Sebelumnya
ide pemikiran artikel Cara Mengalihkan Pikiran Buruk berawal
dari obrolan penulis terhadap seseorang yang sedang patah hati dan sulit
melupakan mantan kekasihnya. Kemudian penulis terpukau dengan kata-kata
penulis sendiri, dengan melihat respon orang tersebut yang mengalami perubahan. Kemudian
beberapa saat kemudian penulis menuangkan kembali ke dalam sebuah tulisan.
Penulis
sesekali kembali membaca, menelisik makna dari kata-kata tersebut. Menurut
hemat penulis tulisan tersebut ada unsur hipnoterapi terhadap seseorang yang menganlami trauma
terhadap masalalu. Akar dari pemikiran tersebut penulis paparkan berdasarkan
akumulasi berpikir penulis berasarkan pengalaman hidup yang pernah penulis
alami. Pemaparan yang memuaskan penulis, kemudian penulis salaurkan ke dalam
kasus yang berbeda. Pernah mencoba memberi nasehat kepada kawan yang sulit
menghilangakn sikap latah, dengan konsep pendekatan yang sama namun pemilihan
kata dan sasaran berbeda. Alhamdullilah ada perubahan dari kawan yang latah.
Insya Allah sekarang tidak latah lagi.
Konsep
pemaparan ini sebenarnya lebih pada pemberian sugesti postif seperti ketika
dalam hipnoterapi, namun ketika penulis mengutarakan niat secara gamblang ada
keengganan dan penolakan. Namun ketika penulis mencoba dengan metode obrolan, dengan cara perlahan dan seperti obrolan biasa orang yang semula menolak dapat
menerima. Sekalipun hipnotis mampu memberikan kata-kata positif tetapi kata
"hipnotis" sendiri masih memiliki kesan negatif bagi kebanyakan masyarakat.
Padahal proses pemberian sugesti kepada orang lain merupakan teknik alami yang
dimiliki setiap orang. Bukankah setiap orang ingin perkataannya didengar,
diterima, dan dilaksanakan? Maka agar perkataanya dapat dilaksanakan seseorang
memiliki teknik pengolahan kata.
Penulis
menelisik redaksi dan dampak-dampak yang ditimbulkan selanjutnya. Penulis
melihat diperjalanan selanjutnya perlu perbaikan redaksi, dan perlu memaparkan
kepada orang lain melalui tulisan yang konstan. Agak capek juga jika mengulang-ulang
mengetik. Kalau omongan tidak bisa dikonstantakan, tapi perlu juga tulisan yang
konstan ketika letih menemukan kasus yang sama.
Maka
penulis mentranformasi dari tulisan tangan ke dalam pengetikan, yang
selanjutnya penulis terbitkan dalam catatan fecebook. Karena melihat berbagai
dampak yang sebelumnya penulis dapatkan, serta ingin mengetahui orang-orang
mana saja yang menerima pesan tersebut dan keberlanjutanya bagaimana awalnya penulis
membatasi tulisan tersebut alam bentuk pengaturan pribadi, pembacanya mereka
yang penulis tandai yang mana mereka mengalami seperti dalam kasus tersebut.
Hal ini untuk memudahkan mengontrol, dan tulisan ini bukan tulisan wawasan
semata seperti tulisan penulis yang lain. Tetapi penulisan pengobatan, maka awalnya
penulis belum berani menyebarluaskan ke publik.
Berhubung
wawasan perlu di sampaikan maka penulis merasa perlu menyebarluaskan. Tetapi
karena khawatir ada dampak buruk maka penunis merasa harus membuat tulisan yang
berkaitan dengan tulisan tersebut. Sebab orang bijak sekalipun membaca tulisan
buruk akan menyikapi dengan bijak, tetapi orang yang memiliki perangai buruk
akan menyerab suatu wawasan dengan pemahaman yang buruk. Manusia tak ada yang
sepurna, kadang menyerap sesuatu dengan baik di bagian lain menyerap dengan
pemahaman yang salah. Saya harap pembaca membaca dengan bijak. Baik tulisan ini
berasal dari karunia Allah, buruknya dari saya.
Lihat juga: