Jumat, 15 Maret 2013

Pendahuluan
Prokontra golput (golongan putih) terjadi ditengah masyarakat. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari sudut pandang hitam putih saja. Perlu dilihat dari berbagai aspek sehingga dalam memutuskan akan menjadi tajam. Karena tujuan saya untuk membuka pikiran kita semua, duduk bersama membahas permasalahan. tidak saling membelakangi dan berada dua ujung pinggir jalan dialog untuk saling memaki. Kita telah kenal budaya positif dimasyarakat untuk musyawarah mufakat serta saling menghargai pendapat kedua pihak. Dan menghormati putusan akhir, bukan memaksakan pendapat untuk diterima, namun berintrtopeksi diri merubah cara yang lebih efektik agar pendapatnya diterima. Selain azas musyawarah, adalah tradisi ilmiyah perlu dibudayakan. Melihat permasalahan dari sudut keilmuan. Kedua hal ini jika ditanamkan maka akan menimbulkan ketenteaman dan progesifitas sebuah masyarakat yang madani.

Agar dua azas ini dapat berjalan pada mestinya maka nilai-nilai transendental-spiritualiitas perlu ditanamkan. Mendalami kebenaran bukan untuk kepentingan pribadi semata. namun khitmat untuk menngharap keridoan dari Sang Pencipta. Telah lama hendak membahas permasalahan ini, ketika membaca Warung Kopi Plus di kompasiana
(http://politik.kompasiana.com/2013/01/16/siapa-yang-golput-dan-alasan-utama-golput-dan-jawabannya--525084.html) merasa perlu untuk bersuara memberi jawaban. Selain alasan tulisan beliau cukup untuk mengumpulkan seluruh argumen yang pro golput. Sebenarnya dalam setatus Facebook saya sering saya bahas, namun saya selain memberi wawasan yang lain ingin membudayakan tradisi ilmiyah, saling bertukar pandangan lewat menulis. Semula m

encari tulisan tentang pengharaman golput (mereka yang tidak memilih) saya menemukan tulisan beliau. Saya mencari lewat ponsel, setelah saya cari kembali saya menemukan tulisan beliau yang sama persis di blogspot (http://warungkopiplus.blogspot.com/2013/01/siapa-yang-golput-dan-alasan-utama.html). Maka cukup tepat dan memperkuat uuntuk memberi jawaban, karena saya juga memiliki blog di blogspot.com. Rencanaya akan saya linkan pada blog beliau.

Selain masih cukup hangat tulisan beliau. Di kompasiana pada tema OPINI, dia posting di 16 January 2013  17:12. Tulisan ini pada proses awalnya di catatan facebook (https://www.facebook.com/notes/barep-pangestu/menjawab-tulisan-warung-kopi-plus-siapa-yang-golput-dan-alasan-utama-golput-dan-/10151548103982803), agar nanti memudahkan saya menyebarkan pada orang terdekat. Saya posting di blogspots sebagai tanggung jawab bahwa saya memberi sanggahan. Dan menunjukan bahwa tulisan tersebut tidak berat sebelah dari orang yang kontra golput saja.

Seputar golput

Golput bukan sekedar urursan tidak memilih sama sekalai, golput dapat dikategorikan sikap politik seseorang. Bukan seorang yang tidak punya sikap politik. Untuk membedah apakah yang golput itu orang punya sikap politik atau tidak punya sikap politik maka perlu mengurai apa motif mereka yang golput. Begitu pula membedah motif amereka yang memilih. Banya juga yang memilih asal coblos.


adapun yang perlu kita cermati golput tidak semuanya sama, baik dari bentuk maupun motif alsannya. ada beberapa jenis golput diantaranya :

1. Golput karena sistem

Sistem yang sengaja dibentuk untuk kepentingan suatu golongan dapat menimbulkan banyak yang tidak terdaftar sebagai DPT (Daftar Pemilih Tetap). Motif mereka tidak didaftarkan  karena akan menguatkan suara lawan. Ada sistem yang sengaja dibuat. Hal ini kontra dengan DPT bodong. Sering ditemukan anak-anak, yang sudah meninggal terdaftar. Bahkan ada penggandaan. Tambah mencengangkan dengan identitas palsu, spt kuntilanak atau pocong dll.(http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2013/02/18/23326/waduh-pocong-kuntilanak-tuyul-kolor-ijo-ikut-pesta-demokrasi/).

Masalah banyak yang tdak terdaftar dengan beragam dalih  sempat menimbulkan polemik dg dibolehkan mencoblos dengan menggunakan KTP. golput karena sengaja diciptakan. Dikarenakan mereka bukan 'suara produktif' dalam pemenangan partai penguasa. Dalam aturanya yang tidak terdaftar sebagai DPT maka mereka tidak dapat memilih. Hal ini memicu berbagai kalangan menuntut agar pemilih yang tidak masuk DPT dapat memilih menggunakan KTP. Dipilpres pemilu 2009. (http://news.detik.com/read/2009/07/07/164803/1160804/700/tokoh-lintas-agama-serukan-warga-gunakan-ktp-untuk-nyontreng).

