Sabtu, 15 April 2017


kesombongan, ujub, ria, membanggakan diri dan beragam variannya memang menjadi penyakit hati yang berbahaya. Sombong ada itu ada bayak tingkatannya, varian, dan tahapannya namun kali ini kita akan membahas produk kesombongan kadang bikin tepok jidat. Apa saja itu, ayu simak.

1. Membanggakan Diri dengan Topeng Kedustaan

Modus (modal dusta) tipikal orang macam ini. Tidak mau rendah dihadapan orang lain. Padahal jika orang lain tahu kedoknya akan sangat menjatuhkan harga dirinya. Atau semenit setelah dia pergi seketika lawan bicara menjatuhkan dia.

Misal dalam percakapan:
A. "weh, mau kemana Bro!"
B. "mau ngajar"
A. "saya juga dah ngajar"
B. "di mana?"
A. "di XXX"
B. "Jauh bener"
A. Dapat tugas disitu mau gimana lagi.
Padahal KKN (Kuliah Kerja Nyata) atau PPL. Tepok jidad. Padahal jika bicara apa adanya lebih terhormat. Contoh lain,
A. Weh pakek baju putih, kamu 'dah bimbingan skripsi atau bagaimana?
B. Ya bimbinganlah, namanya juga orang cerdas.
Padahal UTS mata kuliah micro teacing. Preketek. Masih heran apa utuggnya juga berbaga degan hal yang gak ada, apa adanya orang malah medoakan baik. Kalau ketahuan bohong bukan kekaguman makian dan serapah bisa mucul.

2. Membanggakan kebodohan

Tipe ini membanggakan dengan ketidaktahuanya. Biasanya para OKG atau orang kaya tapi gaptek.
A. Anda kolektor HP?
B. Iya.
A. Kan tiap bulan muncul tipe, apakah Anda gunakan semua programnya?
B. Ya saya suka ganti-ganti aja. Kalau ada tipe baru beli. Jarang sampai otak atik program.
Preketek. HP cuman buat pajangan. HP bagus, tapi taunya hanya buat SMS dan telpon.

3. Membanggakan Saudaranya
Saya sendiri merasa malu kalau orang tua membanggakan anaknya. Karena masih banyak kekurangan. Namun agak dimaklumi, namanya juga orang tua terhadap anaknya. Dan sebagai anak kita juga patut bangga kepada mereka. Namun ada sedikit cerita menurutku mengelitik.
A. Kuliah di mana mas?
B. FISIP UNILA.
A. Kerjanya?
B. BRI.
A. Wah unik juga, mesti IPnya tinggi ya?
B. Iya, Allhamdulillah Bu.
A. Saya juga punya saudara, dia tadinya asdos,  sekarag jadi dosen. Gajinya tinggi. Bla bla bla.
Haduh, apa dikasih modal sama saudara sampean Bu? Jangan-jangan tetangganya bukan saudaranya. He he he
4. Bangga Berbuat Maksiat
 Suatu perbuatan di luar nalar, biasanya bilang. "dari pada munafik" padahal orag yang bangga dengan dosanya itu lebih buruk dari orang yang masih malu dan menutupi perbuata dosanya.


5. Dan Lain-Lain

Silahkan kalau ada yang mau menambakan . Memang orang yang terlalu membanggakan diri atau sesuatu yang lain bikin kesal dan gubrak. He he he

Jika dulu karikatur lebih menekankan gambar lucu dan bagus dibanding kata-kata maka saat ini meme lebih menekankan pada kekuatan kata-kata. Juga dalam edit gambar tak hanya yang memiliki keahlian edit gambar photoshop luar biasa, asal edit atau ganti kepala pun bisa jadi meme bagus. Bahkan kadang tak perlu diedit sebab yang diandalkan adalah kekuatan kata atau objek yang diunggah. Menariknya lagi jika dulu kita memilih gambar-gambar dengan pose bagus untuk diunggah dalam dunia meme gambar-gambar yang berisi salah gaya, ekspresi tak karuan masih bisa diolah menjadi meme.

Luar biasanya lagi soal tema, jika dulu karikatur lebih pada membahas masalah sosial dan politik dalam meme berbagai tema bisa masuk bahkan hal yang sifatnya personal pun bisa dimemekan.
Jika grafity bisa dimasukan dalam kelompok sastra karena semua kegiatan menulis itu disebut sastra, pun juga dengan meme juga bisa dimasukan. Dalam sastra ada istilah puisi mbeling kata-kata pada meme juga lebih mbeling lagi. Seperti dalam stand up comedy suatu lawakan bagus biasanya berawal dari observasi dan penulisan materi. Jadi seperti treatrikal pada drama yang naskahnya bisa jadi prosa. Seperti novel di filmkan atau disinetronkan. Stand up commedy seperti monolog pembacaan cerpen kedalam drama. Proses pembuatannya ada kedisiplinan bahkan mirip dengan seni sastra dan lukis juga ada aliran filsafatnya.
Kembali bicara meme meski belum sebaku stand up yang punya panggung dan kompetisi ada beberapa disiplin pada penulisan meme yang ada pada stand up commedy bahkan lebih sulit. Pernah saya bersama dengan kawan-kawan kous kaki menggagas proyek meme. Ternyata tak mudah untuk membuat kata lucu, itu baru menurut kita saja sulit apalagi meurut yang lain, belum lagi bicara pilihan gambar. Hingga harus kemana-mana bawa catatan sewaktu-waktu ada ide bagus saya tulis. Juga berkaitan dengan pembahasan perlu cerdas sesuai momen. Kelebihannya kalau bisa membuat meme sangat lucu kekuatan tawanya lebih bertahan lama dibanding dengan materi stand up commedy. Kita bisa tertawa untuk setiap kali melihat meme tersebut.

