Kamis, 15 September 2011

TUGAS UTS MATA KULIAH KEMUHAMMADIYAHAN I



Nama   : Barep Pangestu

Npm     : 10211539

Semester/Kelas : II/A

Dosen Pengampu : Pak A. Rasyid Sidiq, M. Pd. I

Prodi : Pendidikan Ekonomi

Falkutas/PT : FKIP / Universitas Muhammadiyah Metro (Solusi Sukses Masa Depan)






1) Apakah maksud dari state of mind? jelaskan lengkap!

Jawab:

State of mind adalah kodisi pikiran seseorang yang berkaitan dengan suasana hati dan pandangan hidup. State of mind ada yang positif dan ada pula yang negatif. State of mind yang buruk pada seseorang terlihat dengan sikap yang selalu meliat persoalan dari sisi buruk, dan melakukan tidakan-tindakan menentang tanpa dilandasi pemikiran yang jernih.

Sementara state of mind yang baik adalah selalu merespon hal yang baik disekelilingnya dengan tidak mengumpat, menghujat, atau memberontak. State of mind pada diri seorang Muslim lebih sepesifik lagi, tidak hanya berpkir hal yang baik menurut manusia namun juga berlandaskan perintah Allah S.W.T. yang tertuang dalam Al Quran dan riwayat nabi Muhammad S.A.W di dalam As Sunah. State of mind seorang Muslim yang baik tidak mengejar keduniawian berupa kekayaan, namun diniatkan dengan ibadah dan mengharap ridho Allah S.W.T. Sehingga ilmu yang didapat secara akademis bukan untuk mencari pekerjaan semata namun untuk lebih mendekatkan pada Allah S.W.T.





2) Apa pengaruh gerakan pembaharuan dalam dunia Islam dan pengaruhnya di Indonesia?

Jawab:

Pengaruh dari gerakan pembaharuan dalam dunia Islam dapat diuraikan sebagai berikut;

a) Bangkitnya gerakan pemurnian syariat Islam, muncur gerakan-gerakan dari berbagai kawasan Islam yang memerangi bid'ah, tahayul, dan kurafat. Dan mengganti amalan-amalan yang tidak sesuai dengan Syariat Islam yang cenderung syirik (pandangan mengarah pada mencari rahmad kepada kekuatan selain Allah S.W.T.) dengan mengembalikan ajaran tauhid kedalam kehidupan masyarakat Islam berupa penegakan amalan-amalan yang sesuai dengan Al Quran dan As Sunnah.

b) Munculnya modernisasi dalam Islam berupa pembelajaran Ilmu agama dan sains. Sebelumnya Islam mengalami kemajuan pesat dalam ilmu pengetahuan namun kemudian mengalami kemandekan, bahkan muncul antipati mempelajari sains dari barat, sehingga Islam mengalami stagnasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan, pada saat itu pembelajaran Agama Islam pada pesantren dan sejenisnya dilakukan dengan mengasingkan diri dari sains dan hanya berkutat pada ilmu agama saja. Sehingga muncul gerakan pembaharuan Islam yang memadukan ilmu agama dengan sains.

c) Munculnya perlawanan terhadap dominasi politik barat atas penjajahan negara-negara Islam. Munculnya pemahaman Pan-Islamisme yang ingin menyatukan negara-negara Islam dalam satu wadah seperti era kekalifahan dengan semangat perjuangan untuk mengusir penjajah.



Sementara itu pembaharuan di dunia Islam memberi pengaruh terhadap masyarakat Muslim di Indonesia berupa;
a) Membuka pemikiran masyarakat tradisional dengan ajaran Islam yang murni. Muhammadiyah sebagai salah satu gerakan pembaharuan Islam di Indonesia melakukan purifikasi terhadap masyarakat yang masih terikat dengan ajaran nenek moyang atau inovasi dari ajaran diluar Islam.

b) Membuka pemikiran masyarakat Indonesia yang banyak melakukan tahayul bid'ah dan kurafat namun sangat tertutup dengan pembelajaran ilmu pengetahuan dari Belanda karena kekawatiran terjadi pemurtadan, sehingga muncul gerakan amal usaha dari pesyarikatan muhhamdayiah lewat pendirian madrasah yang memadukan ilmu agama yang murni dan pembelajaran sains.

c) Pencerahan terhadap kaum ulama yang cenderung mengamalkan ajaran tasawuf dan sufi dengan pemahaman salaf yang datang dari tiga generasi terbaik peradaban Islam.



3) Jelaskan jajdid dalam berbagai versi dan hal-hal apa saja yang ditajdidkan itu?

Jawab:

Tajdid dilakukan mujadid setiap awal abad seperti yang dijelaskan dalam hadis, tajdid berfungsi untuk memperbaiki kebobrokan umat yang tengah terjadi.