Lawan dari masalah ini adalah pemilih bayangan. anak kecil, orang meninggal, penggandaan, nama fiktif seperti gendruo didaftarkan. DPT dari pilkada dapat direfisi dari pemilu sebelumnya tinggal disesuaikan ternyata tidak dilakukan. Dan ini memang ada beberapa kesengajaan jika masyarakat tidak berpartisipasi memantau. (http://www.kaltimpost.co.id/berita/arsip/21069).

2. Golput karena pilihan sendiri

Karena sengaja tdk mau mendaftarkan.

Adapun motifnya karena alasan budaya, agama, akademisi atau Adapun motifnya karena apatisme Hampir sama dengan motif mereka yang memilih.

b. Adapun cara golputnya
sengaja tidak mendaftarkan diri dalam DPT, sengaja tidak datang dalam pencoblosan, atau sengaja merusak surat suara.

3. Golput karena tidak tahu

karena tidak mendapat pendidikan politik tidak tahu apa itu pemilu, tidak punya hak pilih, ada halangan, salah ketika mencoblos/mencontreng, surat suara rusak karena kesalahan teknis.

----------------------------

1. Partai yang tidak lolos verifikasi mengajak rakyat untuk golput;
---> Emangnya partai tersebut partai yang udah bener 100%??? Artinya kalau tidak ada partai itu maka negara atau pemerintahan ini hancur atau ga beres???,
Menurut saya partai seperti itu adalah partai sampah, menghasut masyarakat untuk kepentingan sendiri. Seperti cerita anak kecil yang ngambek tidak dibelikan mainan, dan dia tidak bisa menerima alasan dengan cerdas, artinya partai ini partai yang diisi oleh orang-orang yang tidak cerdas, apakah anda mau memilih, apabila di 2019 mereka lolos verifikasi???

Tanggapan:

Tentu bukan sikap politik yang dewasa ketika tidak lolos memilih untuk golput. Untuk alasan ini saya sepakat. Tentu aneh ketika masuk peserta pemilu mengajak untuk memilih. Bahkan sampai ada yang mengharamkan golput. Alasan seperti ini perlu ditentang.




2. Partai atau calon pemimpin yang solid tetapi mereka kurang pendukung dalam segi kuantitas/jumlah pemilih.
----> dalam kasus ini, sayaanalogikan dengan partai non muslim dan partai muslim. Hal ini mengingat jumlah muslim di Indonesia sangat banyak, maka strategi ini bisa dipakai oleh partai non muslim. Sasaran ajakan untuk golput bisa ditujukan untuk masyarakat muslim, sebaliknya “di lingkungan dalam” atau “di kalangan sendiri” mereka mengkondisikan bahwa isue yang diangkat tersebut bertujuan untuk memecah belah dan menggembosi suara partai muslim.
----, (saya tau non muslim akan marah membaca alasan ini), tapi ini fakta realistis.
saya mengimani:
AL MAIDAH ayat 51:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim."
Bahwa calon-calon pemimpin kita tidak semuanya beragama Islam. Sehingga dapat kita bayangkan jika semua umat Islam GOLPUT, maka Pemimpin kita semuanya bukan orang Islam.
Dan Al BAQARAH ayat 120:
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
----
Tanggapan:
Pada kenyataanya banyak partai yang memasukkan non muslim dijadikan wakil umat Islam. Ini yang membuat sebagian umat Islam semakin enggan untuk memilih.

3. Sekumpulan atau segolongan masyarakat yang keinginannya tidak terpenuhi, dan mereka mengancam akan golput apabila tidak dipenuhi.

---> Seperti anak kecil yang mengancam mamanya untuk tidak mau makan apabila tidak dibelikan mainan yang dimintanya, merengek-rengek dan menangis. Anak tersebut tidak bisa diajak berbicara dengan cara cerdas, menerima alasan (mungkin) orang tuanya sedang tidak punya uang atau memiliki halangan lainnya.
Dalam hal ini, mereka bisa mengajak masyarakat lainnya untuk berdemo, dengan membayar beberapa uang per hari per orang.
Bayangkan seribu orang berdemo di depan Istana Presiden selama 6 hari, (@Rp.50.000 per orang per hari X 10.000 Orang, X 6 hari), maka dengan hanya  Rp.3.000.000.000,- dampaknya dapat menggagalkan pemilu yang anggaranya 47 T, dan karena gagal akibat pemilu dianggap tidak memenuhi syarat maka pemilu akan diulang lagi dengan dana yang kurang lebih sama.

Tanggapan:
Terlalu berburuk sangka jika mengatakan demontrasi semua bayaran. Saya tidak suka demontrasi, namun kita harus melihat permasalahan secara luas dan adil.