Lebih sulit dari lawak, jika stand up commedy menekankan tawa pada punchline atau hunjaman atau kontemplasi tawa sementara terkadang meme premisnya pun harus lucu atau dari awal musti lucu. Bahkan kadang kalimat kedua sudah umum. Misal meme: hmm sudah kuduga, dan di situ kadang saya merasa sedih. Kita lihat gambar dan kalimat kedua udah biasa kalimat awal kadang yang bikin lucu juga sesuai konteks temanya. Meme juga bukan sekadar komentar gambar atau gambar hiburan di beranda. Meme juga bisa jadi gaya pamflet atau kritik poster modern. Kadang juga digunakan pada mading sekolah-sekolah. Jelasnya meme itu juga poster di dunia maya yang perannya bisa seperti poster di dunia pergerakan dulu untuk memberi keritikan. Jelas gak bisa diremehkan, ingat tidak Haji Lulung yang terkenal karena meme?

Jadi kesimpulannya meme itu produk seni gaya baru yang mana setiap orang bisa berperan serta. Tidak memandang orang yang bisa membuat karikatur keren, bukan hanya orang yang lihai photoshop, bukan hanya yang punya smartphone canggih hp biasa pun bisa asal ada aplikasi tulisan. Bahkan yang gak ada pun asal bisa kreatif menggabungkan gambar masih bisa membuat meme. Sebab terletak pada kemampuan menangkap pesan keresaan, sisi jenaka dan pikihan kata yang efektif menghunjam serta bisa digunakan sesuai konteks dan tema yang sedang hangat atau bisa menjadi tema terbaru.

Kamis, 11 Juni 2015



MARI MULAI BERHIJAB



Telah kita pahami bahwa berhijab adalah kewajiban (lihat Quran Surat Al Ahzab 33:59). Menutup aurat yang disepakati adalah menutup seluruh tubuh(termasuk telapak kaki) kecuali wajah dan dari kedua pergelangan telapak tangan. Semua kalangan muslim telah bersepakat dalam hal ini, namun melaksanakan kewajiban ini kebanyakan kita belum sepenuhnya dijalankan kecuali saat shalat(mengenakan mukena).  Tidak seperti sebelumnya berkerudung untuk acara tertentu saja, kini sudah banyak yang mulai mencoba belajar berhijab mulai dari: pelajar sekolah (umum), mahasiswa,  bahkan di perkantoran mulai banyak yang berhijab.Walau begitu, ternyata masih banyak yang belum istiqomah dalam berhijab. Mengaku muslim, tapi dalam berhijab hanya sekadar pernah mencoba saja. Berfoto ria, kemudian dipasang di facebook. Bahkan setelahnya dalam keseharian tidak berkerudung. Jika kita perhatikan foto yang lain yang dipasang tidak berkerudung, kesannya hanya untuk eksis dan bernarsis ria. Tentu sangat disayangkan jika berkerudung hanya beberapa saat kemudian sudah.


 Kadang kalau yang mengajak sesama perempuan menimbulkan pertengkaran kalau tidak menggunakan cara penyampaian yang tepat. Sedang penulis cowok kadang dikatakan :”kamu gak merasakan, coba kamu sana saja yang memakai!” Maka penulis hanya mencoba berbagi wawasan. Kalau masalah bagaimana bisa nyaman memakai kerudung, maka bisa bertanya dengan yang sudah berkerudung. Sedang kalau takut dipandang buruk atau gak nyaman nah di sini penulis membagi pandangan bahwa sebenarnya masih banyak pria yang lebih nyaman melihat cewek berkerudung. “Kalau saya memandang cewek seksi kurang tertarik, lain dengan yang berhijab Bro!” begitu kata seorang teman. Walau sebenarnya tetap harus menjaga pandangan kepada siapapun, tetapi memang sebagian pria memandang bahwa cewek berhijab kesannya lebih mahal. Kalau namanya mahal biasanya perlu perjuangan keras, dan gak sembarangan orang bisa memiliki. Bukankah kualitas menentukan nilai?

Masih banyak kawan-kawan di sekitar kita (di facebook, di jalanan) yang mengaku muslim tidak berhijab. Padahal itu kewajiban, ingat bukan sunah tetapi kewajiban. Lalu jika ada yang mengatakan bahwa berhijab tidak cocok dengan iklim Indonesia yang teropis, justeru di Arab beriklim gurun berhijab. Lagian kalau beriklin dingin apa mau telanjang? Logika seperti ini adalah logika orang barat yang lagi plesir di pantai, kenyataannya budaya timur dari dulu terkenal lebih tertutup padahal jelas lebih panas dari iklim di barat. 

Kenyataannya masih banyak yang berat menjalankan kewajiban ini. Ketika sudah mengetahui berbagai kebenaran di atas mereka berupaya mencari-cari alasan untuk pembenaran bahwa dirinya tidak berhijab. Beberapa sanggahan di bawah ini semoga memperbaiki paradigma kita, sehingga mau memulai untuk berhijab. Tentu mulai dari hal yang sederhana.

1.      Mau menjilbabi hati dulu sebelum menjilbabi tubuh

Alasan ini termasuk alasan yang paling klasik, bahkan beberapa publik figur pernah mengunkan kata-kata ini. Untungnya saat ini banyak juga artis tergugah untuk berhijab. Bahkan: Devi Permata Sari, Lira Virna, Ineke Kusherawati, Dewi Sandra, Alisia Sumbandono, Ines Tagor dan beberapa artis lainnya sekarang berhijab. Lebih menariknya lagi sebagian mereka dahulu model majalah dewasa. Kita doakan semoga mereka terus beristikomah dan meningkat ketakwaannya serta kita mampu mengambil pelajaran.


