Kamis, 30 Juni 2011

Kashmir, Surga Dunia yang Membara
Posted by admin
KASHMIR adalah sebuah wilayah di utara sub-benua India. Wilayah ini Kashmir pernah disebut sebagai “surga dunia” (paradise on earth) karena keindahan alam dan kesuburan tanahnya.

Istilah Kashmir secara sejarah digambarkan sebagai sebuah lembah di selatan dari ujung paling barat barisan pegunungan Himalaya. Secara politik, istilah Kashmir dijelaskan sebagai wilayah yang lebih besar yang termasuk wilayah Jammu, Kashmir, dan Ladakh.

“Vale of Kashmir” utama relatif rendah dan sangat subur, dikelilingi oleh gunung yang luar biasa dan dialiri oleh banyak aliran dari lembah-lembah. Dia dikenal sebagai suatu tempat paling indah spektakuler di dunia.

Srinagar, ibu kota kuno, terletak di dekat Danau Dal, dan terkenal karena kanal dan rumah perahunya. Srinagar (ketinggian 1.600 m atau 5.200 kaki) berlaku sebagai ibu kota musim panas bagi banyak penakluk asing yang mendapatkan panas di utara India. Tepat di luar kota terdapat taman Shalimar yang indah dibuat oleh Jehangir, kaisar Mughal, pada 1619.

Wilayah ini terbagi oleh tiga negara: Pakistan mengontrol barat laut, India mengontrol tengah dan bagian selatan Jammu dan Kashmir, dan Republik Rakyat China menguasai timur laut (Aksai Chin). Meskipun wilayah ini dalam prakteknya diatur oleh ketiga negara tersebut, India tidak pernah mengakui secara resmi wilayah yang diakui oleh Pakistan dan China.

Pakistan memandang seluruh wilayah Kashmir sebagai wilayah yang dipertentangkan, dan tidak menganggap klaim India atas wilayah ini. Sebuah pilihan yang disukai banyak orang Kashmir adalah kemerdekaan, namun baik Pakistan dan India menentang hal ini.

Kashmir merupakan salah satu wilayah rebutan terkenal di dunia, dan kebanyakan peta buatan Barat menggambarkan wilayah ini dengan garis bertitik untuk menandai batasan yang tidak pasti.

Jammu dan Kashmir adalah sebuah negara bagian di India bagian utara. Jammu dan Kashmir berbatasan dengan Himachal Pradesh di selatan, Republik Rakyat Tiongkok di utara dan timur, dan Pakistan di barat. Sebagian besar penduduknya beragama Islam. Negara bagian ini terdiri dari tiga wilayah: Jammu, Ladakh, dan Kashmir.

Potret Muslim Menderita
Muslim Kashmir Kashmir adalah potret Muslim minoritas yang tertindas. Mereka terus menderita dalam penindasan India sekaligus korban ketidakpedulian kaum muslim dunia.

Sejak tahun 1947, saat India merdeka dari penjajagan Inggris lalu terbagi dua negara menjadi dua negara baru –India dan Pakistan, “surga” itu tiada lagi. Yang ada justru sebuah lembah penuh darah dan noda-noda pertikaian yang tak kunjung henti. Ratusan jiwa Muslim Kashmir melayang.

Darah dan air mata menetes nyaris setiap hari. Sejak tahun 1947, India dan Pakistan sama-sama mengklaim sebagai yang paling berhak atas daerah ini. Pakistan memiliki kedekatan ideologis dengan penduduk Kashmir yang mayoritas Muslim. Namun India tetap bersikukuh bahwa daerah subur tersebut adalah miliknya.

Muslimin Kashmir sendiri condong bergabung dengan Pakistan karena sama-sama Muslim, atau bahkan menjadi negara sendiri. Berbagai kelompok pejuang kemerdekaan muncul di Kashmir untuk mengusir tentara pendudukan India. Hingga kini pertempuran sporadis –plus aksi-aksi penculikan, penyanderaan, pembunuhan, penangkapan, dan pengeboman– masih terjadi antara pejuang Kashmir dan pasukan India.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) berusaha mencarikan solusi.

Berkali-kali Dewan Keamanan PBB mengeluaran resolusi — No. 47 (Tahun 1948), No. 51 (1948), No. 80 (1950), No. 91 (1951)– yang pada intinya mendukung rakyat Kashmir untuk menentukan nasibnya sendiri dengan menggelar plebisit/referendum. Namun, India tidak peduli, bahkan menolak setiap campur tangan asing, dengan dalih Kashmir dalam masalah internal India.