Ada pun tajdid memiliki versi berikut ini;

a) Elitis, tajdid yang bersifat elitis dilakukan seseorang kepada masyarakat Islam yang sedang mengalami kemerosotan dengan pembaharuan pemikiran. Kelemahanya saat pendorong pembaharuan mati, maka pemikiran tersebut mengalami stagnasi, sehingga perlu adanya tokoh sebagai penerus atau kelompok yang mendorong terjadinya keberlanjutan.

b) Populis, adalah tajdid yang dilakukan secara kelompok dengan gerakan amal usaha yang dilakukan secara berkala dan kolektif.

c) Puritan, gerakan tajdid yang di awali dari pemikiran seseorang dan digekan secara kolektif untuk membrantas tahayul bid'ah dan kurafat dari kehidupan berakidah masyarakat.
Adapun purifikasi dibagi dua, radikal dan moderat. Namun keduanya memiliki langkah yang sama untuk menghampus unsur luar yang masuk dalam peribadatan.

d) Reformis, tajdid yang melakukan modifikasi pemikiran umat dengan menggunakan Islam itu sendiri.

e) Modernisasi, tajdid yang menggunakan pemikiran dan budaya barat modern sebagai bahan acuan buat memajukan umat islam, nilai-nilai modern pemikiran barat tersebut diambil yang sesuai syariat Islam seperti: orientasi jangka panjang, kerja keras, rajin, tepat waktu, hemat serta nilai-nilai lain yang telah dilakukan filterisasi.

f) Liberal, tajdid ini bisa dikatakan tajdid yang menyimpang dan merusak akidah umat Islam, seperti tajdid yang dikembangkan JIL, Gus Dur, atau Cak Nur, yang mendukung dan memberi perlindungan terhadap aliran sesat seperti Ahmadyah, pelaku sirik, dan pelaku penyimpang agama lainnya. Kelompok ini tidak melakukan filterisasi budaya modern barat, tidak menggunakan aturan beruntun dalam beristijad, dan mengesampingkan pendapat tiga generasi terbaik islam tetapi langsung menggunakan rasional mereka. Yang terkadang memotong ayat sembarang dan menafsirkan sesuai rasional mereka. Tajdid seperti ini ditentang para pemikir salaf.



Adapun yang ditajdidkan adalah:

a) Dalam Bidang akidah, seperti yang ditajdidkan Ibnu Tamiyah yang menggunakan pemikiran tiga generasi terbaik Islam dan menentang bentuk penyimpangan agama. Kemudian diteruskan oleh Muhammad bin Abdul wahab.

Adapula Muhhamad Bin Idris al-Syafii yang merumuskan Ushul-Afiqh dan mencekuskan dasar-dasar otoritasi hadis bagi sumber hukum Islam.

b) dalam Bidang Ibadah,

Al Ghazali mengkritik Kencenderung epitemologi dari berbagai aliran pemikiriran dan mendorong kembali pada pengalaman agama yang komperhensif.

Ada pula Rasyid Ridha yang menyarankan sufirme, kalam, dan tasawuf sebagai ilmu akademis bukan untuk pengamalan dalam beribadah dan mendorong pemikiran salaf untuk tatacara ibadah yang benar.


c) Dalam Bidang Muamalah,

Seperti yang diungkapkan Imam Ahmad Bin Hanbal yang gigih menolak penganut bid'ah dalam teknologi seperti mu'tazilalah dan syi'ah.

Dan yang di perjuangkan Jamal Al Afgani dan Muhammad Abduh untuk kemajuan ilmu pengetahuan, yang pada waktu itu sedang memangalami keterbelakangan dalam peradaban.



4) Mengapa dalam perkembanganya K.H Ahmad Dahlan merujuk pada tokoh-tokoh seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad bin Ambul Wahab, Jamaludin al Afgani dan lain-lain? Jelaskan lengkap!

Karena ketika usia 15 tahun Dahlan pergi haji dan menetap di Mekah selama 5 tahun. Sementara pada waktu itu pemikiran-pemikiran pembaharuan Islam berkembang dan Dahlan juga mendapat pengajaran tentang pemikiran tokoh pembaharuan dari beberapa guru di Mekah.

Beliau tertarik dengan pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab tentan pentauhidan secara kafah serta semangat dalam pemberantas tahayul, bid'ah dan Khurafat. Ketika kembali ke kampung halaman Dahlan menekankan pengajaran isi kadungan Al Quran pada murid-muridnya yang ketika itu banyak masyarakat umum dapat baca Quran namun melakukan Syirik lantaran tidak memahami kandungan Al Quran.

Beliau juga merujuk pemikiran Jamaludin Al Afgani dalam beroganisasi, pemikiran nasionalis Islam Jamaludin Al Afgani, serta pada saat itu kaum pribumi pengucilan kaum satntri dari kebijakan politik, dan kaum pridayi dididik untuk loyal pada pemerintah kolonial. Pemikiran Pan Islamisme menjiwai Dahlan dalam mengembangkan pendidikan dan amal usaha lainya, namun Dahlan tak seradikal Al Afgani karena pada saat itu adanya pengawasan ketat pemerintah Hindia Belanda terhadap kegiatan berorganisasi. Sehingga pergerakan Muhammdadiyah cenderung kooperatif.

Dahlan juga sering merujuk pemikiran Ibnu Taimiyah yang berpendapat tiga generasi awal islam merupakan generasi terbaik, sehingga Dahlan menggunakan pemikiran tersebut agar masyarakat tidak mengalami taqlit buta.



5) Dimana letatak persamaan dan perbedaan organisasi-organisasi pembaharuan di Indonesia?

