Sabtu, 30 November 2013


Karya : Barep Pangestu


Burung-burung pagi, berkicau tentang kalian
kala pagi terbias matahari,
kala siang tertawan langit abu-abu.

Dua pucuk mawar setangkai dalam keelokan
dua tangkai harapan dalam ikatan kebahagiaan.

lewat kicauan burung rumah dalam sangkar
kudengarkan kabar burung terbang lepas
bahwa kau baik-baik saja.

dimasa lalu kau berlahan merekah
dimasa lalu bunga muda itu,

tak pernah hiraukan angin.

Dua kelopak menawarkan keindahan.
dan aku tak jua mendekatimu,
hingga kalian pun ada yang memetik aku tidak tahu.

kebahagiaan itu, aku dengar kicauan-kicauang burung.
Harapanku untuk kalian,
Semoga bahagia merekah

dalam setiap helai kelopak jatuh.
Bumi harum akan bahagia kalian.
 
 

Setatus-Puisi di Facebook pada :

Jumat, 29 November 2013


Karya: Barep Pangestu (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Metro)

Berkerumul dalam barisan
pasukan jilbab merah marun
Meninggalkan dunia, sunyi suara perubahan
bersatu dalam pergerakan, pemberontakan kedustaan,

Langkahmu menunduk mendekap ketaqwaan
Anggun moralmu
berjalan maju, menerobos jawara buku
Unggul gerakanmu.

Engkau berbicara Filantropi umat, ketidak adilan miskin-kaya,
Rejuvenasi gerakan muda, mengurai usia tua
Melati dipundakmu, engkau Srikandi-Sakti
dalam mitologi milenium.

Banyak pecundang klaim sebagai Pejuang
membawa seikat bunga mawar untukmu.
Namun kau mematah mawar itu,
beli yang baru, kasih ke orang tua dirumah !!!

sore disapa mega mendung,
matahari meninggalkan siang.
Jilbabmu tetap memancarkan merah,
Darah terus membakar keputusasaan


Darahmu telah menjadi tinta merah
sejarah menulis kemuliaanmu
keringatmu telah menjadi parfum loyalitas
engaku melayani umat tanpa tenaga batas

Jilbab merah marun
Cerminan Intelektual religius
dibawah cakrawala langit engkau melejit
Kolektif-kolegial engkau bergandengan dijalanan .

kadang engakau  berbicara Jihad
laksana  brigadir militan medan perang
walau aneh terkadang
mujahidah kok takut menjadi suhada.

Pesanku, teruslah berjuang
Kapanpun dan dimanapun
Apapun kau akan terbentuk,
Jika bukan kamu, anakmu lah Mujahid.

Dibuat  di Kantor KORKOM IMM UM Metro,
16:13 29/11/2013




kala gelora asmara mengebu
gurat-gurat hati, tersayat bahagia
hingga resah, berujung kekecewaan.
yang terjadi bukanlah cinta, sensasi semu hawa nafsu
kita hilang kesadaran, diruang lamunan
berzina dengan fikiran.

Kini perasaanku datar,
Ku harap tetap istiqomah
dalam doa mendamba muslimah sholehah,
tujuan hidupnya mengagumkan manusia sejagat
bukan sekedar tunduk kepada aturan adat maksiat
namun tunduk kepada Hukum Allah, Penguasa Akhirat.

Kemana biduk kehidupan berlayar,
ketika kabut menghinggapi jalan
menuju pelabuhan keridoan-Nya?
Tekatku !
kala tujuan hidup mengarah kehancuran
maka, kulepaskan.
Walau resah tak jarang menantang.

Kini ku mencari kemantapan tak tertera
kala melangkah diatas jalan Allah
Dalam harap, mejauh dari jalan perompak sesat,
yang penuh keserakahan.

Melodi asmara kini menggiringi biduk kehidupan
kearah penggapaian kemenangan.
Kuharap Allah memantapkan bidukku
mengarungi samudra kemenangan
dan berharap mampu membelah ombak penerpa
ombak pembujuk sensasi kebahagian semu...


Perbaikan dari setatus facebook pada
29 September 2011 pukul 6:44
dan 7 November 2011 pukul 6:21 melalui seluler.

di perbaiki dan diterbitkan kembali pada 6:16 29-11-2013

Kamis, 28 November 2013


Karya : Barep Pangestu (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Metro)
 
Ada yang menyebutku benci tak bertepi
tapi mereka takkan dapat lari dariku
ada yang menyebutku nafsu syahwat duniawi
kesatria rohani yang menentangku akan tersungkur malu

ada yang menyebut aku tak lebih dari sekedar materi
kau tau sudah banyak hartawan dipangkuanku mengharu biru
ada yang berangan menandingiku dengan mencari lembaran misteri
pembuka tabir hirarki duniawi
kaupun mengerti sudah pulahan pemabuk cakrawala ilmu
masih jua menganggapku tabu

sekalipun kau mengira aku sombong, kau terus memujiku seorang yang pemurah
sekalipun kau berkata akan mengenalku karena terbiasa bersanding,
tapi kadang aku hadir kepadamu didepan pintu rumah
kau mengatakan seketika ku datang,
akupun tak menurutimu kudatang tertatih-tatih

