Peserta didik dalam masa remaja, sebagai bagian anggota masyarakat memiliki kebutuhan, minat, serta permasalahan yang dihadapi antara remaja yang satu dengan yang lain terdapat karakteristik yang berbeda. Namun seringkali pendidik melakukan penyamarataan kepada peserta didik. Peserta dididik selaku remaja dipaksa untuk mengikuti kebutuhan dan "teradisi" Pendidik. Peserta didik juga seringkali dipaksa untuk menjadi seperti peserta didik lain yang dianggap baik oleh pendidik.
Perkembangan remaja dapat terhambat bila terjadi penekanan untuk tampil sempurna dan mendapatkan hasil sempurna, seperti keharusan mendapatkan nilai tertinggi. Sementara mereka memiliki bakat yang lain dari yang dituntut pendidik. Sikap pemaksaan tersebut dapat memunculkan sikap memberotak dari peserta didik. Pemberotakan yang dilakukan remaja dapat diminimalisir bila sentralisasi percontohan kepribadiaan didelegasikan kepada karakter masing-masing remaja.
Selama itu pola lama yang menjadikan peserta didik yang paling pintar dijadikan poros tebaik, akan berakibat remaja yang jauh dari lintasan karakter tersebut tidak mampu mengimbangi.
Sepatutnya pendidik menyadari remaja sebagai individu berkedudukan sebagai pribadi yang utuh, tunggal dan khas. Individu sebagai subjek yang merupakan kesatuan psiko-fisik dengan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan.Kemandirian menurut Sutari Imam Barnadib (1982) meliputi "perilaku mampu bernisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mampunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain". Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Kartini dan Dali (1987) yang mengatakan bahwa kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Sehingga remaja yang mandiri memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya. Sepatutnya mereka mampu mengambil inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Ketika disekolah mereka memiliki kepercayaan diri dan tanggung jawab terhadap tugas dari kerjakan.
Idiealnya memang seperti itu, remaja ingin bebas dari orang dewasa yang terlalu mencampuri kegiatan mereka. Namun masih ada yang tidak tepat menyikapi perilaku mereka, padahal tuntutan mereka untuk mandiri jika tidak disikapi secara tepat dapat menimbulkan dampak bagi perkembangan psikologi remaja.
Saat ini kita dapati masih banyak orang tua yang memaksakan kehendak dalam memaksakan jurusan yang tidak diminati anak mereka, akibatnya ketika belajar motivasi untuk berprestasi menurun.
Ada pula yang memiliki hobi bermusik, berolah raga, melukis, dan menari, disikapi secara negatif oleh sebagian orang tua bahkan guru dengan anggapan tidak penting bakat mereka di masa depan, karena persaingan semakin ketat. Mereka beranggapan profesi doketer, polisi, guru bahasa inggris, dan guru matematika lebih menjanjikan.
Cara seperti ini tidak elegan banyak anak yang menjadi pemberontak dan hidup tidak teratur. Selayaknya bila orang tua memiliki prediksi tersendiri katakanlah "hobi kamu bagus, namun dimasa depan kamu tidak hanya memerlukan satu keahlian, ingat persaingan semakin ketat, kamu perlu mengembangkan bakat-bakat yang ada didalam dirimu. Ingat bapak akan memfasilitasi hobi kamu, namun kamu harus bisa membagi waktu sekolah dengan kegemaranmu, lihat banyak dokter sekaligus artis yang sukses, seperti tompi dan lula kamal, namun mereka tau mana yang jadi prioritas"
Sepatutnya sikap profesionalisme perlu dikembkan sejak dini, orang tua tidak sepatutnya egois bila ternyata anak memilih jurusan yang tidak diinginkan orang tua justru orang tua perlu mendukung.
Apalagi saat ini peluang semakin besar, di UM Metro saja ada anak IPS yang masuk Jurusan MIPA, anak dari IPA dan Otomotif masuk Pendidikan Ekonomi. Ada pula yang dari IPS masuk AKBID dan yang IPA masuk FISIPOL.