Jawab:
Adapun organisasi-organisasi pembaharuan di Indonesia memiliki perbedaan sebagai berikut;

a) strategi perjuaangan , ada organisasi pembaharuan yang bergerak pada amal usaha dengan menyentuh masyarakat secara langsung sehingga terjadi perubahan secara ekonomi maupun sosial budaya seperti yang dilakukan Persyarikatan Muhammadiyah melalui pendirian rumah sakit, panti asuhan lembaga pendidikan dan lain sebagainya. Namun adapula pembaharuan dilakukan melalui pemberantasan dan pencegahan kemungkaran secepat mungkin seperti yang dilakukan FPI dengan menghancurkan tempat pembuatan minuman keras, pembubaran areal prostitusi, dan penutupan tempat ibadan aliran sesat.

b) ranah yang dituju, ada organisasi-organisasi pembaharuan di Indonesia yang berusaha menegakan Syariat Islam melalui jalur organisasi politik seperti yang diusahakan Partai Masyumi pada massa dulu menegakan syariat secara nasional, adapun yang melakuan pembaharuan melalui biang sosial kemasyarakatan seperti yang dilakukan PERSIS, Muhammadiyah, ataupun NU massa kini. Ada pula yang bergerak melalui penyusunan undang-undang syariat Islam, di deberapa daerah melalui peran Partai Islam di daerah pendukung syariat Islam.

c) Keanggotaan, ada organisasi pembaharuan yang mengunakan mobilisasi masa untuk mencapai suatu tujuan seperti yang dilakukan NU yang banyak simpatisanya atau Hiszbut Tahrir Indonesia yang berdemontrasi, dan ada pula yan melakukan pengkaderan untuk membentuk anggota yang lotal dengan visi dan misi organosasi tersebut seperti yang dilakukan muhammadiyah lewat pengkaderan pemuda dan mahasiswa(IMM).



Organisasi-organisasi pembaharuan di Indonesia memiliki persamaam sebagai berikut;

a) Adanya suatu tujuan sebagai perekat untuk mencapai sasaran yang hendak dicapai bersama. Kebanyakan organisasi pembaharuan menyerukan pembaharuan dan perbaikan akidah umat.
b) Setiap organisasi di Indonesia memiliki kerjasama yang sistematis antar sesama anggota. Adanya unsur kerjasama baik antar individsu maupun kerjasama antar kelompok yang memiliki tujuan sama.
c) Mengunakan organisasi sebagai penggerak dalam mewujudkan kepentingan bersama. Para anggota organisasi-organisasi pembaharuan di Indonesia mengunakan organisaisi sebagai motor perbaikan yang efektif.
d) Dalam organisasi keagaman memiliki orientasi keagamaan tertentu dalam gerakan reformasi.
e) Muncul dari semangat pembaharuan bangsa, agama, maupun kesejahtraan.


Manusia didunia ini di uji untuk menjadi hamba yang terpilih. Pada fitrahnya manusia memiliki sifat yang baik. Namun manusia memiliki kekurangan yaitu hawa nafsu. Hawa nafsulah yang membuat tergelincir pada dosa.


Manusia mahluk yang paling sermpurna yang diciptakan Allah dengan mahluk lain seperti jin dan malaikat. Malaikat sempat mempertanyakan untuk apa manusia dijadikan kalifah dibumi karena dikawatirkan dapat melakukan kerusakan.
Dugaan malaikat salah Allah memiliki rencana lain yang tidak diketahui malaikat dan malaikat pun menyesal. Keunggulan manusia Allah tunjukan dengan keitelektualanya terhadap pengetahuan benda-benda dilangit.

Dan Allah memberi peritah untuk bersujud kepada manusia sebagai wujud penghormatan. Malaikatpun bersujud. Namun iblis menolak karena merasa lebih mulia. Dia merasa kedudukanya direbut. mencuncul kesombongan dalam dirinya. Allah pun murka namun dia tidak menyesal dan berniat menyesatkan anak cucunya untuk membuat manusia ingkar. Inilah keingkaran pertama yang dilakukan hamba Allah.

Sejak iblis diusir dari surga dia bersumpah akan menyesatkan umat manusia dari jalan Allah. Kemudian ia merekrut tentara-tentara yang bersedia untuk menyesatkan orang-orang beriman baik secara nyata (manusia) maupun secara goib (jin). Golongan penyesat baik dari golongan jin dan manusia kita kenal sebagai syaitan.

Syaitan mencoba meracuni alam pikiran manusia agar ingkar dan durhaka terhadap Allah. Mereka memiliki misi melakukan penyesatan yang sesesat-sesatnya bila perlu lebih sesat dari iblis. Sehinga dapat menjadi simpatisan penyesatan umat manusia. Iblis dan syaitan menginginkan umat manusia semua menjadi kafir, dan hidup penuh kesesatan sampai akhir zaman, maka dari itu mereka tak henti-hentinya menyerang kaum muslim.

Bentuk penyesatan syaitan berupa pemberian paham yang salah tentang sifat Allah. Mereka menebarkan faham sifat-sifat Allah memiliki unsur-unsur tersendiri yang berserikat untuk membangun alam semesta. Inilah yang kita kenal sebagai musyrik.

Adapun paham yang lebih gila yang menyamaratakan Allah sebagai pencipta dengan ciptaan-Nya baik dari segi wujud, kekuatan, kekuasaan, perbuatan maupun kebutuhan. Inilah yang kita kenal sebagai syirik. Musyrik dan syirik berjalan seiring diatas keingkaran dari kehendak Allah.


Kedua sikap ini sangat dibenci Allah dan tidak mengampuni kematian dalam keadaan tersebut diakherat kelak. Karena telah melakukan perbuatan tidak pada tempatnya dan caranya pun salah.


