Sudah sering dan banyak yang membahas tentang tahun baru
masehi. Sekadar untuk ingat-mengingatkan dalam kebaikan semoga tulisan ini dapat
diambil hikmahnya. Perayaan tahun baru dengan dalil dan dalih apapun
tidak dapat dibenarkan, baik secara subtabtif maupun normatif. Apa saja alasannya? Mari kita urai.
1. Penamaan Penanggalan Masehi
Masehi
memiliki padanan makna Mesias atau pengikut Mesias. Mesias dalam bahasa
arab disebut Almasih. Sedang dalam konteks ini berarti tahun baru umat Nasrani atau Kristiani. Sebagian dari kita menolak pengkhususan ini--bahwa tahun baru masehi itu tahun baru umat Narani--dengan beralasan
bahwa penanggalan masehi sudah menjadi penanggalan internasional dan
nabi Isa katanya juga nabinya umat Islam.
2. Dalil Penghitungan 1 Masehi
Konon katanya 1 masehi itu awal kelahiran Nabi Isa Al Masih. Dari sini
saja menimbulkan perdebatan, katanya 25 Desember merupakan perayaan
kelahiran Yesus(yang diyakini sebagai Anak Tuhan oleh kaum Nasrani saat
ini) namun tahun Masehi dimulai dari tanggal 1 Januari. Sebagaimana kita tahu penanggalan hijiriyah dari 1 Muharram saat pertama
kali Nabi hijrah dari mekah ke Madinah. Fakta ini membuat internal Nasrani ada yang merayakan natal justru pada tanggal satu bukan 25
desember. Pertanyaannya benarkan 1 Masehi awal kelahiran Isa Almasih?
3. Sejarah yang Berbicara
Sejarawan sendiri berpendapat bahwa Nabi Isa As dilahgirkan pada
tanggal 4-5 Masehi. Bahkan ada yang berpendapat 7 M. Lantas titik tolak
penanggalan 1 Masehi didasarkan pada apa? Ini menjadi pertanyaan. Apakah
ada kesalahan hitung atau yang lain?
4. Keakuratan Penanggalan
Masyarakat awam menilai bahwa lebih mudah menggunakan penanggalan
masehi atau syamsiah tetapi lain halnya bagi kalangan sainstis terutama
dalam ilmu astronomi. Dalam beberapa kurun waktu penaggalan masehi
semestinya terdapat koreksi untuk disesuaikan dengan peredaran matahari
tetapi saat ini belum ada lagi koreksi. Sehingga esok dikatakan tahun
baru 2015 sebenarnya masih pada tahun 2014. Maka bisa saja yang kita kira ribet penagnggalan Hijriah, Saka, dan Imlek sebenarnya lebih akurat.
5. Pemilihan Januari
Kalau menilik riwayat penggunan tatangal masehi awalnya bukan bulan Januari. Semua bulan Maret, dari markurius, saat itu penamaan bulan berdasarkan
nama pelanet. Kemudia perubahan Januari sebagai awal bulan, yang
berasaskan nama seorang dewa penjaga gerbang(Janus).
6. Perayaan Kaum Hedonis
Tahun baru identik dengan kesukacitaan dan kegembiraan. Makan bersama,
pacaran bersama, bahkan hingga hura-huran(yang kadang menimbulkan huru-hara) dan yang terburuk seks bebas(melepas keperawanan atu keperjakaan sebelum menikah). Pendapat ini
jelas banyak yang menentang karena beranggapan saya masih jomblo atau
dulu saya dan keluarga saya pernah ikut serta merayakan. Ini jika kita
berbicara dengan emosional. Coba kita lihat dengan kaca mata keimanan,
maka banyak malam tahun baru dihabiskan dengan bergadang yang tak syari
bukan bershalat tahajut. Mengbuang-buang biaya, berbeda dengan asas
perayaan dalam Islam dengan memberi jakat fitrah saat Idul Fitri,
membagi daging kurban saat Idul Adha. Sedang sikap menggembirakan
kelurga, justeru pada hari Asyura(9-10 Muharam). Hal ini juga diiringi
dengan berpuasa selama dua hari dan beribadah. Bukan untuk hura-hura dan
memamerkan kemewahan.
7. Tak Ada Perayaan Syari
Ada yang
beranggapan bahwa tahun baru patut dirayakan dengan cara-cara yang lebih
beradab misal perenungan dan muhasabah. Bahkan diadakan istighosah
bersama. Kalau untuk muhasabah selayaknya setiap hari kita bermusabah,
sedang untuk melakukan amalan agama harus menggunakan tuntuntanan agama.
Terlebih dalam pengkhususan waktu dan tempat. Tambah aneh lagi saat puncak perayaan tahun baru biasanya terlihat hadirnya tokoh lintas agama untuk pembukaan acara yang sarat akan hura-hura.
Anehnya kita
belum mampu memahami tahun baru hijriah yang bertepatan dengan bulan
muharam(bulan Suro kata orang jawa yang berarti As-Syura), hendak "
memasehikan" bulan hijriah layaknya bulan Januari. Misal seoramg ustad
mengusulkan menyalakan kembang api saat tahun baru hijriah biar meriah
kayak tahun baru Masehi. Jelas kembang api perbuatan pembakaran duit,
apa mau menghadirkan bencana saat tahu baru islam? Nauzubillah.
KESIMPULAN
Keajekan kalender ini belum menemui kata falid. Jika dilandaskan
sebagai perayaan tentu sebagai perayaan apa? kelahiran anak tuhan atau
kelahiran nabilullah? alasan keduanya jelas salah. Nabi Isa bukan Tuhan
dan tidak lahir pada 1 januari. Kita yang menegtahui fakta ini mungkin
belum bisa meninggalkan kalender ini dalam keseharian, kita juga belum mampu mengubah aturan dari 1 Januari libur menjadi tidak libur. Satu hal yang pasti
bisa kita lakukan adalah tidak ikut merayakan. Termasuk menghindari
kegiaatan mengarah pada kemaksiatan, pemborosan, hura-hura, mengganggu
ketertiban dan ketenangan orang lain serta menodai agama yang kita
yakini.Semoga kita termasuk orang-orang selamat, dan Allah semoga memudahkan jalan kita dalam menegakkan kebenaran. Amin.
HALAMAN YANG DIANJURKAN