 “ Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang selalu
  menegakkan kebenaran karena ALLAH, menjadi saksi dengan adil. Dan 
 janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, membuat kamu
  cenderung untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, kerena adil itu lebih
  dekat dengan takwa. Dan bertakwalah kepada ALLAH, sesungguhnya Allah 
 Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. ( Al Maidah [5]:8).


Demotrasi memang ada yang bayaran, ada yang swadaya, atau karena provokasi. Gerakan masal dan masive tentu sulit dikatakan bayaran. Reformasi misalnya, siapa yang mau membayar hampir seluruh mahasiswa indonesia ketika situasi krisis?



4. Masyarakat yang sudah putus asa dan kecewa dengan pemerintah, mungkin dengan alasan karena pemerintah yang lembek atau tidak tegas, kinerja buruk dan banyak hal lain yang bisa dijadikan mindset untuk kecewa dengan pemerintah
---> Dalam Islam, putus asa adalah dosa. Memang pemerintah banyak masalah, akan tetapi mereka tetap bekerja untuk lebih baik dari hari ke hari.  Bayangkan apabila masyarakat Golput semua, siapa yang memegang pemerintahan selanjutnya???
Pemegangnya tetap pemerintah yang lama dan akibatnya pasti akan muncul konflik bersaudara karena tidak adanya pemimpin yang dapat diandalkan, kemudian selanjutnya militerlah yang menjadi pemimpin, apakah masyarakat mau kita dalam kondisi caos seperti di Mesir dan daerah lain???

Betapa kondisi saat ini lebih baik dari pada kondisi apabila Indonesia caos???

Mungkin masyarakat yang membanggakan Golput pikirannya tidak sampai kepada hal ini/kondisi ini, untuk itu saya mengajak mereka untuk berpikir lebih cerdas dalam memandang masalah.


-----------
Tanggapan:

 Pemilu pun dapat menimbulkan keos. Ingat pemilu 1997 yang dampaknya reformasi? Ceos adalah siklus yang akan datang ketika suatu pemerintahan menemui titik jemu. Masyarakat pada titik puncak kekecewaan dan penderitaan. Ketika partai politik tidak dapat diandalkan maka melakukan gerakan politik.

Ketika satu cara tidak dapat ditempuh, maka menggunakan cara lain. Golput diantaranya. Mengikuti arus tanpa memegang kendali adalah menambah keterpurukan. Keterlibatan politik masyarakat tidak hanya dalam pemilu, namun dalam mengawal pembangunan, mendukung program prorakyat pemerintah maupun swadaya masyarakat. Dan menekan pemerintah untuk prorakyat.

Yang terjadi saat ini membiarkan pemerintah berkerja sendiri. Adanya korupsi dan penyimpangan hanya diam saja. Keterlibatan dalam partisipasi politik jauh lebih utama dibanding hanya ikut pemilu. Faktanya pendidikan politik untuk masyarakat awam jarang dilakukan. Hanya dihimbau memilih. Jarang untuk diajak dalam partisipasi politik dalam perancangan pembangunan dan pembangunan.

Anda terlalau parno bahasa anak mudanya. Selama masa kehalaifahan Islam diwarnai golput, bahkan diera Khalifah bercorak kerajaan, cuman khalifah yang punya hak pilih memilih khalifah. Tidak seekstrem keadaan yang Anda kawatirkan. Lewat pemilupun sering terjadi kerusuhan. Bahkan setiap ada pemilu ada saja kerusuhan. Apa lagi Pilkada sudah bukan jadi rahasia umum lagi. Soal Mesir sebaiknya kita renungkan ayat dibawah ini.



ÙˆَعَسَÙ‰ٰٓ Ø£َÙ† تَÙƒْرَÙ‡ُوا۟ Ø´َÙŠْÙ€ًۭٔا ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ø®َÙŠْرٌۭ Ù„َّÙƒُÙ…ْ ۖ ÙˆَعَسَÙ‰ٰٓ Ø£َÙ† تُØ­ِبُّوا۟ Ø´َÙŠْÙ€ًۭٔا ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ø´َرٌّۭ Ù„َّÙƒُÙ…ْ ۗ ÙˆَٱللَّÙ‡ُ ÙŠَعْÙ„َÙ…ُ ÙˆَØ£َنتُÙ…ْ Ù„َا تَعْÙ„َÙ…ُونَ


artinya:
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (QS. 2:216)



Syariat Islam dimesir lebih banyak diterapkan. Dan keterpautan masyarakat yang cinta syariat lebih banyak. Orang lebih simpatik yang menyerukan tegaknya syariat dibanding hukum sekuler. Giroh pejuanghnya lebih tinggi dibandiing di Indonesia yang hampir dikatakan tidak ada partai Islam tapi hanya partai yang berbasis masa Islam.