Pakistan menyatakan dukungan moral bagi perjuangan Muslim Kashmir. Namun India menuduh Pakistan lebih dari sekadar memberi dukungan moral, namun juga dana, persenjataan, dan pelatihan militer bagi pejuang-pejuang Kashmir. Setidaknya, tercatat tiga kali pertempuran besar antara India dan Pakistan melanda Kashmir –tahun 1947, 1965, dan 1971.

Pendudukan India
Sejarah penguasaan Kashmir oleh India adalah sejarah penjajahan. Ketika India dan Pakistan merdeka dari Inggris tahun 1947, Kashmir tidak termasuk wilayah India ataupun Pakistan. Kashmir menjadi wilayah tersendiri karena memang sejarahnya juga demikian –sebuah wilayah merdeka.

Tahun 1846, Kashmir dijual penguasanya, Sikh Ranjit Singh, kepada Maharaja Ghulab Singh dari Jammu seharga 7.5 juta Rupee (sekitar US$ 166) di bawah Perjanjian Amritsar.

Pada masa pembagian wilayah antara India dan Pakistan tahun 1947, Kashmir merupakan salah satu dari 560 Princely States –daerah di bawah wewenang langsung penjajah Inggris. Hukum yang berlaku saat itu memberikan kebebasan kepada penduduk Kashmir untuk bergabung dengan India atau Pakistan, atau tetap berdiri sendiri.

Tanggal 19 Juli 1947 penduduk Muslim menyatakan keputusan resmi: tidak bergabung dengan negara mana pun alias tetap berdiri sendiri. Namun, penguasa Kashmir saat itu, Maharajah Hari Singh, merasa berkeberatan, dan menggabungkan Kashmir ke dalam India berdasarkan “Perjanjian Asesi” tanggal 26 Oktober 1947.

Perjanjian Asesi itulah yang hingga kini menjadi sumber utama perselisihan antara India dan Pakistan yang mempersoalkan keabsahan perjanjian itu, apalagi India tidak pernah mengadakan referendum seperti yang direncanakan oleh Gubernur Jenderal India, Lord Mountbatten, tanggal 27 Oktober 1947. Bahkan, ketika PBB berkali-kali mengeluarkan resolusi tentang hak menentukan nasib sendiri bagi Kashmir, India pun bergeming.

Berbagai aksi perlawanan muncul dan kian menguat dari tahun ke tahun. India terus menambah jumlah pasukan pendudukannya hingga mencapai lebih dari 500 ribu tentara. Tahun 1987 muncul Front Muslim Bersatu. Pada akhir tahun itu juga muncul berbagai kelompok pejuang kemerdekaan Kashmir dan kelompok pro-Pakistan, antara lain Hizbul-Mujahideen (pro-Pakistan), Front Pembebasan Jammu-Kashmir (JKLF, Jammu-Kashmir Liberation Front), dan Kongres Hurriyat (Kemerdekaan) yang menempuh jalan damai untuk mengakhiri keberadaan India di Kashmir.

Segala cara dilakukan India untuk meredam hasrat kemerdekaan dan perlawanan Muslim Kashmir. Selain bahasa kekerasan melalui operasi militer, pemberlakuan jam malam, penculikan, eksekusi, bahkan pemerkosaan, India juga menerapkan strategi khusus. India melakukan studi komparasi ke Spanyol dengan mengirimkan seorang pakar untuk mengkaji strategi kaum Kristen dalam memusnahkan Islam dan kaum Muslimin di sana. Juga dilakukan pengkajian strategi bekas Uni Soviet dalam memusnahkan Islam di Asia Tengah.

Penindasan yang dilakukan India kian menguatkan semangat Muslim Kashmir untuk merdeka. Sosiolog Pakistan, Akbar S. Ahmed (1993), melukiskan kondisi mengenaskan Kashmir sebagai berikut:
“Kashmir benar-benar diabaikan India. Tidak mempunyai unit industri besar. Kultur dan bahasa Kashmir dibiarkan merana. Hampir tidak pernah ada pemilu yang bebas dan adil. Janji-jani plebisit telah dilupakan. Peluru dan tongkat komando terlalu sering digunakan pasukan India. Cerita-cerita tentang penganiayaan dan pemerkosaan terlalu biasa terdengar. Seorang pria bokongnya dilubangi dengan bor listrik selama diinterogasi polisi paramiliter. Seorang pria lagi dilemparkan ke bak mandi yang airnya dialiri aliran listrik. Dan ada lagi yang kemaluannya dipotong dengan pisau”. Wallahu a’lam. (ASM. Romli).*
sumber;
http://zonaislam.net/?p=3443

0 komentar :

Posting Komentar