Disatu sisi positif, karena remaja semakin bebas menentukan apa yang di inginkan. Namun di sisi lain mereka memulai dari nol, banyak ilmu yang mereka dapat dari SMA leyap, apa lagi yang dari MIPA bila masuk IPS bila ditanya rumus rumus fisika dan Kimia kebanyakan sudah lupa. Sementara yang IPS masuk MIPA mengalami sok, bila tidak kuat mereka akan stagnasi.
Setiap progam studi tentunya memiliki tantangan dan persaingan tersendiri. Penduduk semakin banyak dan kepedulian terhadap pendidikan juga semakin besar. Kompetisi disetiap prodi ada, karena hampir tidak ada prodi yang sepi peminat, siapa yang kuat bertahan mengembangkan ilmu dia yang menang.
Perlu diingat bagi orang tua, memiliki bakat namun tidak memiliki minat terhadap jurusan bila dipaksakan akan berakibat pada menurunnya motivasi untuk berkembang. Adapula memiliki keinginan kuat terhadap suatu jurusan namun tidak disertai dengan bakat dan kemampuan akan menyebabkan kesulitan dalam beradaptasi. Sementara memiliki bakat dan jurusan yang di inginkan tanpa restu orang tua akan memunculkan hambatan tak terduga bagi remaja. Jadi kemampuan, kemauan dan restu, sepatutnya selaras, tinggal si anak untuk berusaha dengan sungguh-sungguh dan berdoa sepanjang perjuangan.
Adapun aspek kemandiriaan yang perlu di perhatikan orang tua, Robert Havighurst (1972) mengungkapkan beberapa aspek kemandirian yaitu:
a. Emosi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.
b. Ekonomi, aspek ini divjukan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.
c. Intelektual, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang di hadapi.
d. Sosial, aspek ini ditunjukan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergangtung atau menunggu aksi dari orang lain.
Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secala kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehinga individu akan mampu berpikir dan bertindak secara independen. Dengan kemandriian remaja dapat memlih jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih mantap.
A. Proses Perkembangan Kenandirian
kemandirian dapat tumbuh sesuai kondisi remaja bila dilakukan pelatihan sedinimungkin secara terus menenerus. Latihan tersebut dapat dilakukan berupa pemberian tugas tanpa bantuan yang sesuai perkembangan. Orangtua hanya mengoreksi dan anak memperbaikinya. Remaja juga perlu diberikan ruang dalam memilih jurusan.
Orang tua juga perlu mendengarkan argumentasi yang disampaikan remaja sehubungan dengan kuputusanya. Orang tua juga mengawasi untuk memastikan bahwa latihan tersebut benar-benar efektif. Dengan demikian tumbuhnya usia di iringi kemampuan remaja untuk berfikir objektif, tidak mudah dipengaruhi, berani mengambil keputusan, tumbuh rasa percaya diri, tidak tergantung kepada orang lain. Dan dengan demikian kemandirian akan berkembang dengan baik.
B. Bagaimana Guru Menyikapi
Untuk menyikapi remaja yang sedang mengalami perkembangan, ada empat tahapan yang perlu pendididik lakukan. Adapun tahapan tersebut saling berkaitan. Tahapan tersebut adalah :
1. Komunikasi. Komunikasi merupakan pencegahan terhadap hal-hal yang tidak di inginkan, tentusaja kedua belah pihak harus mau saling mendengarkan pandangan satu dengan yang lain. Dengan melakukan komunikasi pendidik dapat mengetahui kerangka pikir anak, dan sebaliknya anak mengetahui apa yang diingikan ortua. Komunikasi tidak harus dengan cara formal namun dengan komunikasi yang santai sehingga anak mau membuka diri.
2. Kesempatan. Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil dan membuktikannya. Biarkan mereka mengatasi keperluan dan masalah mereka sendiri. Pendidik hanya bertindak sebagai pengamat dan hanya boleh melakukan intervensi jika tindaka remaja dapat membahayakan dirinya dan orang lain.
