Jumat, 16 Januari 2015




NAR
SIS MENJANGKIT!

       Membanggakan diri secara berlebihan membuat seseorang terjerumus dalam kesombongan. Terlebih sikap merendahkan orang lain yang membuat orang lain terpacu atau justru jengkel. Kebanyakan dari kita dengan orang sombong bukan justeru merasa tertantang, tetapi jengkel. Apa lagi yang disombongkan sesuatu yang kurang penting, semisal aksesoris, potongan rambut, atau yang lain.
       Sikap sikap kesombongan pada diri kaula muda dulu sering tampak dengan sikap over percaya diri atau dikenal dengan ke-pd-an(pd artinya percaya diri). Berani tampil dimuka umum merupakan sikap yang patut dipuji karena benarani menyuguhkan kemapuan, bakat dan karya. Sehingga anak-anak minder dapat terpacu untuk bangkit dari sikap rendah diri mereka. Namun kadang mereka yang terlalu bersemangat ini menjadi tinggi hati dan selalu menampakan sosok sok bisa. Kadang kala banyak yang salut tapi tak sedikit yang sinis. Saking gila pujian membuat dia gede rasa sampai tidak ada yang memuji merasa dipuji atau kita kenal dengan istilah ke-gr-an(gr artinya gede rasa).
       Karena suka dipuji sering kali ria setiap melakukan kebaikan. Ada yang menyebut overekting karena ekspresi yang terkesan dibuat-buat. Sikap-sikap semacam ini juga menjangkit anak muda tidak hanya karya tapi juga penampilan. Sikap pamer menunjukan barang baru kadang membuat orang dengki. Karena terpacu dengan gelar-gelar manusia membuat diri egois dan tidak peduli orang lain disekitarnya. Sehingga engan membantu tapi senang dibantu.
       Adapun pada era kini anak muda suka sekali bernarsis-narsis ria. Dari memamerkan gaya, sok aksi dan sok berani. Tanpa disadari narsis lebih parah dari sikap membanggakan diri, semua uraian di atas terangkum dalam sikap narsis. Banyak yang tidak mengetahui kalau narsis dapat menjadi jalan hidup, jalan yang sesat tentunya. Untuk itu agar Anda tidak terlalu melangkah jauh perlu disimak uraian berikut.

A. Narsis Menurut Istilah
Dalam kamus bahasa Indonesia ada  kata nomina narsisme yang memiliki arti:
1 hal (keadaan) mencintai diri sendiri secara berlebihan;
2 hal (keadaan) mempunyai kecenderungan (ke inginan) seksual dengan diri sendiri
Sedang untuk istilah yang sering kita pakai sebagai orang yang mencintai diri secara berlebihan(narsis) belum masuk ke dalam kamus besar bahasa Indonesia. Sementara narsis sendiri dalam bahasa Indonesia memiliki makna lain, yakni: 1 tumbuhan berbunga putih, krem, atau kuning, terdapat di daerah subtropis; Amarylidaceae; 2 bunga narsis. Sedang dalam tulisan ini yang dimaksud narsis adalah orang yang terlalu berlebihan mencintai dan membanggakan diri sendiri.

B. Keadaan Mereka
        Dahulu narsisme identik dengan orang yang secara berlebihan melakukan perawatan diri seperti kaum pria metropolis. Tetapi saat ini orang yang tak becus dalam perawatan pun sudah bisa dikelompokan narsis. Mereka yang disebut narsis suka menampilkan diri di depan umun lebih dari sekadar percaya diri, tapi kenarsisan itu di dunia maya, dan bukan karya yang di pamerkan tapi cuman tampang. Bisa lewat foto selfy, gruvy, atau yang lain. Selain itu diiringi dengan komentar untuk pribadi yang meninggikan diri.
        Orang ke-gr-an paling sensitif dengan pujian yang sebenarnya bukan pujian. Tapi narsis diledek malak semakin membanggakan diri. Orang pamer selalu menapilkan sesuatu yang dianggap baik oleh orang lain. Tapi orang narsis pamer dengan yang dianggap baik diri sendiri tak disadari tampang pas pasan dan penampilan merusak mata. Orang yang ria suka menampakan kebaikan kebaikan kepada orang lain. Tapi orang narsis keburukan pun di publikasikan kepada orang lain.
        Jika orang egois mementingkan diri sendiri tapi rada risih dengan sebutan egois. Sedangkan narsis menilai diri sendi bagus, tidak peduli kira-kira pada suka atau tidak, dan bangga dengan gelar narsis. Pujian ditanggapi dengan kebanggaan, cemooh dinilai sebagai tanda tak mampu.Tingkah lakunya semakin lebay(berlebihan) dan yang terparah menjadi alay(orang yang berlebihan). Semakin ancur semakin gila.

B. Bagaimana Sikap Kita?

        Itulah teman, nar
sis merupakan penyakit koplikasi hati. Narsis dapat menjadi ideologi, paham narsisme. Di mana mereka adalah orang orang yang memuja diri sendiri merawat diri sendiri bahkan enggan menikah dan ingin menikah dengan diri sendiri. Kalau dulu menyebar dikalang ekspatriat pria metroseksual, dan wanita karir yang sensual. Tapi sekarang narsis menjangkit anak muda. Anak kota dengan bangga penampilan pinggir kota pun bangga. Gaya lebih penting dari karya. Yang dahulu bangga dengan amalan baik sekarang banyak yang bangga dengan amalan buruk.
        Dari sekarang mari jauhi sikap narsis, dan tidak bangga dengan sebutan narsis. Sehingga hati kita jauh dari penyakit hati yang ganas ini. Ada yang bilang narsis tak mengapa jika tak berlebihan, sedangkan narsis sendiri sikap yang berlebihan. Kalau dikatakan narsis berarti sudah berlebihan, kita menganggap biasa karena sudah terlalu sering melakukan hal yang berlebihan. Banyak kita dapati orang yang memiliki kelebihan membanggakan diri, misal kekayaan, keelokan paras, dan jabatan sering kita sebut sombong. Tetapi jika tidak kita cegah akan lebih banyak lagi orang yang berparas pas-pasan, orang miskin—dengan moto biar miskin yang penting bisa sombong—juga orang yang gak memiliki jabatan. Sedangkan orang yang memiliki kesombongan sebesar atom tidak dimasukkan surga karena kesombongan itu hak Allah lantas bagaimana saat ini dengan orang yang hidupnya membanggakan diri dengan kekurangannya? Semoga bermanfaat. Salam ka(r)ya!
Pernah terbit di facebook melalui seluler 29 Desember 2011 pukul 20:27
Dimutahirkan pada 31 Desember 2014