Secara umum ada dua cara yang dapat ditempuh oleh organisasi dalam merekrut pegawainya. Yang pertama adalah merekrut yang belum berpengalaman (bisa fresh graduate atau pegawai dari sektor industry yang lain yang ingin lompat pagar). Yang kedua adalah merekrut pegawai kompetitor yang sudah berpengalaman. Kedua cara ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, organisasi biasanya mengkombinasikan kedua cara ini, agar diperoleh portfolio human capital yang optimal. Namun yang perlu mendapat perhatian yang seksama adalah ketika kita akan merekrut pegawai kompetitor. Karena kompetitor itu, dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu: (i) kategori I adalah kompetitor yang sudah berhasil kita kalahkan, yaitu kompetitor yang revenue, market share, dan brand equity nya sudah berada dibawah kita. Dengan kata lain kompetitor kategori I ini adalah kompetitor yang ada di klasemen papan bawah dan menengah; (ii) Kategori II adalah kompetitor yang masih sejajar dengan kita dan yang masih berada didepan kita, yaitu kompetitor yang masih tumbuh dan berlari cepat, sehingga revenue, market share dan brand equity nya masih belum berhasil kita lampaui. Ini adalah kompetitor yang ada di klasemen papan atas, setara dengan Manchester United di liga inggris, Barcelona di liga spanyol, Intermilan di liga itali, atau Persija di Negara kita (lain Persib euy… soalnya Persib mah belum meyakinkan)
Nah, dalam melakukan perekrutan pegawai kompetitor, jangan sekali-kali kita merekrut pegawai dari kompetitor yang sudah kita kalahkan dan sudah menjadi pecundang (kompetitor kategori I). Jika hal ini dilakukan maka tidak ada gunanya dan akan merugikan kita. Kalau kita berniat merekrut pegawai kompetitor, maka bajaklah pegawai terbaik dari kompetitor kita yang sedang tumbuh dan berlari cepat (Kompetitor kategori II). Jika pilihan ini dilakukan maka kita sudah bertindak secara strategis, karena kita akan memperoleh manfaat ganda. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
A. Merekrut Pegawai Kompetitor Yang Sudah Kita Kalahkan: Kita Rugi dan Kompetitor Untung (Double Negative Impact)
Jika organisasi kita melakukan hal ini, maka kita melakukan 2 kesalahan sekaligus, karena (i) kita merugikan diri sendiri, (ii) kita menguntungkan pesaing. Alasannya :
1. Kualitas dari organisasi tergantung dari orangnya, jika kompetitor sudah kita kalahkan berarti kualitas pegawainya buruk
2. Dari pegawai kompetitor pecundang, kita tidak mendapatkan apa-apa, selain hanya akan mengimpor budaya kerja dan nilai-nilai pecundang, yang akan menodai budaya kerja dan sistem nilai kita yang sudah terbukti dapat mengalahkan mereka
3. Kompetitor pecundang akan diuntungkan jika pegawainya direkrut oleh kita, karena mereka punya kesempatan baru untuk mendidik pegawai baru yang masih bekerja dengan penuh semangat, namun dengan gaji yang masih rendah. Jadi kompetitor memperoleh keuntungan; (i) dapat energi dan semangat menggebu-gebu dari pegawai baru; (ii) dapat melakukan efisiensi dari penghematan gaji pegawai baru.
4. Kita akan sangat mudah mendapat serangan balik dari kompetitor pecundang, karena mereka menjadi lebih mudah membaca kelemahan kita, akibat dalam elemen kepegawaian kita ada pegawai ex kompetitor pecundang. Ini membuat kompetitor pecundang berpeluang untuk memenangkan persaingan.
5. Kompetitor yang masih berada di depan kita, akan makin percaya diri (pede aja lagi…), bahwa kita tidak akan mampu mengejarnya. Karena mereka tahu persis bahwa sebagian pegawai kita adalah pegawai ece-ece dari kompetitor papan bawah atau papan menengah yang kualitasnya, sekualitas beras raskin.
B. Merekrut Pegawai Kompetitor Yang Sedang Tumbuh & Berlari Cepat : Kita Untung dan Kompetitor Rugi (Double Positive Impact)
Jika organisasi kita melakukan hal ini, maka kita mendapatkan 2 manfaat kesalahan sekaligus, karena (i) kita memenguntungkan diri sendiri, (ii) kita merugikan kompetitor. Alasannya :
1. Kompetitor yang tumbuh dan berlari cepat berarti didukung oleh pegawai yang baik, jadi layak direkrut, bahkan di bajak
2. Dari pegawai kompetitor papan atas, kita akan memperoleh gambaran mengenai strategi, system, dan kekuatan kompetitor dalam perjalanannya menjadi organisasi unggul. Selain itu, kita juga dapat mengadaptasi budaya kerja dan nilai-nilai kompetitor yang memang dianggap baik
3. Kompetitor papan atas, akan dirugikan kalau pegawai terbaiknya kita bajak. Percepatan gerakan dan kinerja kompetitor papan atas berpeluang untuk menurun dan keseimbangan organisasinya menjadi oleng. Ini merupakan peluang kita untuk menyalip mereka, kalau organisasi kita mampu mengoptimalkan kinerjanya
4. Jarak kita dengan kompetitor papan bawah dan menengah akan semakin jauh, sedangkan jarak kita dengan competitor terdepan akan semakin dekat. Hal ini jelas akan merubah peta persaingan dan posisi kita dalam industri
5. Kalau kualitas pegawai menjadi mirip atau semakin sama dengan competitor papan atas, maka kompetitor yang ada didepan kita akan makin grogi menghadapi strategi dan maneuver yang dilakukan oleh organisasi kita
Jadi saran saya, kalau ada mantan pegawai kompetitor pecundang yang sudah anda kalahkan, melamar ke organisasi anda, tindakan yang tepat adalah harus ditolak mentah-mentah………. Kalau kita mau menang, kita harus merekrut pegawai dari organisasi yang sekelas Manchester United, Barcelona, atau Intermilan…… di sektor industrinya masing-masing……… kalau bisa dapet pegawai sekelas Libron (L23) kaya di NBA……..ya nggak?
Written By : DR Yudi Pramudiana di http://yudipram.wordpress.com
Judul Asli : Merekrut Pegawai Kompetitor
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Tips%20Memenangkan%20Persaingan%20Bisnis%20:%20Merekrut%20Pegawai%20Kompetitor&&nomorurut_artikel=297