3. Tanggung jawab. Sikap bertanggung jawab perlu ditanamkan kepada peserta didik. Segala perilaku kenakalan sebisa mungkin anak yang menanggung. Bila pelaporan terhadap orang tua membuat mereka jera, lakukan. Namun orang tua juga perlu memberi ketegasan agar anak tidak mengulangi lagi kenakalanya.
4. Kosistensi. Pendidik perlu menanamkan sikap disiplin dan nilai-nilai kepada peserta didik secara terus menerur agar peserta didik dapat mengembangkan kemandirian dan berfikir secara dewasa. Pendidik maupun orangtua yang konsisten akan memudahkan remaja dalam membuat rencana hidupnya dan dapat memilih berbagai alternatif karena segala sesuatu sudah dapat diramalkan.
C. Permasalahan Perkembangan jika Kebutuhan mandiri tidak terpenuhi
Beberapa masalah yang dihadapi remaja sehubungan tidak terpenuhuhi kebutuhan mereka dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kegagalan dalam mengatasi ketidak puasan remaja dapat mengakibatkan menurunya harga diri dan dapat menjadikan remaja bersikap agresif atau sebaliknya minder dan pendiam.
2. Dalam memasuki kehidupan bermasyarakat, remaja yang terlalu mendambakan kemandrian kebanyakan akan menghadapi permasalah penyesuaian emosional, seperti perilaku yang dianggap lancang atau sikap berlebihan. 3. Norma dan nilai yang berlaku di dalam masyarakat merupakan masalah tersendiri bagi remaja, sedangkan di pihak remaja merasa memiliki ninai dan norma sendiri. Perbedaan ini sering menimbulkan perilaku yang menyebabkan remaja dikatakan "anak nakal".
Blair dan Stewar (dalam Elidas Prayitno; 2006) mengemukakakan bahwa siswa remaja yang kebutuhan-kebutuhan tidak terpenuhi dapat melakukan tingkah laku mempertahankan diri seperti tingkah laku agresif, kompensasi, identifikasi, rasioalisme, proyeksi, pembentukan reaksi, egosentris, menarik diri, dan gangguan pertumbuhan fisik.
Kebutuhan Remaja Akan Kesehatan
Kesehatan merupakan suatu hal yang pokok bagi setiap remaja dalam menjalani aktifitasnya, akan tetapi kebanyakan remaja sering melupakan kebutuhan kesehatannya. Biasanya kalau jatuh sakit baru menyadarinya. Dalam keseharian sebenarnya asupan makanan dan minuman yang menjadi nutrisi untuk tubuh remaja harus menjadi perhatian, baik remaja sendiri maupun orang tua mereka. Kalau kita mengkonsumsi makanan yang baik, bergizi, dan halal, tentu saja akan meningkatkan stamina tubuh. Pemahaman seperti itu perlu ditekankan kepada para remaja agar kesehatjn mereka akan selalu terjaga.
Akan tetapi, makanan yang menyehatkan belum tentu cocok dengan selera remaja. Ada yang tidak suka sayuran, seperti wotel padahal baik untuk kesehatan mata, ada yang tidak suka minum susu, dan lain-lain. Dalam hal ini dibvuhkan kesadaran yang tinggi agar dapat menyesuaikan pola makan secara benar dan sesuai selera. Misal dengan pengolahan, atau bahan penggati. Seperti susu di olah menjadi kue atau di ganti dengan susu kedelai.
Banyak juga remaja yang tidak suka garam, padahal cukup berbahaya dan berakibat godok. Atau berlebihan mengonsumsi asinan yang berdampak darah tinggi pada usia dewasa. Ada pula yang tidak suka sarapan yang menyebabkan sakit mage atau ada pula yang sarapan belebihan akibatnya saat pelajaran mengantuk. Tekankan bahwa diri perlu dinafkahi, tubuh selalu membutuhkan makanan untuk diolah menjadi energi, namun bila berlebihan dapat berakibat tidak bagus pula.