5.Masyarakat yang merasa tidak ada pilihan pemimpin yang bagus yang dapat dipilih, atau tidak ada yang sesuai dengan keinginan masyarakat, sehingga mereka merasa tidak ada artinya memilih siapapun.
----> Ingat tidak ada yang sempurna di dunia ini, apabila kita fokus pada kejelekan orang maka yang tampak adalah kejelekannya saja, dan sama sekali orang tersebut tidak ada kebaikannya sama sekali.
Kita harus cerdas dalam berpikir, kemungkinan kejelekan-kejelekan calon tersebut sengaja dihembuskan oleh lawan-lawan pilihnya.
Cobalah berpikir, anda pun apabila menjadi pemimpin belum tentu menjadi pemimpin yang baik, apalagi yang terbaik???

Mungkin juga calon yang ikut adalah calon atau orang yang tidak kita kenal sebelumnya, maka solusinya adalah segera carilah referensi tentang orang-orang tersebut.

Cara mudahnya, misalnya ada dua calon si "a" dan si "b", maka tanyakan kepada pendukung si "b" tentang kejelekan dan kebaikan si "a", dan sebaliknya tanyakan kepada pendukung si "a", tentang kebaikan dan kejelekan si "b", insyaallah anda akan mendapatkan jawaban yang lebih obyektif dan adil.


Coba belajarlah berpikir dari kondisi keterbatasan yang telah ada, diantara pilihan-pilihan tersebut pasti ada yang menjadi pemimpin yang terpilih untuk memimpin,

maka berpikirlah untuk berpikir dari pada si "a", lebih baik si"b", dan dari pada si "b" lebih baik si "c", maka putuskanlah yang terbaik bagi anda??? itu adalah cara berpikir dalam manajemen resiko, kita berusaha meminimalkan resiko, bukan menghilangkan resiko, karena kita harus sadar bahwa siapapun dan apapun usaha kita tetap ada resiko.

---,
Dalam surat Ar-Rum ayat 2-5 menerangkan terjadinya peperangan antara dua kerajaan besar, yaitu Romawi dan Persia. Menyikapi peperangan ini sahabat Rasul tidak abstain alias GOLPUT, mereka mendukung Romawi. Ketika Romawi kalah sahabat nabi bersedih hati, sehingga Alloh memperkenankan harapan mereka untuk memenangkan Romawi dengan turunnya surat ini. Dalam ayat 3-4 Alloh menerangkan bahwa Romawi akan menang kembali dan pada saat itu para sahabat akan bergembira. Mengapa sahabat mendukung Romawi? Karena Romawi beragama Nasrani yaitu ahlul kitab sedangkan Persia beragama Majusi. Ahlul kitab lebih dekat kepada Islam dibandingkan Majusi.
AR-RUM ayat 2-5
“Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.”
-----------

Tanggapan:

Alasan ini sangat tepat. Dari segi akademisi, golput bagian dari demokrasi jika tidak ada pilihan yang tepat. Dari segi agama, ingat tanggung jawab kita dunia dan akherat. Dibanding memilih karena uang atau asal coblos, golput lebih aman.

Yang memilihpun banyak yang apatis. Asal ikut. "milih gak milih tetep bayar pajak". Banyak calon yang tidak dikenal. Dan banyak yang bermanufer ketika pemilu, setelahnya lupa dengan konstetuen.

Alasan tidak ada manusia sempurna sangat tidak tepat. Keriteria sebagai pemimpin dan masyarakat biasa tentu berbeda. Ada batas toleransi sebagai pemimpin. Ada batas kekurangan yang harus di maklumi dan tidak dapat ditoleransi. Seperti mencari pasangan. Seorang gadis (rakyat) tentu punya syarat-syarat tertentu. Pilihanya bukan lantaran emosional saja. Namun, spiritualitas(bila perlu tahajud), rasionalitas, dan baru emosional(kedekatan). Tentu sang gadis punya hak untuk menolak semua calon, jika dari yang mencalonkan dibawah kata layat.

Integritas sebagai manusia biasa, dengan integritas sebagai pemimpin sangat berbeda. Tidak bisa sama. Dalam Islam pemimpin dicalonkan, syaratnya ditentukan syariat, dan yang memilih para ulama dalam syuro. Hasilnya rakyat harus mematuhi.


Anda tidak menempatkan dalil pada tempatnya. Arum ayat 2-5 sikap umat Islam diantara dua pertikaian  dan peperangan. Dalam kepemimpinan justru lebih banyak yang golput, Saidina Abu Bakar tidak dipilih lewat pemilu. Banyak yang golput, alaias banyak yang tidak memilih.


  Ø£َÙ…َّÙ†ْÙ‡ُÙˆَÙ‚َانِتٌآنَاءاللَّÙŠْÙ„ِسَاجِدًاوَÙ‚َائِÙ…ًايَØ­ْØ°َرُالْآخِرَØ©َÙˆَÙŠَرْجُورَØ­ْÙ…َØ©َرَبِّÙ‡ِÙ‚ُÙ„ْ Ù‡َÙ„ْÙŠَسْتَÙˆِيالَّØ°ِينَÙŠَعْÙ„َÙ…ُونَÙˆَالَّØ°ِينَÙ„َايَعْÙ„َÙ…ُونَØ¥ِÙ†َّÙ…َايَتَØ°َÙƒَّرُØ£ُÙˆْÙ„ُواالْØ£َÙ„ْبَابِ
Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: `Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?` Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS.Azumar 39:9)

Maka pemilih pemimpin pun harusnya orang berkualitas. Masyarakat awamikut dengan yang berilmu. Tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan voting.



