Senin, 12 Januari 2015



Sebelumnya ide pemikiran artikel Cara Mengalihkan Pikiran Buruk berawal dari obrolan penulis terhadap seseorang yang sedang patah hati dan sulit melupakan mantan kekasihnya. Kemudian penulis terpukau dengan kata-kata penulis sendiri, dengan melihat respon orang tersebut yang mengalami perubahan. Kemudian beberapa saat kemudian penulis menuangkan kembali ke dalam sebuah tulisan.
Penulis sesekali kembali membaca, menelisik makna dari kata-kata tersebut. Menurut hemat penulis tulisan tersebut ada unsur hipnoterapi terhadap seseorang yang menganlami trauma terhadap masalalu. Akar dari pemikiran tersebut penulis paparkan berdasarkan akumulasi berpikir penulis berasarkan pengalaman hidup yang pernah penulis alami. Pemaparan yang memuaskan penulis, kemudian penulis salaurkan ke dalam kasus yang berbeda. Pernah mencoba memberi nasehat kepada kawan yang sulit menghilangakn sikap latah, dengan konsep pendekatan yang sama namun pemilihan kata dan sasaran berbeda. Alhamdullilah ada perubahan dari kawan yang latah. Insya Allah sekarang tidak latah lagi.
Konsep pemaparan ini sebenarnya lebih pada pemberian sugesti postif seperti ketika dalam hipnoterapi, namun ketika penulis mengutarakan niat secara gamblang ada keengganan dan penolakan. Namun ketika penulis mencoba dengan metode obrolan, dengan cara perlahan dan seperti obrolan biasa orang yang semula menolak dapat menerima. Sekalipun hipnotis mampu memberikan kata-kata positif tetapi kata "hipnotis" sendiri masih memiliki kesan negatif bagi kebanyakan masyarakat. Padahal proses pemberian sugesti kepada orang lain merupakan teknik alami yang dimiliki setiap orang. Bukankah setiap orang ingin perkataannya didengar, diterima, dan dilaksanakan? Maka agar perkataanya dapat dilaksanakan seseorang memiliki teknik pengolahan kata.
Penulis menelisik redaksi dan dampak-dampak yang ditimbulkan selanjutnya. Penulis melihat diperjalanan selanjutnya perlu perbaikan redaksi, dan perlu memaparkan kepada orang lain melalui tulisan yang konstan. Agak capek juga jika mengulang-ulang mengetik. Kalau omongan tidak bisa dikonstantakan, tapi perlu juga tulisan yang konstan ketika letih menemukan kasus yang sama.
Maka penulis mentranformasi dari tulisan tangan ke dalam pengetikan, yang selanjutnya penulis terbitkan dalam catatan fecebook. Karena melihat berbagai dampak yang sebelumnya penulis dapatkan, serta ingin mengetahui orang-orang mana saja yang menerima pesan tersebut dan keberlanjutanya bagaimana awalnya penulis membatasi tulisan tersebut alam bentuk pengaturan pribadi, pembacanya mereka yang penulis tandai yang mana mereka mengalami seperti dalam kasus tersebut. Hal ini untuk memudahkan mengontrol, dan tulisan ini bukan tulisan wawasan semata seperti tulisan penulis yang lain. Tetapi penulisan pengobatan, maka awalnya penulis belum berani menyebarluaskan ke publik.
Berhubung wawasan perlu di sampaikan maka penulis merasa perlu menyebarluaskan. Tetapi karena khawatir ada dampak buruk maka penunis merasa harus membuat tulisan yang berkaitan dengan tulisan tersebut. Sebab orang bijak sekalipun membaca tulisan buruk akan menyikapi dengan bijak, tetapi orang yang memiliki perangai buruk akan menyerab suatu wawasan dengan pemahaman yang buruk. Manusia tak ada yang sepurna, kadang menyerap sesuatu dengan baik di bagian lain menyerap dengan pemahaman yang salah. Saya harap pembaca membaca dengan bijak. Baik tulisan ini berasal dari karunia Allah, buruknya dari saya.


Lihat juga:
 

0 komentar :

Posting Komentar