Maka akan terlihat sedikit rancu ketika beranggapan bahwa membenahi hati lebih utama, sementara yang sudah berhijab belum tentu berhati baik. Sementara keritaria tingkatan hati yang baik kita tak mampu menakar, bahkan hati itu kadang meluap-luap melakukan kebaikan atau bahkan meluap-luap terdorong melakukan keburukan. Semangat membenahi hati juga kadang naik kadang turung, bahkan kadang seseorang lengah. Hati muda berbolak-balik dan bahayanya jika seseorang cenderung pada keburukan. Sementara berhijab jelas, walau iman fluktuatif tapi kalau konsisten berhijab akan ada saja kebaikan yang didapat.
                                                                                                
Kemudian bagaimana kalau berhijab tapi masih melakukan keburukan? Malu adalah sebagian dari iman, hijab menjadi peredam melakukan keburukan sebab masyarakat biasanya akan menuntut lebih kepada yang berhijab. Selagi itu baik maka sepatutnya kita anggap sebagai nasehat dan lakukan sebisanya. Barangkali Allah hendak membimbing kita melalui keritikan masyarakat. Jika melihat hijab, juga akan membuat kita malu kepada diri sendiri kemudian malu kepada Allah yang Maha Melihat. Ketika tidak ada rasa malu manusia akan melakukan perbuatan yang melampaui batas.


2.      Belum mau berjilbab, sebab ilmu agamanya masih sedikit


Jika sudah memilih Islam sebagai agama, maka tunduk dan berserah diri kepada perintah-Nya adalah keharusan,  sebab memelihara keyakinan adalah yang terpenting. Kemudian berjuang melaksanakan perintahnya adalah kewajiban, tidak menunggu hati merasa ringan, berat atau senang hati harus tetap berusaha dijalankan. Selagi tak ada penghalang, laksanakan jangan menunggu rintangan. Rumus keimanan tidak harus membutuhkan itelegensi yang tinggi tetapi seberapa berani menjalankan perintah Allah Swt.

Namanya kewajiban yang sudah melekat, tak ada tawaran lain selain melaksanakan. Orang lain memang tak dapat memaksa, tetapi jika suatu keyakinan telah dipilih maka perintah dari pedoman yang diyakini(Al Quran) harus bersikaras dilaksanakan. Ada yang bilang jika melakukan sesuatu yang terpaksa tidak baik dan tidak maksimal melakukan, hal tersebut bisa menjadi benar jika yang dilaksanakan perintah manusia. Hujah apa yang akan kita utarakan kepada Allah di hari penghakiman jika kita berasalan merasa keberatan dengan kewajiban yang sebenarnya mampu kita lakukan? Allah tidak pernah menunggu kesiapan kita melakukan kewajiban, tetapi diri kita terus dihadapkan dengan perhitungan-perhitungan di akhirat kelak. Bukan nanti penghitungan itu, tetapi sudah terjadi sejak saat ini. Selagi hayat dikandung badan, melaksanakan dan mempertahankan perintah-Nya akan selalu ada.


Maka jelas perintah berhijab ini bukan untuk mereka yang berwawasan luas, berintelegensi tinggi, rajin baca Al Quran, berzikir setiap pagi dan petang, dan sebagainya melainkan untuk mereka yang memiliki keyakinan. Lihat Quran Surat An Nuur 24: 31, perintah berhijab untuk wanita beriman bukan wanita yang pandai agama. Maka di akhirat nanti yang mendapat pertanggung jawaban bukan uztad atau ustazah saja tetapi semua wanita yang menjadikan Islam sebagai agamanya. “Saya tidak tahu ya Allah!” apa mau menjawab seperti itu? Sementara sudah banyak ceramah di mana-mana mulai dari: ceramah keliling, televisi, radio, internet dan sebagainya. Pertanyaanya mau berusaha belajar dan mengamalkan atau tidak, sementara kewajiban belajar terus melekat. Memahami perintah berhijab tidak harus dengan pengetahuan yang tinggi tetapi dengan iman dan tekat yang kuat. Jika merasa beriman maka mesti dibuktikan dengan tindakan nyata.


3.      Bejilbab kesannya konu, kurang gaul


Misalkan ini pernyataan orang yang masih awam, maka perlu kita pahami bahwa berhijab merupakan bentuk peradaban tinggi. Semula nenek moyang kita di nusantara awalnya acuh terhadap busana, hanya menutupi bagian tertentu tapi kemudian seiring peradaban busana semakin tertutup. Dahulu wanita bali dadanya terbuka, kemudian seiring waktu mereka memakai kemben. Beberapa dasawarsa dahulu masih ada beberapa orang di pedalaman perempuan dan pria tidak berbusana. Kemudian saat ini wanitanya memakai kemben (jerami) dan prianya memakai penutup di bawah pusar. Bahkan mulai banyak yang berpakaian.

Di jaman pra Islam juga masyarakat Arab banyak yang mengumbar aurat, salah satunya tarian perut. Maka jika ada yang mengatakan bahwa berhijab adalah budaya arab, jelas salah. Kita lihat ketika jaman jahiliyah orang arab justeru banyak yang tidak berhijab. Nah, lho! Kemudian seiring kemajuan Islam wanita menghilangkan kebudayaan jahiliyah.Maka jelas berhijab adalah melakukan perintah agama.