6. Masyarakat yang menganggap bahw a Golput merupakan bentuk sikap protes kepada negara atau pemerintah.
----> Ingat ada atau tidak ada suara dari si Golput, tetap akan ada pemenang dan pemerintahan tetap akan berjalan, dan sikap protes ini sama sekali tidak akan berpengaruh apapun, kecuali bagi orang yang sengaja melahirkan atau menciptakan mindset golput karena alasan-alasan pribadi/golongan (mungkin beberapa alasan diatas).

Dinegara (umumnya negara berkembang) manapun permasalahan pemerintahan tetap ada, coba hitung jumlah kasus pemerintah daerah kabupaten/kota/propinsi, berapa jumlah yang pemerintah yang bermasalah dan yang tidak bermasalah???.

Tanggapan:
Alasanya sudah tepat. Terlebih jika terjadi semua calon dikenal memakai politi uang. Tidak ada perbedaan (kompetisi semu). Atau hanya mengejar kekuasaan.

Memang tetap ada yang mengang dan kalah. Legitimasinya berbeda. Golput dapat bermakna mendukung siapapun yang menang, atau tidak mendukung siapapun yang menang. Tergantung niat masing-masing tercermin.

Jika menang dengan suara tidak mayoritas, atau golput rengking satu tentu legalitas pemimpin berkurang. Dan yang utama adalah partisipasi politik masyarakat dalam rumusan progam pemerintah dan pelaksanaan progam program pemerintah. Selain itu terus berjuang memajukan umat, karena selama ini rakyat dituntut untuk berjuang sendiri memperbaiki nasibnya. Kalau berpangku tangan  hanya menunggu bantuan tidak akan ada perubahan.

Dan di ingat, mereka yang terpilih tidak hanya memperjuangkan pemilihnya juga yang memilih yang lain bahkan yang golput. Bahkan diluar konstetuen. Karena dia merasa mampu memimpin seluruh komponen masyarakat.

Yang memilih tidak hanya puas, atau hanya menggondok jika merasa salah pilih. Karena kesalahan dia juga kenapa tidak meneliti calon.

Yang tepat yang pertama adalah seberapa komitmen dengan visi, misi yang dijanjikan. Kemudian adakah kontrak politik dilakukan. Selanjutnya seberapa peka dengan kepentingan rakyat. Intinya partisipasi politiklah yang utama.

Kita lihat, banyak yang dipilih langsung pada ujungnya kinerjanya semakin buruk dari pemilihan perwakilan. Terbukti banyak yang terkuak integritas yang dipilih buruk. Pada akhirnya lengser, dimakzulkan, dan dimeja pesakitan. Kadang yang dipilih secara perwakilan usia pemerintahanya lebih lama.

7. Masyarakat yang apatis dengan urusan pemerintahan, tidak peduli dengan urusan pemilu/pilkada, merasa tidak ada gunanya.
----> Bentuk lain dari putus asa (hampir sama dengan nomor 4).

Tanggapan:
Kelompok yang apatis tidak hanya ada  pada golput. Pada kelompok pemilihpun ada. Memilih gak milih tetap bayar pajak. Memilih asal coblos tanpa mengenal calonya.

Atau memilih karena diberi kaos, stiker, bendera. beras, susu, uang atau yang lain. Ini justru jauh berbahaya. Pemilih batil. Sudah jelas yang dipilih juga lebi banyak batilnya jika menggunakan politik uang.


8. Masyarakat yang benar-benar memiliki kesibukan yang sangat lebih penting dari waktu pilkada, atau masyarakat yang benar-benar tidak bisa datang pada acara pemilihan umum atau pilkada.
----> Pemilu bukanlah suatu perintah yang “wajib” atau hakiki untuk diikuti, dan tulisan ini bukan diperuntukkan bagi masyarakat yang bertipe seperti yang nomor 8, tetapi kepada mereka yang sengaja atau berpinsip untuk Golput atau yang mau golput.

Tanggapan:

Ini mereka yang termasuk dalam golput karena keadaan lain.

Ada pula yang karena merasa hidupnya mapan, merasa tidak perlu berpartisipasi politik. Dan merasa tidak perlu menekan pemerintah. Mereka sibuk dengan dunianya sendiri.

"milih tidak milih tetap bayar pajak" juga berlaku di kelompok ini.
yang perlu dipermasalahkan adalah: dana kampanye yang jauh lebih besar dari pemilu. Belum politik uang yang juga tidak kalah fantasis. Banyak ketidak jelasan sumber dana kampanye, namun belum pernah sampai tuntas penangananya. Bawaslu/panwaslu tidak dapat bertindak banyak, hanya menyampaikan terjadi kecurangan dan pelangaran. Kebanyakan politik uang.