Paham syirik pada awal masuk islam di indonesia masih dianut beberapa orang yang baru menerima islam. Pada waktu itu kita kenal sebagai perang pemikiran antara abangan dan santri.

Orang abangan belum lepas dari kebudayaan lama, mereka masih memakai benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan. Seperti: jimat, binatang, pohon, serta mengkratmatkan tempat tertentu. Bahkan ada yang bersekutu dengan jin.
Banyak orang yang tahu tentang syirik dan musyrik tetapi meraka tetap nekat melawan hukum Allah karena iman mereka lemah tak kuat menghadapi cobaan hidup.

Banyak orang yang masih kuat imannya pada taraf ini. Kemudian syaitan melakukan penglabuhan kesesatan melalui penggunaan ayat-ayat al quraan sebagai mantra penyembuhan atau menuliskan pada jimad. Banyak syarekat baru yang dimunculkan 'dukun alim'. Banyak masyarakat yang terpedaya dengan kesyaduhan dan keindahan ayat pada jimat. Pada masa itu muncul perang pemikiran dari kaum muslim untuk memberantas bid'ah, tahayul dan khurafat.


Ada cara yang paling tersamarkan dengan menhembuskan sifat-sifat yang hendak menggerus keimanan kaum muslim seperti ria, iri, dengki, sombong, hasat, hasut dll. Sifat tesebut perlu kita jauhi karena itu potensi syirik yang harus kita buang.

Adapun paham yang dihembuskan seperti fasik dan kufur.


Cara selanjutnya menyusupkan orang yang masuk islam padahal hatinya kafir. Dengan menampakan keislaman dihadapan kaum muslim dengan tidak sepenuh hati dan menampakan kekafiran kepada kaum musrikin dengan senuh hati. Itulah orang yang kita kenal sebagai orang munafik.


Pada masa rasululah orang munafik masih malu-malu menampakan kekafirannya disebabkan mereraka takut dengan kekuatan islam yang kokoh pada masa makdinah. Namun ketika rasulalah meninggal banyak orang munafik yang terangan keluar dari islam. Adapula yang tetap islam tapi melaknat rasululah, tidak membayar zakat, mengkuluskan Ali, mengkafirkan sahabat, ada pula yang mengangkat nabi baru.

Pada masa kini meka semakin berani menampakan wujud asli mereka. Meraka berani mencapuradukan ajaran asing kedalam islam, membangkitkan ajaran sesat yang sudah punah, melindungi aliran sesat dengan jubah islam. Itulah mereka kader baru iblis dimasa kini yang bertujuan memurtadkan dan menyesatkan orang-orang yang kagum dengan mereka (murid dan orang awam). Sasaran Pemurtadan yang dilakukan kaum munafik adalah masyarakat luas dan kaum muda. Yang meka mulai dengan pembebasan diri dalam berfikir tentang syariat maupun ibadah. Mereka juga mengeluarkan fatwa dengan metode salah dan hasilnya menyimpang.

Kaum Munafik saat ini juga membiarkan murid mereka berfikir semaunya dengan seenaknya mengkritik hadis shahih, yang berarti mengukur garisan. Sebenarnya mereka lakukan hanyalah mensistematiskan pemikiran naif masyarakat awam, pemikiran nyeleneh anak kecil, mereka juga berani memasukan pemikiran sesat kaum kafir dengan mengatakan semua agama sama. Kemudian mereka memisahkan unsur islam dengan urusan dunia. Mereka hanya mengambil syariat islam yang dianggap menguntungkan dan tidak menyusahkan. Sehinga masyarakat hanya mengejar materi, hobi berfoya-pora dan hanya mengejar kenikmatan.


Kemunafikan perlu kita hindarkan sejauh mungkin karena dapat membawa seorang muslim keluar dari agama tanpa disadari. Cara menghindarkan kemunafikan dapat kita lakuan dengan menjauhkan sifat-sifat yang dimiliki orang munafik seperti: berbohong, ingkar, tidak amanah, menghalalkan yang haram, menharamkan yang halal, berani berkata benar tapi tidak melakukan, bercerai tanpa alasan, dll.

Sikap kemunafikan memang sangat berbahaya. Mereka mengangap diri paling Islam atau menyamaratakan orang islam dengan orang kafir. Ada segolongan orang munafik merasa kasihan dengan orang kafir yang melakukan amal baik di anggap sia-sia begitu saja. Mereka tidak melihat diri sendiri melakukan kesia-siaan tanpa disadari. Menuduh orang islam menjastifikasi padahal mereka sendiri yang tanpa dasar memaksakan firman harus dibenarkan akal. Padahal sudah jelas amalan orang kafir tertolak. Pandangan seperti itu sangat berbahaya bila diterima oleh masyarakat awam.


Sekilas memang orang kafir melakukan kebaikan dan berperang melawan kejahatan. Secara garis besar orang kafir terbagi menjadi dua orang kafir yang endogen dan yang eksogen.

Orang kafir yang berpaham endogen merupakan mereka yang beramal dengan metode salah. Mereka hidup didalam kedamaian yang berjalan diatas kesesatan. Dan kesesatan yang berbalut kedamaian semu. Bahkan seorang yang tidak mengakui adanya Tuhan banyak menentang kekerasan dengan ajaran kemanusiaan. Banyak orang yang meragukan keberadaan Tuhan membuat penelitian tentang obat yang dapat menyembuhkan penyakit dimasyarakat.