Barat awalnya dari berbagai aspek tertinggal dari dunia timur(India, Cina, Arab, dan Indonesia), kemudian mereka maju dari segi tekhnologi tetapi tidak dari segi berbusana, spiritual dan etika. Di era modern ini orang barat masih terus belajar dari orang timur tentang tata susila, mental, etika, dan spiritual yang jelas banyak ditinggalkan orang timur. Sementara orang timur silau teknologi barat, dan dianggap sebagai negara yang berperadapan lebih tinggi. Kemudian banyak keburukan barat diambil dan meninggalkan jati diri ketimuran.


4.      Lebih Nyaman berpenampilan bebas, (kesannya lebih seksi)


Bahaya wanita seperti ini: mereka dilecehkan tetapi tidak merasa dilecehkan bahkan bangga. Inilah realita saat ini, wanita digunakan untuk pemasaran barang, agar barang cepat laku kerang biasanya disertai dengan model cantik dan seksi. Hal-hal buruk seperti ini terus diusahakan untuk dilazimkan, uang cepat didapat sambil merusak moral.

Pernah ada yang bilang bahwa bersiul kepada wanita itu sebenarnya pelecehan seksual. Seoalah kemolekan wanita tersebut untuk umum. Kenyataannya di masyarakat kita banyak yang melazimkan ini. Bahayanya lagi, wanita malah bangga dengan hal tersebut. Jika paha ayam memilili harga yang kadang maha, kok paha Anda diberikan geratis begitu saja? Selain juga sebagian orang memang gak nyaman melihatnya.

Ada yang sebagian tidak suka memakai celana pendek dan rokmini, atau pakaian ketat lainnya. Kebanyakan alasannya gak nyaman, sebenarnya hal paling mendasar bukan masalah nyaman tidaknya dipakai dan dilihat(toh ada juga yang melazimkan) melainkan berkaitan dengan betapa pentingya menjaga mulianya wanita. Mengapa ada sebagian pria yang merasa marasa jika orang terkasihnya menjadi pusat perhatian? Mengapa ada sebagian wanita yang merasa risih jika dilihat dengan tatapan menggoda? Sebab asosiasi yang timbul kebanyakan hal yang tidak baik. Wanita kebanyakan tidak mau dirinya dipikirkan aneh-aneh. Ini pelecehan dari alam pikir, yang menimbulkan obsesi dan pelecehan yang lain.

Cowok mengatakan bahwa wajar mereka berpikiran jorok(bahkan melakukan pelecehan) sebab ada pemicunya. Ibarat kucing diberi ikan asin, kucing mana yang tak mengendus. Kemudian wanita mengatakan, dasar prianya yang berpikiran jorok dan tidak menghargai wanita. Kalau menurut Dadi K, bahwa kesalahan bukan dari satu pihak tapi dua pihak. Maka keduanya harus menjaga. Kalau wanita sudah berjilab dengan baik, tetapi digoda berarti memang lelakinya yang otaknya kurang beres. Begitu juga, saat lelaki berusaha menjaga, masih juga digoda berarti memang wanitanya kecentilan. Orang yang berusaha menjadi baik akan melihat begitu banyak ujian, sebab menjaga kemuliaan lebih sulit dari mendapatkan kemuliaan.

5.      Kata cowok saya, lebih cantik kalau buka jilbab

Tren cewek berkerudung saat ini cukup meluas. Bukan hanya disekolah berbasis agama, sekolah umum juga banyak yang mulai berjilbab. Entah hanya coba-coba atau memang mau belajar. Kadang dikesempatan lain mereka melepas kerudung mereka, biasanya alasannya karena kegerahan. Keluputan ini kadang justeru mendapat apresiasi tinggi dari cowok kurang ajar. “Wah ternyata si anu lebih cantik saat lepas jilbab” seolah mengesankan auranya keluar, padahal saat jilbabnya dibuka syahwat pria-pria tersebut secara sepontan terbuka.

Hal yang menarik yang pernah saya baca, tentang motivasi pria bermata keranjang ingin mengetahui bagian itim wanita disebabkan bagian intim tersebut tertutup. Jika wanita selalu mengenakan penutup kepala, pria ingin tahu dibalik penutup kepala. Bahasa lainya, pria yang pertama kenal dengan seorang wanita berkerudung ia memiliki rasa penasaran untuk melihat hal dibalik kerudung. Jangan menuruti rasa penasaran pria, jika dituruti hanya seperti meminum air garam saat dahaga. Wanita bukan pemuas rasa penasaran(syahwat) pria tetapi mahluk yang harus dihargai, dijaga, dan dimuliakan.

Kemudian ada yang bilang “apakah rambut memunculkan syahwat sampai harus terus ditutupi” secara logika mungkin tidak. Mohon maaf, sebab pria ini beranggapan yang menggairahkan itu terletak pada bagian dada kencang dan bokong yang bahenol. Coba renungkan, mengapa seseorang banyak yang terobsesi dengan cewek elok parasnya? Jawabannya sulit, yang jelas ada gairah. “Mentolo pengen ngambung” beberapa pria ada yang berpendapat seperti itu. Begitu juga dengan rambut, lihat iklan shampoo kebanyakan rambut indah membuat pria kaguum dan ingin membelai.

Wajah elok membuat seseorang penasaran ingin menyentuh. Hal ini naluri seseorang yang dimiliki sejak kecil, yang ingin menyentuh semua barang kemudian buat mainan atau memasukan kedalam mulut. Masih banyak cowok yang memiliki sifat seperti ini, maka jangan turuti rasa penasaran. Pertama bisa bersalaman dan ada rasa ingin selalu menggandeng tangan. Lalu menyentuh wajah seperti yang dilakukan Diego sama Sisi. Itu d isinetron yang ada sutradaranya jadi hanya sebatas itu, di dunia nyata tentu akan mucul rasa penasaran terus dan terus.

