, Kak, Teman, Sob, Bro, Sis, Gan, Bog, Es, dan lain-lain akan beda maknanya dengan panggilan Cin, Yang atau lainnya. Kecuali jika sapaan “Cin” yang sundah jadi "zikiran" hanya akan jadi sapaan kosong sang penggoda. Tanggapan berbeda jika menyapa Mas/Kak dibalas dengan Mbak, Mas/Kak dibalas dengan Dik, atau sapaan Mas/Kak dibalas nama panggilan. Misal:
ü  “Mas Rendra, kamu lagi sibuk gak?” dijawab, “tidak Mbak, ada apa?” Artinya saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
ü  “Kak, kamu lagi sibuk tidak?” dijawab, ““tidak Dik, ada apa?” Artinya masih saling menghargai tapi bisa jadi kakak-adik jadi-jadian. Kalau biasa saja, bisa tetap baik, kalau salah satu ada yang berharap dan yang satunya tidak hanya menyesakkan dada.
ü   “Kak/Mas(Rendra), kamu lagi sibuk tidak?” dijawab, ““tidak, ada apa Ning(Nining)?” Bisa berarti yang satu menghargai, yang satu menganggap teman dan tak mau jadi kakak-adik jadi-jadian. Untuk membina hubungan serius bisa saja.
Beragam maknanya antar sapaan meski maknanya sama. Misal antara: Kak, Kakak, Mas, Uda, Abang, atau AA. Maknanya sama tetapi bisa beragam makna tergantung kultur, niat, dan rasa penghormatan. Apalagi dengan panggilan gaul: Cuy, Coy, Bro atau yang lain. Jelas berbeda. Orang yang suka memanggil Dik karena memang terpaut jauh usianya, ada yang karena suka, ada juga karena beda angkatan, bisa juga karena keanggkuhan dan merasa tinggi. Kompleksitas lain sapaan yang diiringi nama panggilan dengan yang tidak, maknanya juga berbeda. Misal:
ü  Kak Rendra dengan Kak/Mas (saja)
ü  Dik Asih dengan Dik
Penghormatan, dengan mengingat serta penyebutan nama yang benar memberi efek yang saling menguatkan. Semakin jauh jika dibandingkan dengan yang hanya aku-kamu, lo-gue. Sapaan dan penyebutan nama secara serangkai memberi dampak positif. Kalau keseringan dan kepada banyak orang ya kurang positif. Maka perlu pembedaan lagi, Dik, Neng, Ndok, atau yang lain bisa divareaisikan atau dibagi mana untuk yang umum mana untuk yang khusus. Penerimaan lawan bicara dengan sapaan tersebut juga berpengaruh.

5.      Degradasi Sapaan
Ini penting Anda pahami, bila semula sapaan kamu jadi Budi, Budi jadi Kakak, kakak jadi Ayang Budi tentu ada progresipitas. Kalau sebaliknya, nama Anda kian tidak disebut, ada dua: si dia segan atau justru kian melupakan Anda. Wew. Misa: Kak Rudi, jadi Kak saja(parahnya jadi Rudi), kemudian jadi Sob. Jika kemudian berhenti pada kata “Mas” saja bisa saja ia menjadi sungkan dengan Anda. Nah kalau jadi memanggil nama Anda atau Sob, artinya beralih dari memberi harapan sebagai kekasih dengan hanya sebagai kawan. Sedang kalau menjadi kamu, artinya Anda kian dilupakan. Kalau SMS juga berubah cuman menulis “u” sudah malas menyebut nama Anda. Kalau tidak sama sekali bahkan tak ada inisiatif menghubungi Anda jelas ia sudah melupakan Anda hanya menganggap sebagai kenalan biasa.
Juga Anda suka tanya kabarnya, tapi ia gak peduli kabar Anda. Bisa jadi, karena Anda suka asyik sendiri tanpa tanya kabar sudah akan Anda kabarkan, atau memang sudah tidak peduli. Ada yang lebih penting, coba perhatikan, apakah ia inisiatif calling Anda kalau ada kenpentingan saja sedang kalau gak ada kepentingan merasa gak perlu bahkan jarang menghubungi. Sakit!