Karena badan perlu keseimbangan. Epat sehat lima sempurna merupakan makanan yang mengandung gizi seimbang. Untuk memperoleh tubuh yang seha diperlukan nutrisi yang seimbang, oleh karena itu supaya organ tubuh dapat berfungsi secara teratur dengan baik. Diantaranya menjaga beqat badan agar seimban dengan pola makan yang bear supaya kesehatan terjaga daripenyakit.
Pengaruh makanana sangat pentin dalam menjaga kesehatan, baik dalam pertumbuhan badan maupun perkembangan jiwa. Remaja harus sering latihan memilih makanan yang baik dan bermafaat bagi kesehatan. Sehingga mereka tidak perlu mencoba barang terlarang untuk remaja seperti rokok, minuman keras atau obat-obatan terlarang.
Perlu diberi pemahaman kepada remaja bahwa kegemaran berpikir tentang diri sendiri serta bertindak untuk mendahulukan kepentingan pribadi dari pada kepentingan banyak orang, pikiran dan tindakan ini bukanlah cara untuk mencintai diri sendiri. Namun sesungguhnya remaja sedang merasa kasihan terhadap diri mereka. Dengan kata lain mereka sedang mengekspresikan ketidak puasan terhadap diri mereka sendiri. Masalah tersebut muncul karena remaja merasa kurang dan tidak pernah merasa puas.
Remaja yang mengalami ketidak cukupan hati senantiasa merasa tidak tentran. Mereka bisa melakukan tindakan yang sesungguhnya dapat merusak citra diri sendiri tetapi tidak pernah disadari. Seperti kemarahan yang tiba-tiba meledak, tidak menghormati orang tua dan guru, tidak memiliki ketulusan dalam membantuteman dengan mengungkit kebaikan dan sebagainya. Inilah yang sebenarnya merendahkan harga diri.
Menhormati diri sendiri tidak sama dengan keegoisan yang mementingkan diri sendiri secara berlebihan. Namun perlu ditekankan bila remaja ingin mengiormati diri sendiri harus memiliki kasih, dimana kasih harus di ekpsreikan keluar dalam bentuk memberi, memafkan, dan toleransi.
1. Memberi
Memberi dapat diwujudkan dengan beramal terhadap yayasan, atau berbagi makanan terhadap teman. Dengan memberi terhadap orang lain membuat batin tenang, dan pada hakikatnya memberi terhadap diri sendiri.
Selain itu memperlakukan semua orang dengan hormat dan baik termasuk sika mental memberi. Orientasinya adalah bila ingin di hormati terlebih dahulu menghormati, namun bukan berarti meminta apa yang telah kita beri, biarkan semua mengalir, sehingga batin tetap tenang.
Memberi tidak harus hal yang luar biasa, dapat disesuaikan kemampuan yang sudah kita miliki. Memberi bukan transaksi namun memberi sebagai kontribusi remaja terhadap masyarakat deng penuh iklas.
2. memafkan
Segera mungkin miminta maaf bila memiliki kesalahan. Orang yang murah hati segera mungkin meminta maaf walau orang lain yang salah. Itulah tantanganya menghapuskan rasa dendam. Segera mungkin selesaikan masalah, bukan mengupat, menjelekan lawan, menhakimi dan menyalahkan, dan berhentilah untuk saling membenci. Terserah dia tidak memaafkan namun kita patut berusaha. Kalau remaja merasa orang lain berharga, akan rela untuk memaafkan. Artinya remaja sudah mengembangkan citra diri yang positif.
3. Toleransi
Bertoleransi artinya menerima kehadiran teman sebaya, menhormati serta menghargai. Sebagai manusia tentu perlu memandang orang lain dari sudut kesetaraan bukan perbedaan. Masalah perlikaku adalah urusan dia dengan Tuhanya. Remaja yang baik tentu remaja yang bisa berbaur dan menyisipkan nilai-nilai kebaikan kepada sesama. Bukan terwarnai namun mampu memberi warna.
Barep Pangestu : olahan dari berbagai sumber