Sementara itu orang kafir yang berpaham eksogen merekalah termasuk orang-orang yang melakukan tindak kejahatan, pemuja setan secara terang-terangan, penumbalan, dsb.
Itulah permainan yang diwasiti Iblis. Orang kafir endogen dibina agar mereka menganggap jalan yang sesat adalah jalan yang lurus. Sementara orang kafir eksogen pengukuhan dengan mengabulkan hawanafsu dan keegoisan.


Pertarungan antara kafir endogen dan eksogen merupakan pertarungan semu. Dari pihak endogen mengajukan "dewa" melawan "setan" orang kafir eksogen. Dewa dan setan yang mereka kira berperang sebenarnya sebuah paradoks karena ada pengaturan pertandingan. Bahkan terkadang si setan tetap menang, ketika orang beriman datang setan kalah. Seperti kasus santet antara "dukun putih" melawan "dukun hitam" keduanya sering kali sulit dibedakan hanya saja yang satu mengatakan menolong orang yang disantet, yang satunya membantu orang yang hendak mencilakai. Banyak dukun putih kalah terlebih dukun palsu, saling kirim setan, malah di dalam tubuh penderita "bersalaman". Yang dibilang ilmunya tinggilah, hanya jin kecil yang keluar. Padahal karena musrik vs syirik.

Selain itu kafir endogen menjadi bahan percobaan bagi iblis, iblis memecah belah dan semakin menyesatkan seolah kebenaran menang melawan pengekangan justru kebobrokan yang bertambah. Kebobrokan yang dinila sebagai hal yang bagus diharapkan dapat mendapat citra positif dari orang yang lemah imannya. Dengan begitu penyesatan iblis masuk dengan mudah kedalam islam kerena ada yang menerima.

Seperti kaum agamis yang bertarung dengan kaum liberal. Setelah kemenangan kaum liberal moral umat mereka mulai digeser secara halus. Dibebaskan memilih sesuka hati. Mau berbaju atau tidak, mau khamer atau syirup, mau beragama , tidak beragama, buat agama baru, atau atheis menjadi urusan individu. Pengarahan setelah ada konflik yang merugikan banyak orang. Padahal dari awal kaum liberal merusak moral banyak orang.
Berbeda dengan komunis yang memaksa orang lain untuk menjadi bejat. Mereka menghalangi kaum beragama.


Pertarungan antara komunis dan liberal merupakan keegoisan mereka untuk membuktikan sebagai tentara iblis yang paling kuat dan yang paling banyak mengumpulkan banyak pengikut.


Lebih seru lagi pertarungan antara atheis dengan pengikut gereja setan. Atheis yang tidak percaya adanya Tuhan, malaikat dan setat karena lebih mengagungkan akal. Sementara gereja setan percaya ada tuhan, namun menentang Tuhan dan lebih suka mengagungkan setan. Ketika atheis menyerang dengan "dewa akal" dikeluarkanlah setan oleh pengikutnya, dengan tipu daya setan memunculkan 'keajaiban' dan siap mengabulkan permohonan atheis. Jangankan bertemu setan, bertemu batu ajaib bisa-bisa disembah orang atheis.


Perlu anda ingat ada syirik, musrik, fasik, atau munafik, ada yang besar maupun kecil. Dimana yang kecil adalah potensi buruk yang harus ditutup agar tidak merusak hati. Ketika menderita potensi masih bisa di maklumi oleh Allah tapi ketika semakin besar dan membentuk kararakter personal dapat mengeluarkan dari Islam. Sementara yang namanya kafir ingkar, semuanya tertolak tanpa ampun tak ada kebaikan sebesar zahrah yang dapat menolong orang kafir. Mau kafir besar atau kecil, mau endogen atau eksogen, semuanya memusuhi islam, mereka semua kerak neraka. Semua orang kafir telah disesatkan sesesat-sesatnya oleh Allah. Dikarenakan mereka tidak menggunakan akal, dan hati.


Sudah sepatutnya kita menggunakan keiimanan dengan mejauhi larangan dan menjalankan perintah Allah dengan perinsip dengarkan dan lakukan. Tidak akan besatu haq dg batil, bila dicampur menjadi batil. Mari kita sekeras mungkin menghapus noda hitam ini. Allah menilai usaha kita untuk benar bukan hasil tanpa proses. Dengan meneguhkan keimanan, berarti kita harus meyakini Allah senatiasa mengawasi akan kita.