Mereka sering menggunakan alasan “katanya sayang, kok dicium gak mau” sebenarnya kalau memang sayang tentu harus memuliakan wanita. Ini untuk wanita yang merasa memiliki keimanan(terutama yang berjilbab) hubungan kalian cinta karena Allah apa cinta nafsu? Jangan terjebak dengan rayuan dan rasa penasaran kalian juga. Jika seorang pria mencintai wanita ia akan menjaga kesucian dan kemuliaan wanita.




6.      Orang tua saya gak melarang kok, yang penting jaga diri


Jika Anda sanga orang tua Anda, tentu harus menjaga mereka. Semua printah orang tua harus dituruti kecuali jika mengajarkan pada keburukan. Ingat, timbangan baik-buruk adalah pernintah Allah bukan perkataan manusia. Sestiap eorang memang ingin diterima di masyarakat, tetapi tidak semua perkataan orang dapat diikuti. Apalagi kalau orang tua Anda gak melarang berjilbab maka itu bukan masalah. Kepercayaan orang tua terhadap anaknya kadang naif, ingat ukuran pembolehan yang pertama bukan orang tua tetapi perintah Allah dan rasul. Keridhoan orang tua penting dalam kebaikan, tetapi keridhoan orang tua terhadap hal yang buruk(membiarkan anaknya gak berhijab) tentu membayakan orang tua.

Maka jaga diri orang tua dengan menjaga diri sendiri dari api neraka. Dari pada nanti di akhirat Anda berjuang mati-matian tak ada hasil, mending berjuang mati-matian sekarang yang mana Allah melihat proses bukan hasil. Peringan beban orang tua dengan menjadi anak yang shaleh atau shalehah.

7.      Saya Cewek Kotor, tak Pantas Mengenakan Hijab

Orang yang paling baik itu bukan orang yang tidak pernah sama sekali melakukan kesalahan melainkan seseorang yang mau bertaubat. Sekalipun tobat nasuha tak mudah, memulai melakukan dan membiasakan hal yang baik dan meninggalkan kebiasaan buruk merupakan langkah terbaik. Kadang seseorang berpikir: bahwa melakukan suatu perbuatan harus langsung benar, kalau sekali salah maka sulit memperbaiki. Tuntutan belajar dengan dunia kerja berbeda, jika belajar boleh salah, dalam berkerja tidak boleh salah karena bisa fatal.

Dunia ini merupakan pembelajran kita untuk mencari bekal akhira, guru yang paling baik adalah pengalaman. Kita belajar kehidupan tidak bisa dengan terus menghayatinya saja, tetapi disertai dengan uji coba dan penerapan. Dari serangkaian uji coba kadang menemui kesalahan. Bisa karena keluarga kita, lingkungan rumah, lingkungan teman atau yang lain yang menghalangi kita mendapatkan pengetahuan yang benar. Saat pengetahuan itu kita dapatkan, bahwa hal yang sudah kita lakukan salah, bukan berarti selama ini kita melakukan hal yang tidak ada artinya. Tidak ada artinya jika kita tidak mengambil pelajaran dan terus bermasiat.

Tidak usah berkecil hati dengan cemoohan terhadap kawan Anda yang terlanjur terjerumus. Ingat, kemaksiaatan itu diminati karena mampu menghasilkan kenikmatan besar dalam tempo singkat. Karena sifatnya yang sesaat kadang bukan menyadarkan malah membuat seseorang ingin mencoba lagi. Lain dengan Anda yang mau berubah ke jalan yang benar, ketenangan spiritual akan didapatkan. Manisnya ketakwaan memang tidak menghasilkan kebahagiaan besar dan dalam waktu singkat, tetapi akan menghasilkan kebahagiaan yang berkah dan bertahan lebih lama. 

KESIMPULAN

Jika diibaratkan buah, buah yang diberi kemasan dengan yang tidak tentu lebih mahal yang ada di kemasan. Sama-sama apel, rasa dan bentuknya juga sama. Satu dibungkus dan berada di supermarket, yang satu terbuka dan terletak dipinggiran jalan pula. Bersebelahan dengan penjual ikan asin yang berlalat pula. Tentu Anda dapat membedakan mana kualitas yang baik. Semakin tertutup semakin baik.
Kecerdasan seseorang meningkat tidak muncul seketika begitu saja, seperti juga  tubuh jiwa memerlukan nutrisi. Kita akan mendapatkan hasil dari akumulasi yang pernah kita lakukan, bukan seketika tanpa sebab. (Pahami QS. 30:15-16, dan 31: 8-9). Sehingga jika sering meluangkan waktu dengan mendengarkan musik, coba sesekali luangkan waktu mendengarkan ceramah dan murotal. Jika sering meluangkan waktu membaca novel atau bacaan lain, coba sesekali luangkan waktu untuk baca buku agama(fiqih, pembersihan hati dan tuntunan sunah). Apalagi Anda terkenal kutu buku, masak bertumpuk-tumpuk buku mampu ditaklukan cuman satu buku tentang fiqh wanita gak terbaca, bahkan tak pernah membuka. Ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang agama, bukan sedikitnya tapi konsistensinya. Kemudian Anda akan merasakan bahwa kenikmatan spiritual lebih nikmat dari kepuasan intelektual.