Ditambah lagi dana pemilu yang bermasalah. Banyak terjadi kecurungan dan pada akhirnya pemborosan. Sistem mengunakan kertas suara sudah jelas memakan waktu banyak dalam penghitungan dan pemborosan biaya. Di negara maju justru menggunakan sistem elektronik bahkan ada yang menggunakan sistem SMS.

Di Amerika menggunakan sistem elektronik, mengecek surat suara. Dapat terditeksi salah mencoblos (ganda). Namun dikembalikan jika memilih golput. Karena secara akademisi golput bagian dari demokrasi. Kembali sistem apa yang akan kita pakai.
alasan lainya adalah masalah Krisis ketokohan. Masalah ini pernah terjadi ketika di pilpres 2009. Megawati sudah terbukti gagal. SBY kinerjanya kurang bagus. JK mencalonkan diri lantaran SBY menolak untuk kembali berduet.

Maka banyak yang tetap memilih SBY. Yang terjadi seperti saat ini, pemerintahan tidak ada perubahan yang signifikan.

Hal ini terjadi juga karana minimnya rasa percaya diri partai-partai Islam untuk konsolidari dan mencalonkan diri. Selain itu internal partai yang cenderung lebih kuat kalangan pragmatis. Lebih nyaman beranadi sebagai pengekor.

Inilah yang terjadi, sikap berbain dipinggiran masih banyak dilakukan kalangan partai berbasis Islam.


Alasan Utama yang diangkat untuk GOLPUT:

1. Pemerintah tidak becus mengurus pemerintahan
---> Dinegara (umumnya negara berkembang) manapun permasalahan pemerintahan tetap ada, coba hitung jumlah kasus pemerintah daerah kabupaten/kota/propinsi, berapa jumlah yang pemerintah yang bermasalah dan yang tidak bermasalah???.

Tanggapan:
Bahkan banyak yang setelah terpilih terkuak kedok pemenang pemilu. Maka sistem perlu dirubah pada sistem keterwakilan. Tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan voting.

Sistem keterwakilan, mereka yang mumpuni dan mereka yang menentukan apakah memilih cukup dengan musyawarah mufakat atau voting. Tentu lebih utama musyawarah mufakat, voting digunakan pada saat kebuntuan terjadi dua pendapat atau lebih yang sama kuat dan harus segera ada putusan.


2. Pemimpin/pejabat banyak yang korup
---> Dinegara berkembang manapun korupsi tetap ada, orang yang bejat tetap ada, peluang tersebut yang harus diminimumkan dengan penegakan hukum yang tegas, dan masyarakat memilih orang dengan tepat.

Tanggapan:
Bagaimana mau menegakan hukum yang tegas, jika mereka yang korup mengendalikan pemerintahan? Sampai saat ini tidak ada koruptor yang dieksekusi mati.

Maka pendidikan politik perlu. Masyarakat sengaja dibodohkan. Mereka yang mendapat pendidikan politik hanya yang meminta. Atau ikut karena ada penghidupan. Kadang rekrutmen yang menyalahi aturan.

3. Partai banyak yang bermasalah dengan hukum
---> Bukan partai yang bermasalah, tetapi orang yang mengisi dan itu tidak semua, ingat tidak semua, makanya mulai sekarang cerdaslah dalam memilih, jangan mau memilih hanya karena uang Rp.50.000 atau Rp.100.000.

Tanggapan:

Jika mayoritas petinggi partai, atau partai dikuasai orang yang tidak kredibel jelas imbasnya pada partai. Partai tanpa kader akan mati dan tidak ada artinya. Ini jadi tanggung jawab kita semua untuk melakukan pendidikan politik. Bukan memilih karena uang.

Saya golput karena jika kondisi sama saja. Tidak ada calon yang dikenal, atau semua yang dikenal integritasnya buruk. Maka lebih memikirkan partisipasi politik selanjutnya. Berbeda dengan potitisi yang dipikirkan yang kalah kemenangan priode selanjutnya.

Memilih jika ada pemimpin yang berani secara tegas untuk menegakkan syariah. Karena akan mengurangi kerusakan lebih besar.

Atau adanya calon non muslim. Maka umat Islam perlu digalang persatuan. Ingat haram hukumnya mengangkat pemimpin kafir. Golput atau memilih pemimpin non Muslim, sama saja merestui.

Dan tetap partisipasi politik yang utama. Jika semua yang mencalonkan sekularis, dan yang di usung isu sekularis. Ditambah semua calon tidak ada yang dikenal atau semua yang dikenal kredibilitasnya dipertanyakan. Golput lebih utama. Karena tanggung jawabnya jika salah pilih dunia akherat. Maka partisipasi politik lebih utama.