BAB I
PENDAHULAN
 A.    Latar Belakang
       Manusia di dunia ini dihadapkan pada dua cobaan yaitu cobaan yang mengembirakan dan cobaan yang menyusahkan. Cobaan tersebut berupa tahapan dan rintangan yang menguji manusia dalam kehidupan. Apa bila mampu menyelesaikan dengan baik akan mendapatkan pahala dan bila mengingkari ketentuan yang ada akan tenggelam dalam penderitaan di akhirat kelak.
       Terkadang manusia terbuai pada kegembiraan, padahal kegembiran juga cobaan. Manusia seringkali tergelincir akibat keterlenaan dan berlebihan (melampaui batatas)  yang berujung pada suatu penderitaan. Sementara ada pula yang menghadapi cobaan yang menyusahkan namun tidak kuat menjalani cobaan. Orang tersebut menjadi frustasi dan meluapkan emosi tanpa kontrol. Sikap seperti itu malah semakin menambah penderitaan. Ada pula ketika merasa kesabaran sudah di batas perjuangan berhenti melakukan perjuangan, padahal keinginan yang diharapkan selangkah lagi tercapai sehingga tetap  pada pendedritaan dan menyesal ketika harapan yang dicitakan berlalu begitu saja di hadapanya. Ada pula yang menjalani hidup dengan sikap overconfident (terlalu bermain aman), tidak mau menghadapi masalah atau lari dari masah namun yang terjadi mendapati pada suatu penderitaan. Ada pula yang mencoba berkelik dari masalah dan hanya mengincar kebahagiaan dunia namun di akhirat berujung pada penderitan. 
Manusia di dunia ini tidak akan pernah lepas dari yang namanya masalah  baik yang menyusahkan atau yang menggembirakan. Masalah timbul karena adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Proses dalam menghadapi kesenjangan seringkali dihadapkan pada lika-liku kehidupan yang sering dianggap sebagai suatau penderitaan. Susah maupun senang merupakan dua agenda yang silih berganti tejadi dalam kehidupan manusia. Habis susah ada senang dan habis senang ada susah. Manusia selalu untuk berusaha menjadi lebih baik. Manusia perlu menjalani proses di dunia ini untuk mencari bekal untuk akherat  dengan menjalani suka duka yang ada di dunia.
Manusia juga dituntut untuk keimanan terhadap Tuhannya, baik duka maupun duka untuk semakin mendekatkan diri. Manusia sepatutnya bukan mengeluh dan meratapi penderitaan. Namun harus bangkit mengolah penderitaan menjadi sesuatu yang bernilai lebih berharga. Dan terus belajar menelusuri kehidupan karena ada  hikmah di balik penderitaan.
       Penderitaan datang tak terduga begitu pula kebahagian datang dari celah tak terduga. Sehingga manusia dituntut untuk siap siaga dalam menghadapi suka maupun duka di kehidupan ini. Dan sepatutnya kita berani menghadapi dalam menyelesaikan persoalan hidup ini, tidak pilih-pilih saat senang semangat sat susah loyo, atau saat duka tabah saat senang tidak bersukur. Kita perlu belajar dari pengalaman dan cepat bangkit saat tergelincir.
       Semangat juga bukan semangat yang melampaui batas, tetapi berusaha menenenagkan  hati, sabar menghadapi penderitaan, hati iklas lilahita ala mengharap ridho Allah. Karena solusi-solusi saat menghadapi penderitaan akan mudah muncul saat hati tenang dan berpikir jernih. Berbeda dengan tergesa-gesa menyebabkan solusi di depan mata terlihat jauh. Dan terkadang hal penunjang terabaikan sehingga menambah masalah baru. kita juga bukan hanya menunggu desakan solusi tapi perlu menyambut solusi.

B. Rumusan Masalah
 Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di rumuskan sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari penderitaan?
2. Apa hubungan manusia dengan penderitaan?
3. Bagaimana cara manusia menghadapi penderitaan?
4. Apa saja sebab-sebab terjadinya penderitaan?
5. Apa pengaruh dari penderitaan yang dihadapi manusia?

C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dilakunkannya penulisan makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian penderitaan
2. Mahasiswa dapat memahami hubungan manusia dengan penderitaan
3. Mahasiswa dapat menemukan solusi dalam menghadapi penderitaan
4.Mahasiswa dapat memahami penyebab terjadinya penderitaan
5. Mahasiswa dapat memahami pengaruh penderitaan yang dihadapi dalam kehidupan manusia.








BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penderitaan

         Penderitaan berasal dari kata dasar derita. Sementara itu kata derita merupakan serapan dari bahasa sansekerta, menyerap kata dhra yang memiliki arti menahan atau menanggung. Jadi dapat diartikan penderitaan merupakan menanggung sesuatu yang tidak meyenakan. Penderitaaan dapat muncul secara lahiriah, batiniah atau lahir-batin. Penderitaan secara lahiriah dapat timbul karena adanya intensitas komposisi yang mengalami kekurangan atau berlebihan, seperti akibat kekurangan pangan menjadi kelaparan, atau akibat makan terlalu banyak menjadi kekenyangan, tidak dapat dipungkiri keduanya dapat menimbulkan penderitaan. Ada pula kondisi alam yang ekstrem, seperti ketika terik matahari membuat kepanasan, atau saat kehujanan membuat kedinginan.
        Ada pula penderitaan yang secara lahiriah seperti sakit hati karena dihina, sedih karena kerabat meninggal, putus asa karena tidak lulus ujian. Atau penyesalan karena tidak melakukan yang diharapkan. Sementara yang lahir-batin dapat muncul dikarenakan penderitaan pada sisi yang satu berdampak pada sisi yang lain atau dengan kata lain penderitaan lahiriah memicu penderitaan batiniah atau sebaliknya. Misal akibat kehujanan badan menjadi kedinginan namun tidak ada tempat berteduh akibatnya mendongkol, risau atau menangis. Ada pula karena putus asa tidak lulus ujian menjadi tidak mau makan dan menimbulkan perut sakit.
       Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, dari yang terberat hingga ringgan. Persepsi pada setiap orang juga berpengaruh menentukan intensitas penderitaan. Suatu kejadian dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu dianggap penderitaan bagi orang lain. Dalam artian suatu permasalahan sederhana yang dibesar-besarkan akan menjadi penderitaan mendalam apabila disikapi secara reaksioner oleh individu. Ada pula masalah yang sangat urgen disepelekan juga dapat berakibat fatal dan menimbulkan kekacauan kemudian terjadi penderitaan.
       Manusia tidak dapat mengatakan setiap situasi masalahnya sama, penderitaanya sama solusinyapun sama. Penderitaan bersifat universal dapat datang kepada siapa pun tidak peduli kaya maupun miskin, tua maupun muda. Penderitaan dapat muncul kapan pun dan di mana pun. Semisal saat seminar di siang hari, suasana pengap, ada kipas angin pun masih kipas-kipasan membayangkan ruang ber AC, dan pulang tidur merentangkan badan di kasur empuk. Atau makan buah segar dan minum air dingin. Namun pasien rumah sakit di ruang VIP, tidur di kasur empuk ruang ber-AC, banyak buah segar dan air segar di kulkas, merasa tidak betah dan ingin cepat pulang. Ada lagi orang yang tidak mempunyai uang merasa menderita tidak dapat wisata saat liburan, namun ada pula orang yang berpergian membawa uang banyak tanpa bekal hendak liburan ternyata mobil mogok di daerah yang jauh dari permukiman, dan saat makan siang tiba, rasa lapar mulai muncur, ternyata uang tidak dapat menolong dari penderitaan karena tidak ada barang yang bisa dibeli, terlebih muncul rasa gengsi atau keegoisan penumpang lain menambah penderitaan.
        Penderitaan merupakan realita kehidupan manusia di dunia yang tidak dapat dielakan. Orang yang bahagia juga harus siap menghadapi tantangan hidup bila tidak yang muncul penderitaan. Dan orang yang menghadapi cobaan yang bertubi-tubi harus berpengharapan baik akan mendapatkan kebahagian. Karena penderitaan dapat menjadi energi untuk bangkit berjuang mendapatkan kebahagian yang lalu maupun yang akan datang.
        Akibat penderitaan yang bermacam-macam manusia dapat mengambil hikmah dari suatu penderitaan yang dialami namun adapula akibat penderitaan menyebabkan kegelapan dalam kehidupan. Sehingga penderitaan merupakan hal yang bermanfaat apabila manusia dapat mengambil hikmah dari penderitaan yang dialami. Adapun orang yang berlarut-larut dalam penderitaan adalah orang yang rugi karena tidak melapaskan diri dari penderitaan dan tidak mengambil hikmah dan pelajaran yang didapat dari penderitaan yang dialami.
        Penderitaan juga dapat "menular" dari seseorang kepada orang lain. Misal empati dari sanak-saudara untuk membantu melepaskan penderitaan. Atau sekedar simpati dari orang lain untuk mengambil pelajaran dan perenungan.
       Contoh gamblang penderitaan manusia yang dapat diambil hikmahnya diantaranya tokoh filsafat ekistensialisme Kierkegaard (1813-1855) seorang filsafat asal Denmark yang sebelum menjadi filsafat besar, sejak masa kecil banyak mengalami penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.
       Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar. Lain lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan masyarakatnya yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.
Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi filsuf yang besar. Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar.
Contoh lain ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi pada diri Nabi Muhammad SAW. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh Besar Dunia).
       Dalam riwat hidup Bhuda Gautama yang dipahatkan dalam bentuk relief Candi Borobudur, terlihat adanya penderitaan. Tergambar seorang pangeran (Sidharta) yang meninggalkan istana yang bergelimangan hata, memilih ke hutan untuk menjadi biksu dan makan dengan cara megembara di hutan yang penuh penderitaan.
       Riwayat tokoh tokoh besar di Indonesia pun dengan penderitaan. Buya Hamka mengalami penderitaan hebat pada masa kecil, hingga ia hanya mengecap sekolah kelas II. Namun ia mampu menjadi orang besar pada zamanya, berkat perjuangan hidup melawan penderitaan. Contoh lain adalah Bung Hata yang beberapa kali mengalami pembuangan namun pada akhirnya ia dapat menjadi pemimpin bangsanya. Ketika membaca kisah tokoh-tokoh besar tersebut, kita dihadapkan pada jiwa besar, berani karena benar, rasa tangung-jawab, dan sebagainya. Dan tidak ditemui jiwa munafik, plin-plan, dengki, iri dan sebagainya.