Memilih pergaulan dan sering-seringlah berkumpul ditempat yang baik. Air mineral yang berada di hotel, minimarket dan pinggir jalan sama-sama berkemasan harganya berbeda. Mengapa? Hanya berbeda tempat. Anda memang perlu bergaul dengan siapapun, tetapi untuk mencari sahabat karib perlu selektif. Seperti istilah kita sering berkuncung ke penjual minya wangi, kita akan mendapatkan wanginya walau sedikit. Sesekali seseorang mungkin menemukan mutiara di bantar gerbang, tetapi jika ingin menemukan mutiara yang baik-baik tentu di tempat pembuatannya. Anda perlu meluangkan waktu di majelis agar mampu membaharui iman. Kemudian kembali konsultasikan dengan ustad sekitar yang mumpuni(ustad yang berpijak pada dalil bukan asumsi).
            Orang yang memiliki kecerdasan tentu akan memahami bahwa namanya kewajiban harus dilaksanakan. Seseorang yang memiliki keimanan kuat, akan lebih nyaman ketika melaksanakan kewajiban dan risau ketika melakukan dosa. Syariat yang diberikan Allah menuntun kita untuk menjadi lebih baik, hal ini seperti yang kita idamkan ingin selalu menjadi lebih baik. Ketika kita membayangkan bahwa saat melakukan syariat Allah(berhijab) kita justeru takut akan terbebani dan merasa akan menciderai dengan melakukan perbuatan buruk. Ini jelas sebenarnya kita telah melawan diri sendiri yang ingin melakukan perbuatan baik dan terhindar dari perbuatan buruk. Seseorang akan ringan dengan yang dibiasakan, jika terbiasa melakukan perbuatan buruk maka perlu mengubah dengan kebiasan baru yang baik. Ketika sudah terbiasa melakukan perbuatan baik berat rasanya meninggalkan, dan jika sudah terlanjur cinta dengan syariat Allah maka tidak peduli dengan perkataan orang.




Gambar: Dari Pelbagai Sumber.

Senin, 13 April 2015



STATEMENT UNTUK MUSLIMAH BERCADAR



Beberapa hari ini saya sering berhadapan dengan hal-hal yang berhubungan dengan cadar. Mulai dari kultum, pesan gambar, setatus, foto, atau semacamnyalah. Hingga membuat saya berpikir mungkin Allah menyuruh saya untuk memberi statement tentang hal tersebut. Statement yang sudah lama ada hanya masih takut diutarakan secara terbuka, tetapi kebenaran itu begitu terbuka. Di mana kebenraran sering dianggap asing, sedang kejahatan sering diwajarkan.

Masalah muslimah yang bercadar saya memiliki empat statement pokok di antaranya:

  1. Mereka Menutup Aurat
Seorang muslimah yang menjunjung nilai keshalehan wajib menutup aurat, jika merasa beriman dan bertakwa terhadap syariat Allah yang disampaikan rasullah. Definisi aurat bagi wanita telah menjadi kesepakatan umat Islam diantaranya seluruh tubuh kecuali bagian muka dan kedua dan tangan (dari pergelangan tangan). Muka dan tangan hal yang mendasar tentunya, masak bercadar tidak memakai kaus kaki, kan lucu(pernah saya temukan, mungkin yang bersangkutan lagi khilaf).

Jadi orang yang tidak menutup aurat(terutama yang mengaku muslim) tak pantas berkomentar tentang cadar, tetapi mesti merenungkan sudah banyak hidayah, peringatan, contoh para artis yang mendapat hidayah kok ya masih belum berhijab. Berjuta dalih ketika masalah ini disodorkan. Ini untuk yang mengaku muslim, lantas bagaimana yang non muslim? Hal yang perlu ditanyakan keimanan, kalau mencak-mencak, ya katakan laa kumdinukum waliadin.


  1. Sempurnakan Ibadah Baru Mengkritik
Bagaimana dengan yang menutup aurat tetapi belum sempurna(masih ada bagian yang terbuka, ketat, dan belum konsisten atau kadang masih dibuka)? Maka benahi dahulu ibadah dan hijabnya, jangan terlalu mengurusi hijab orang lain kalau belum berhijab dengan baik. Terlebih wanita bercadar tersebut tidak mengganggu hidup kita.

Kita sering mengkritik terhadap hal-hal yang kurang penting tetapi melupakan hal-hal yang mendasar. Prinsip utama kita mesti mendekatkan diri kepada Allah, apakah baru sebatas ucapan atau sudah amalan. Bagaimana keajekan dalam beribadah? Hal yang wajib abaikan karena alasannya masih berat, masih kotor, dan berjuta alasan. Sedang hal yang membawa dosa( berperasangka dan menggunjing) menjadi kebiasaan, tak lain karena mengasyikan. Kadang beralasan yang ibadah tekun gak jaminan akan berbuat baik terus(lalu memberi kasus-kasus kusus. Bahkan membanggakan diri yang imannya masih belepotan dan mengajak “gak usah terlalu tekun beribahnya, biasa saja”.

Seseorang yang menilai baik dan buruk berdasarkan peraduga pribadi telah membuat setandar hidup sendiri, bukan Al Quran dan Sunnah yang ia gunakan melainkan hawa nafsu dan bisikan setan. Seseorang yang mengkeritik orang yang konsisten beribadah dan membanggakan serta mengajak agar tak terlalu tekun beribadah ia telah membuat setandar sendiri. Renungkan, apakah dengan sikap semacam ini akan membawa keselamatan? Gairah mendapatkan keridhoan tertinggi(bertemu Allah dengan keridoan di Firdaus)  akibat alam bawah sadar cukup tinggal di emperan neraka, dan menyangka akan beberapa hari di neraka. Ia tak berpikir lama kelamaan menuruti hawa nafsu akan membawanya pada jurang kekekalan dineraka jika pada tataran puncak hawa nafsu dipertuhankan(banyak mengingkari ayat dan kebenaran). Nauzubillah.