Banyak tipe memang ada yang bisa diajak bicara tetapi gak bisa diajak komunikasi lewan ponsel atau dunia maya. Ada yang suka SMSan, teleponan tetapi saat bertemu mati kutu, kebanyakan tipe pemalu, penyendiri dan melankolis. Ada yang suka SMSan tetapi kalau ditelpon gak mau diangkat, ini jelas misterius. Kalau gak suka SMS tapi suka ditelpon jelas ini orang mau enaknya sendiri. Kalau modelnya mundur, dari sulit ditemui, menjadi sulit dihubungi, dari sering menghubungi menjadi jarang dihubungi. Kemudian parahnya mulai menghapus nomer Anda, bahkan mengganti nomer. Sudah jelas Anda dilupakan kalau merasa tak mengenal Anda walau sudah menyebut nama Anda. Sakitnya tuh di sini :’( :D

Oke, kesimpulannya respon yang kita lakukan entah ucapan atau perbuatan berasal dari dalam diri, bisa jadi cerminan siapa Anda. Apa yang kita utarakan akan memberi dampak kepada diri kita. Maka bertutur perlu kita perhatikan, menyebut nama orang lain dengan sapaan yang baik berarti kita menghargai orang tersebut. Orang yang menghargai orang lain layak mendapat kemuliaan. Sehingga jika Anda orang bersemangat, antusias, nyaman bagi orang lain, maka Anda harus membuat orang lain nyaman dan antusias. Ingin punya wibawa dan dimengerti pahami apa yang Anda ingin pada diri Anda bangun citra secara jujur dan bersiksp alami. Jika ingin dimengerti jadilah orang yang sabar memahami orang lain.
Hal lain yang patut jadi perhatian bahwa: semua yang ada di luar diri kita akan memberi dampak positif atau negatif. Jika kita ingin mendapat dampak positif, bukan hanya kepiawaan Anda mengambil manfaat, bukan hanya pandai memilah kawan, tapi berapa bermanfaatkah Anda untuk orang lain. Hal tersebut akan mempengaruhi harga diri Anda. Saat mendapati bahwa Anda tidak dihargai, dan dilecehkan mungkin Anda masih bisa bersabar dengan mencari kawan yang lain. Kesabaran sesungguhnya diuji saat memberi perhatian penuh tetapi sangat sedikit imbalan yang diperoleh. Sudah berbagai cara yang baik digunakan bahkan kadang-kadang melakukan cara salah, justeru saat kesalahan sedikit terjadi si dia marah dan menyakiti Anda. Sedangkan saat dia yang bersalah Anda mentoleransi.
Hingga ia makin lama makin berkurang perasaan kepadaa Anda. Semakin lama nama Anda semakin sayup. Bahkan sapaan pun semakin lama semakin menurun bobot nilainya. Anda semakin tak bernilai di mantanya, kemudian Anda mulai memaki. Semula hanya terpendam dalam hati, kelamaan terucap tanpa Anda sadari. Kemudian saat berkomunikasi langsung ataupun tidak Anda luapkan kekesalan selama ini dengan perkataan menyakitkan bahkan kadang kasar dan jorok. Jelas Anda sudah terbawa oleh keburukannya, kemudian perbuatan yang Anda lakukan mengurangi kemuliaan yang Anda peroleh. Maka jangan salah menggunakan kata kasar dan kata halus. Terlalu halus memperlakukan orang lain juga kurang bagus, bahasanya terlalu dimanja. Kalau terlalu keras juga kurang baik.
Berusaha mengatur perkataan, hindari kata kasar apa lagi kotor. Berusaha memperbaiki pandangan terhadap orang tersebut tanpa meninggalkan luka. Toh jika harus beranjak meninggalkannya sebenarnya bisa meninggalkan begitu saja. Kadang kita egois, rasa ingin membalas dan membunuh perasaan dengan membuat si dia kesal dengan Anda.
Semoga bermanfaat. Salam Ka(r)ya!
Diperbaiki pada 19 Maret 2015