----- ----- -----
Kesimpulannya:
ingat kita tidak bisa menuntut politisi (terpilih) untuk tidak korupsi atau berkinerja baik, tetapi kita bisa memilih orang yang baik untuk menjadi politisi, untuk itu gunakan hak pilih anda, dengan berpedoman pada pertanyaan dari pada si "a", lebih baik si"b", dan dari pada si "b" lebih baik si "c", maka putuskanlah yang terbaik bagi anda, karena tanpa suara pilihan anda bisa jadi si "a" yang menang.
----- ----- -----
Tanggapan:

pedoman memilih yang terbaik dari yang terburuk tidak belaku. Perlu di ingat kaidah para politisi boleh bohong tapi tidak boleh salah.

Kriteria baik hanya melihat visi misi dan janji politik tidak cukup. Ingat apa yang menurut kita baik belum tentu baik menurut Allah.

Jika para calon hanya seperti perbedaan coca-cola dan pepsi tentu golput lebih tepat. Karena semua tidak baik untuk kesehatan.

Atau yang parah seperti coca-cola, fanta, dan srpite. Ada dua kemungkinan, sandiwara politik atau berebut antrian untuk jadi pemimpin. Dapat dilihat dari keseragaman ideologi mereka. Karena tidak ada teman dan musuh abadi dalam politik. Terlebih azasnya adalah politik dagang sampi.



Tulisan lain Tentang Golput:
Bagaimana Jika Semua Rakyat Golput?
Golput alias golongan putih diidentifikasikan sebagai golongan yang tidak ikut berpartisipasi dalam pemilu oleh masyarakat. Tentang darimana asal istilah golput, mungkin perlu diadakan penyelidikan lebih lanjut.

Lantas kenapa dinamakan golput? Kenapa bukan golteng alias golongan tengah, atau golbas alias golongan bebas? Wallahua'lam. Tapi yang jelas, fenomena golput ini menjadi semakin populer di kalangan masyarakat, terutama pada beberapa pilkada beberapa waktu lalu. Angka golput berdasarkan pantauan sebuah lembaga survei sudah berada di atas 30%.

Banyak kalangan yang menilai bahwa kinerja pemerintahan yang tidak optimal menjadi alasan kenapa memilih golput. Bahkan KH Abdurrahman Wahid alias Gusdur pernah menghimbau agar kalangan nahdliyin memilih golput meskipun kemudian Ulama Jawa Timur mengharamkan warga nahdliyin untuk golput. Lantas apakah golput dapat menyelesaikan permasalahan bangsa? Ada beberapa hal yang perlu kita cermati lebih dalam tentang golput.

Golput atau tidaknya masyarakat, tidak akan mengurangi anggaran biaya yang dikeluarkan dalam sebuah proses pemilihan baik pilkada atau pemilu. Hal ini justru akan membuat biaya yang dikeluarkan negara menjadi mubazir, terutama biaya pengadaan sarana dan prasarananya.

Kemudian semakin banyak golput akan membuat hasil pemilihan semakin tidak akurat dan memperbesar peluang diadakannya pemilihan ulang. Artinya akan diperlukan biaya tambahan yang cukup besar untuk mengadakan pemilihan ulang. Biaya yang seharusnya bisa dialokasikan untuk membantu rakyat miskin baik untuk biaya pendidikan dan kesehatan akan habis digunakan untuk membiayai sebuah pemilihan ulang.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa empat mata selalu lebih baik dari dua mata. Artinya semakin banyak golput berarti semakin sedikit suara yang akan diperhitungkan untuk menentukan pemimpin bangsa. Sehingga tingkat objektivitas hasil pemilihan semakin menurun.

Bersyukurlah seandainya yang tidak golput dapat memilih pemimpin yang adil dan sungguh-sungguh memperjuangkan hak rakyat. Namun seandainya suara yang tidak golput ternyata lebih banyak memilih pemimpin yang tidak kompeten, maka dampaknya adalah semakin buruknya kondisi bangsa Indonesia. Hal ini tentunya tidak hanya dirasakan oleh pemilih tapi tentunya dirasakan juga oleh mereka yang golput, kecuali mereka berpindah kewarganegaraan.

Seandainya seluruh masyarakat Indonesia memilih golput, maka tidak akan terbentuk kepemimpinan di negara Indonesia. Tidak dapat dibayangkan bagaimana kondisi sebuah negara tanpa pemimpin. Pasti yang ada adalah kekacauan, penjarahan, pembunuhan, dan segala bentuk kerusakan yang dapat merusak peradaban. Sehingga tidak ada lagi rasa keamanan bagi rakyat Indonesia apalagi kesejahteraan.

Sesungguhnya istilah politisasi agama adalah kurang tepat. Mengapa? Karena politik hanyalah bagian kecil dari agama sehingga bagaimana mungkin sebuah sistem yang diciptakan oleh Allah SWT, yang mengatur segenap sistem-sistem yang ada di alam ini, dapat ditarik kedalam sistem yang jauh lebih kecil yaitu politik.