  1. Muslimah yang Baik Menjunjung Akhlak Mulia
Sebagian yang lain dikalangan kita ada yang berhijab secara konsisten dan merasa sudah syar’i. Kalau hendak membangun akhlak yang mulia, berkhuznul uzon lebih utama dibanding berperasangka yang macam-macam. Secara umum yang saya pelajari tidak ada ulama yang mengharamkan seorang muslimah bercadar. Perdebatannya antara wajib, sunah dan boleh.

 Kalaulah hukumnya boleh maka kita tidak punya hak melarang, mencemooh, atau menggunjing. Karena itu merupakan kebebasan individu. Orang yang mengumbar aurat saja kita biarkan, mengapa yang bercadar justeru digunjing, apakah lebih berbahaya? Kadang sikap merasa risih tersebut muncul, masih wajar karena tak terbiasa bertemu. Hal yang diingat jangan jadikan untuk tak berinteraksi, kalau kita yang menghidar dahulu berarti kita yang tertutup. Kalau orangnya acuh, mungkin karena bukan mukhrim atau itu karakternya bukan cadarnya. Banyak kok yang bercadar bisa berbaur.

  1. Ensensi Menutup Aurat
Ensensi dari menutup aurat selain bentuk ketaatan dan identitas keislaman adalah sebagai perisai bagi wanita. Pelindung hati(masak berhijab gibah, hasat, dan hasut?), peredam perangai buruk(masak berhijab ingin dugen?), menghindari finah mata lelaki(masak berhijab menampilkan lekuk tubuh?). Mereka yang berhijab secara syar’i disertai dengan pembinaan akhlak khasanah lebih mudah menghindari fitnah dibanding yang berjilbab amburadul. Kebanyakan yang jilbabnya amburadul, suka narsis dan rentan untuk membongkar pasang hijab.

Lalu bukan berarti yang berhijab secara syari tidak rentan oleh fitnah. Masih banyak juga mengundang para kumbang menggoda, apa lagi dia memiliki paras ayu dan supel. Di tambah banyak hal lain yang tidak diperhatikan, misal masalah make up, suara, dan aksesoris. Initinya terlihat semakin cantik. Nah mereka yang menyadari hal ini memilih untuk bercadar. Tantangannya tantangnya lebih berar, bukan hanya cemoohan(itu bisa dianggap angin lalu) tetapi juga sikap alami yang dimiliki wanita untuk tampil cantik, dilihat, dan mendapat pujian.

 Maka mereka patut dikakan sebagai muslimah yang luar biasa. Mereka hanya menampakan kecantikan untuk yang halal terutama untuk suaminya. Coba kita renungkan, wanita yang berusaha berpakaian yang secantik mungkin ia hadirkan untuk siapa? Jika untuk dirinya saja, maka berpeluang akan tumbuhnya benih-benih ujub(kagum terhadap diri sendiri). Kalau untuk mendapat pujian orang lain, bukan hanya ujub ini bisa mengarah pada sikap sombong dan menjadi fitnah bagi lelaki(tidak bisa dielakan zina mata dan zina hati terjadi).

Allah Maha Indah dan menyukai keindahan, tetapi Allah memiliki syariat agar manusia tidak lalai dari tuuan awal mereka kembali dengan mendapat keridhoan-Nya. Keindahan terwujub dalam rangka mendapat pujian Allah, bukan keindahan yang menghantarkan kita atau orang lain tergelincir ke kubangan neraka. Kenyataannya saat ini hallul hawa semakin meraja lela sedang orang-orang beriman yang tsiqoh terasingkan. Banyak pembolak-balikan paradikma, yang indah tetapi hakikatnya salah dianggap sebagai keberagaman dan ekspresi seni. Sedang yang sederhana dan bercahaya sebagai sesesuatu yang buruk dan menakutkan.

Kenyataannya media asing dan sekular cederung menciterakan mereka yang bercadar dan berhijab besar sebagai orang yang fundamental. Ditambah dengan penayangan isteri pelaku pemboman membuat masyarakat tergiring opininya mereka sebagai teroris. Memang saat ini citera wanita berhijab lebar(syar’i) lebih baik tetapi mereka yang bercadar masih mendapat opini miring. Bahkan terkadang  memojokan justeru dari kalangan cendekiawan kita.

Mulai dikatakan sebagai ninja, komentar SARA(menjurus pada kelompok tertentu), orang yang tertutup, tidak mau berbaur, bukan budaya kita, hingga disebut sebagai hantu dan teroris. Saat sudah dicerahkan bahwa masalah radikalisme gak ada kaitannya dengan cadar, yang tidak bercadarpun bisa radikal(radikal liberalnya). Misal dkatakan tdiak ramah, sebagaimana orang yang tidak bercadar pun banyak yang tidak ramah bahkan kasar. Orang bercadar memiliki beragam karakter, ada yang supel bahkan ada yang gemit. Kembali pada masing-masing diri bukan artibut fisik.

Sering diidentikan kelompok tertentu. NU, Jammaah Tabligh, Salafii, LDII bahkan Syiah ada yang bercadar. Jadi cadar bukan berkaitan dengan lebel kelompok tertentu tetapi mereka yang sangat-sangat berusaha menjaga syariat, kehormatan, dan menghindari fitnah. Mereka yang bercadar apapun kelompoknya memiliki satu pemahaman yang utuh. Terlepas dari model cadar. Apa lagi yang berkomentar orang yang mengaku liberal, mengapa orang yang telanjang tidak dipermasalahkan? Dengan alasan yang sama pula, mereka yang bercadar menggunakan hak mereka menggunakan hak kebebasan diri.