kadang kau marah dengan kelakuanku
saat itu aku datang sebagai tawanan
kadang kau sabar lama menungguku
aku datang membawa bendera pemberotakkan

kau berpikir aku penipu, tapi aku datang dalam setiap harapanmu
kau berpikir aku amanah, kadang aku tak jua datang sekian lama kau menunggu
dan mencariku

apatah kau berpikir aku tak masuk akal ?
Kali kau benar, aku tidak dapat dipahami dengan akal
aku dapat kau pahami dengan bahasa kalbu nuranimu
kau tak dapat mengingkari aku sebagai fitrah dibalik dadamu
aku tak pernah salah, kalaulah yang keliru mengartikanku dengan logikamu.
Akulah cinta, sekalipun banyak yang menjelaskan sengatanku
tapi senantiasa salah menerjemahkanku dengan intelektualitasmu
banyak yang memberi nama aku, tapi tak ada yang mengenalku

Tanyakan pada Tuhanmu, seperti apa aku
Tanyakan pada Tuhanmu, untuk siapa aku
Tanyakan pada Tuhanmu, dibawa kemana aku

jangan kau bersungkur menyembahku
jangan kau bersungkur memintak penjelasanku
tugasku bukan itu
tugasku hadir sebagai jantung hatimu
posisiku berada diantara benar dan salah dalam nuranimu
ini yang bisa ku jawab atas pertanyaanmu,
selebihnya belajarlah pada jalan yang Tuhan berikan kepadamu

17:14 03-08-2013

Rabu, 27 November 2013


tiarap dibawah kursi perebutan
engkau hanya berkuasa memegang kaki kaki kursi
engkau tiarap, takut akan ajing penjilat kekuasaan

pereman berdasi duduk diatas meja kerjamu
kamu persilahkan jamuan
yang kau anggap pengaman kekuasaan

preman berdasi individualis liar
kau biarkan anjing penjilat berkelakar
preman berdasi mengacak anggaran

engkau gembala yang kehilangan tongkat gembala
engkau tiarap didalam gubuk reot
sementara dombamu dilahap anjing berjiwa serigala

bangkitlah, kepalkan tanganmu kami di belakangmu
jangan jadi getuk politik duhai pemimpin lugu
jangan hanya nanti akan dipikirkan kelakarmu


Puisi dibuat melalui setaus pada 10:42, 27-November-2013

Selasa, 26 November 2013


(Karya: Barep Pangestu)

Di atas mimbar engkau lantang menantang
kau lawan setiap penabur kemungkaran
tak ada satu yang terlewatkan

Tengkulak agama, gaungmu sungguh luar biasa
kau tagih cahaya setiap orang beriman
Menelisik noktah gamis putih

Tengkulak agama, kau hadapi mereka berkaos hitam
kau beri cahaya dengan sorot terang
seratus lampu taman kau hadirkan sebagai peredam

Tengkulak agama, izin ku bersuara:
Kami manusia yang baru lepas dari belenggu setan
Perangai setan masih bercokol benar adanya

Hukumilah kami sebagi manusia
jangan hukumi kami dengan hukum malaikat
Engkau bukan pemegang palu sidang para malikat

Manusiawilah menagih kredit cahaya di hati
Engkau kesetanan, membajak hukum malaikat
Jangan tunggu mimbarmu runtuh di atas mihrabmu

di kamaar belakang masjid, 18:50 26/11/2013

Senin, 25 November 2013



Karya:  Barep Pangestu (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Metro)

Selembar selendang pada ubunmu telah tertaut
Seberkas cahaya rembulan menggigit keheningan 

Bulan sabit merahmu merekah membuatku tersaut
Rasa salut dan riang, cahayamu ketepian

Segurat senyum kau raut
Isyarat mata dibalik dada, kita akan terpaut
Begitu terniang sinarmu menari dengan riang

Ku tersapu ketiang bayu hampir buatku meriang

Semuanya terkuak ketika menuju seberang laut
Ketika kau meminta sejuta rasa yang ku punya
Kau memilih bintang bukan waru
Cindera mata yang ku beri ada arti
Lapangmu menerima semakin berarti

Kini ku tau semua arti rautmu
Aku telah keliru
Rasa yang kau beri tak ubahnya gotri dan baut
Kecil dan banyak memberi arti kepada siapapun
Aku pun tahu kau biang penggoda
Aku akan melawan godamu
Seperti Jalut dikalahkan Daud


di Tegal Ombo, Way Bungur, Lampung Timur, Pada 22:35 17/07/2013

Minggu, 24 November 2013


Karya:  Barep Pangestu (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Metro)


Wanita itu gelas kristal

Indah, bening  berkemilau

Tangan kotor tak pantas menyentil



Harga diri wanita, oase padang pasir

Jagalah wanita, jangan lengah

Jangan berlebih, jangan menyerah



Jagalah wanita seperti membawa secawan air

ditengah kering krontang padang pasir

dan ingat ! cawan itu gelas kristal.


Bila sedikit lengah, akan pecah luluh-lantah.

Hormati wanita, sebagaimana ibu dan adikmu

Jagalah wanita, sebagaimana menjaga dirimu.


 22:14 23-November-2013