Sehingga istilah yang tepat adalah agamisasi politik. Politiklah yang harus ditarik kedalam ranah agama. Politiklah yang harus diatur sesuai dengan norma agama. Salah satu alasan mengapa sistem politik di Indonesia sangat buruk adalah karena tidak diatur oleh norma agama. Agama telah dikebiri dari sistem politik di Indonesia sejak berdirinya bangsa ini. Nilai-nilai agama telah dihapus dari poin penting pada saat perumusan falsafah bangsa Indonesia.

Mungkin sekarang sudah saatnya agama mengambil peran dalam sistem politik di Indonesia. Sudah saatnya politik diatur dengan norma agama, sehingga sistem politik yang buruk dapat berubah menjadi sistem yang bertujuan untuk semata-mata kesejahteraan masyarakat Indonesia. Agama telah mengharamkan segala bentuk penghamburan uang.

Agama juga telah mengisyaratkan tentang kehancuran yang akan diakibatkan oleh pemimpin yang tidak kompeten di bidangnya. Agama-pun mengharamkan segala bentuk penjarahan, perusakan serta penistaan terhadap masyarakat. Lantas salahkah ketika Agama mengharamkan golput? Wallohua'lam. Jawabannya tergantung dari mana kita melihat dan bagaimana kita berpikir.

Tanggapan:

Bagaimana jika semua golput ?

Sekedar informasi, istilah golput sudah ada dizaman orde baru. Dan itu ditemukan dari surat suara berwarna putih dan bergambar segitiga. Info yang ku dapat demikian. Lantas, apakah dengan memilih dapat menyelesaikan permasalahan bangsa? Partisipasi dan orientasi dalam berpolitik jadi penentu penyelesiaan permasalahan bangsa.

Golput di negara barat seperti Amerika yang dibilang demokrasi tidak pernah jadi masalah. Terus mengapa mesti kebakaran jenggot ketika marak golput? Siapapun yang terpilih, tetap yang dituntut adalah pendidikan, kesehatan dan perbaikan ekonomi yang layak. Karena sumber daya manusianyalah yang harus dibenahi.

Pemilu itu sebuah kemubaziran, kembalikan pada cara awal. Ingat bung kerakyatan DIPIMPIN oleh hikmat kebijaksanaan dalam PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN. Pilkada jelas menyalahi UU.

Ingat bung, mereka yang mencalonkan diri berati merasa sanggup memimpin. Maka tetap harus ada partisipasi politik. Bukan malah mundur jagonya kalah, atau selesai setelah jagonya menang. Dalam Islam pemimpin dicalonkan Ulama. Rakyat golput mengikuti kebijakan ulama dan mengikuti perintah yang baik pemimpin dan mengingatkan jika menyalahi syariah. Biaya pemilu yang semestinya dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih penting. Perlu di ingat demokrasi adalah alat. Indonesia dapat dikatakan paling demokrasi dari presiden sampai legislatif. Dari nasional sampai daerah dipilih langsung dapat dikatakan tidak ada di negara lain.

Tapi kita lihat keriterianya makin lama makin buruk. Masalah pilkada, ingat gubernur setara dengan mentri. Dalam sistem Islam ditunjuk Presiden. Jika kinerjanya buruk maka mudah untuk mengganti. Dan saat ini pemilihan langsung banyak memenuhi kegagalan. Setelah pemilihan terlibat kasus. Tentu pemilu menjadi mubazir. Coba perhatikan perjalananya, semakin demokrasi semakin rusak.

Pertama, SDMnya belum siap, kedua disorientasi, ketiga sistem yg digunakan tdk illahiyah.

Suka atau tidak suka politisasi agama faktanya memang ada. Agama dijadikan alat bukan tujuan. Itulah politisasi agama. Semua kepada komitmen partai Islam dalam memperjuangkan aspirasi umat Islam. Yang terjadi bukan mengamankan kelangsungan ideologi Islam yang dibawa namun kelangsungan kekuasaan yang didapat.

Ingat bung, menjadikan non Muslim wakil jelas keharamanya. Sikap partai Islam yang tidak jelas menjadikan mereka tidak ada bedanya dengan partai sekuler. Partai sekuler pun banyak yang merangkul agamawan sebagai kedok partainya menampuk semua aspirasi berbagai kalangan.

Agamanisasi politik, memang sepatutnya demikian. Kita meyakini Islam agama yang sempurna, mengatur dari individu sampai tata negara. Namun mengapa tidak dipakai dalam bernegara?

Sistem yang kita pakai sistem Islam atau sistem demokrasi pancasila? Bagaimana pandangan Islam terhadap demokrasi dan teologi pancasila? Sekali lagi pendidikan politik yang mencerahkan perlu terus dilakukan. Serta nilai spiritual yang jelas. Bukan yang subhat hanya akan menimbulkan kebingungan. Sehinga masyarakat punya sikap jelas dalam partisipasi politik dan mantap dalam gerakan politik. Serta eksekusi akhir yang tepat.

Top of Form