Bukan hanya dikalangan masyarakat yang mengaku nahdiyin yang masih mengasosisiakan cadar dengan kelompok terentu. Bahkan hal semacam ini juga dikalangan warga persyarikatan muhamadiyah merupakan hal yang sedikit tabu.Begitulah masyarakat kita saat ini, saat  sudah dipahamkan masih merasa risih melihat yang bercarar. Bahkan kawan saya batal memakai cadar kerena gak dapat restu orang tua. Padahal fitnah yang dihadapi luar biasa, berkali-kali ganti nomer gara-gara banyak mata jelalatan yang mengidolakannya. Bayangkan itu yang berjilbab syar’i(lebar, kadang kayak mukena) apalagi yang bongkar pasang? Wah, konon ulama saja lihat betis wanita bisa hilang apalan lo, la bagaimana para mata jelalatan yang melihat pengumbar aurat berlenggak-lenggok?

Hal yang masih saya sayangkan rasa kekelompokan yang masih tinggi, bukan merasa sebagai satu kesatuan Islam yang sama-sama menggali mutiara hikmah. Kadang beda dikit dari kebiasaan dianggap bukan kelompoknya, “itukan menurut Muhamadiyah, kalau saya tetap mengikuti Imam Syafi’i(klaimnya tapi hanya kata-kata)!” Sikap ini hampir dimiliki banyak masyarakat, ada yang bilang “kalau Muhamadiyah yang sejati, maka ia akan berpegangtuh dengan HPT(Hipunan Putusan Tarjih), berbeda dengan yang sudah bergaul dan terpengaruh dengan pengajian lain”. Sedang HPT fatwanya bisa berubah, misal soal memajang foto di dinding. HPT itukan bukan kitab sahih ketiga setelah Quran dan Sunnah dan kesejatian mengembangkan kelompok bukan pada leterlek pada basul masaail atau HPT. Melainkan membersarkan Islam niscaya ormas akan besar(karena dapat ridho Allah). Berami mengkoreksi kelompok kita menyadarkan kita bahwa yang sempurna Islam dan terhidar dari sikap asobiyah(cinta kelompok berlebihan dan merendahkan yang tidak dicintai).


Melihat argumen saya yang tidak membawa kelompok manapun, serta tak mengharap pembelaan dari kelompok apapun(saya hanya menyapaikan kebenaran yang dititipakn Allah)  kemudian ada yang bertanya, bagaimana dengan Isteri mas Barep kelak? Kalau masalah bercadar, saya kembalikan kepada isteri saya. Jika memang itu keinginan bulat maka akan saya suprot.Soal wanita bercadar seperti yang saya ungkapkan sebelumnya merupakan bagian dari hak individu memutuskan dirinya bercadar. Bahkan saya salud dengan mereka yang begitu menjaga kehormatan bakal suami atau yang sudah menjadi suaminya.

 Lantas bagaimana dengan komentar orang lain? Langkah pertama kita cerahkan, lalu kita harus memiliki peran aktif dimasyarakat dan menjadi pribadi yang supel. Kalaupun masih tetap tidak bisa menerima, langkah terakhir berhijarah. Tidak semua kemauan masyarakat harus dituruti terlebih jika bertentangan dengan syariat dan nurani. Untuk meminang wanita yang shalehah gak bercadar saja berat apalagai yang bercadar. Hal yang berat apakah si wanitanya membuka hati, lalu syaratnya memberatkan tidak, dan bagaimana dengan kesanggupan diri. Bukan masalah berat takut si wanita lebih unggul keagamaannya ya!

 Lalu muncul pertanyaan bagaimana jika ada kesempatan(si wanita membuka hati) meminang wanita bercadar? Tentunya kalau mau mengikuti cara yang syar’i kekhawatiran kita tak berarti. Saat proses taaruf, ada proses tukar biodata, nah biasanya diberikan foto dengan wajah asli. Lagian masalah identitas(KTP,Paspor, SIM, surat nikah dll) mereka tak mengenakan cadar jadi jangan takut orangnya diganti. Kalau foto kurang yakin, ada sesi pertemuan pertama ia memperlihatkan wajahnya. Sebelumnya harus sudah mantap melihat aspek fundamental seperti: akidahnya ahlul sunnah, pemaham agamanya baik dan pokoknya ‘dah shaleh. Kemudian tinggal masalah paras, Anda menerima atau menolak sudah menjadi hak Anda. Kalau keriteria cukup (gak cantik dan gak jelek) saran saya terima.

Demikian statement saya tentang wanita bercadar yang sudah sekian lama mengendap. Awalnya alasan menahan stetmen ini takut dibilang forntal dalam menyampaikan pesan. Menang perlu dijalani mendakwahi keluarga, sahabat, dan lingkungan. Tetapi jika ada yang menyinggung masalah ini saya berargumen tidak jauh dari tulisan di atas. Untuk syiar di dunia maya, ini yang pertama. Biasanya seputar usaha menumbuhkan kecintaan terhadap Islam, menyampaikan hikmah dan padangan terhadap wanita berhijab disamping ajakan dan suport terhadap yang berhijab. Polanya yang belum berhijab, diajak berhijab, yang berhijab tetapi belum syar’i disuport agar lebih syar’i dan menutup aurat, lalau yang belum konsisten agar lebih konsisten. Lalu yang sudah syar’i disuport agar tidak tabaruj, menjaga diri.

Semoga bermanfaat, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Tulisan ini juga bentuk pertobatan saya bila sebelumnya pernah berburuk sangka, ucapan sembarangan, dan sikap yang tidak baik terhadap muslimah bercadar. Kebenaran yang saya dapatkan bahwa mereka yang menutup aurat dengan benar plus bercadar merupakan mereka yang memiliki komitmen tinggi terhadap idealisme keislaman. Sedang tentang perilaku yang khilaf tidak ada kaitannya dengan cadar melainkan permasalahan personal.

Catatan: gambar dari berbagai sumber