B. Hubungan Manusia dengan Penderitaan

        Allah adalah pencipta segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Dialah yang maha kuasa atas segala yang ada atas seisi jagad raya ini. Dia menciptakan mahluk yang bernyawa dan tak bernyawa. Allah tetap kekal dan tak pernah terikat dengan penderitaan.
         Mahluk bernyawa memiliki sifat ingin tepenuhi segala hasrat dan keinginannya. Perlu dipahami mahluk hidup selalu membutuhkan pembaharuan dalam diri, seperti memerlukan bahan pangan untuk kelangsungan hidup, membutuh air dan udara. Dan membutuhkan penyegaran rohani berupa ketenangan. Apa bila tidak terpenuhi manusia akan mengalami penderitaan. Dan bila sengaja tidak di penuhi manusia telah melakukang penganiayaan. Namun bila hasrat menjadi patokan untuk selalu dipenuhi akan membawa pada kesesatan yang berujung pada penderitaan kekal di akhirat.
        Manusia sebagai mahluk yang berakal dan berfikir, tidak hanya menggunakan insting namun juga pemikirannya dan perasaannya. Tidak hanya naluri namun juga nurani. Manusia diciptakan sebagai mahluk yang paling mulia namun manusia tidak dapat berdiri sendiri secara mutlah. Manusia perlu menjaga dirinya dan selalu mengharapkan perlindungan kepada penciptanya. Manusia kadang kala mengalami kesusahan dalam penghidupanya, dan terkadang sakit jasmaninya akibat tidak dapat memenuhi penghidupanya.
        Manusia memerlukan rasa aman agar dirinya terhidar dari penyiksaan. Karena bila tidak dapat memenuhi rasa aman manusia akan mengalami rasa sakit. Manusia selau berusaha memahami kehendak Allah, karena bila hanya memenuhi kehendak untuk mencapai hasrat, walau tidak menderita di dunia, namun sikap memenuhi kehendak hanya akan membawa pada pintu-pintu kesesatan dan membawa pada penyiksaan di dalam neraka.
Manusia di dunia melakukan kenikmatan berlebihan akan membawa pada penderitaan dan rasa sakit. Muncul penyakit jasmani juga terkadang muncul dari penyakit rohani. Manusia mendapat penyiksaan di dunia agar kembali pada jalan Allah dan menyadari kesalahannya. Namun bila manusia tidak menyadari malah semakin menjauhkan diri maka akan membawa pada pederitaan di akhirat.
Banyak yang salah kaprah dalam menyikapi penderitaan. Ada yang menganggap sebagai menikmati rasa sakit sehingga tidak beranjak dari kesesatan. Sangat terlihat penderitaan memiliki kaitan dengan kehidupan manusia berupa siksaan, kemudian rasa sakit, yang terkadang membuat manusia mengalami kekalutan mental. Apa bila manusia tidak mampu melewati proses tersebut dengan ketabahan, di akherat kelak dapat menggiring manusia pada penyiksaan yang pedih di dalam neraka. Adapun akan lebih jelas akan dibahas sebagai berikut.

1. Siksaan
        Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Siksaan juga dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Apa bila berbicara tentang siksaan, terbayang di benak kita sesuatu yang sangat mengerikan, bahkan mendirikan bulu kuduk kita. Di dalam benak kita, terbayang seseorang yang tinggi besar, kokoh, kuat dan dengan muka seram sedang menggenggam cemeti yang siap mencambukkan tubuh orang yang akan disiksa; atau ia memegang batangan besi yang sudah dipanaskan ujungnya sampai merah dan siap ditempelkan pada tubuh orang yang akan disiksa. Semua itu dengan maksud agar orang yang disiksa memenuhi permintaan penyiksa atau sebagai perbuatan balas dendam.
          Siksaan pada manusia juga dapat menimbulkan kreativitas bagi yang pernah mengalami siksaan atau orang lain yang berjiwa seni yang menyaksikan langsung atau tak langsung. Hal itu terlihat dari banyak cerpen, novel, berita, atau filem yang mengisahkan tentang siksaan. Dengan menyimak hasil seni atau berita kita dapat mengambil arti manusia, harga diri, kejujuran, kesabaran, dan ketakwaan, tetapi juga hati yang telah dikuasi hawa nafsu, godaan setan, tidak mengenal perikemananusiaan dan sebagainya.
Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah digunakan sebagai cara untuk memaksakan pindah agama atau cuci otak politik.
       Siksaan yang sifatnya psikis tersebut dapat menimbulkan gejala pada penderita bisa berupa: kebimbangan, kesepian, ketakutan. Ketakutan berlebih-lebihan yang tidak pada tempatnya disebut phobia. Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan antara lain: claustrophobia dan agoraphobia, gamang, ketakutan, kesakitan, kegagalan. Para ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu problema psikologis yang dalam, yang harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah laku percaya bahwa suatu phobia adalah problemnya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.
       Di dalam kitab suci diterangkan jenis dan ancaman siksaan yang dialami manusia di akhirat nanti, yaitu siksaan bagi orang-orang musyrik, syirik, dengki, memfitnah, mencuri, makan harta anak yatim, dan sebagainya.  Antara lain, ayat 40 surat Al Ankahut menyatakan :
"masing-masing bangsa itu kami siksa dengan ancaman siksaan, karena dosa-dosanya. Ada diantaranya kami hujani dengan batu-batu kecil seperti kaum Aad, ada yang diganyang dengan halilintar bergemuruh dahsyat seperti kaum Tsamud, ada pula yang kami benamkan ke dalam tanah seperti Qorun, dan ada pula yang kami tenggelamkan seperti kaum Nuh. Dengan siksaan-siksaan itu, Allah tidak akan menganiaya mereka, namun mereka jualah yang menganiaya diri sendiri, karena dosa-dosanya”.

        Siksaan yang dialami manusia dalam kehidupan sehari-hari banyak terjadi dan banyak dibaca di berbagai media massa. Bahkan kadang-kadang ditulis di halaman pertama dengan judul huruf besar, dan kadang-kadang disertai gambar si korban. Adapun siksaan bersifat psikis dapat di klasifikasi seperti:
• Kebimbangan, siksaan ini terjadi ketika manusia sulit untuk menentukan pilihan yang mana akan mereka ambil dan mereka tidak ambil. Situasi ini sangat membuat psikis manusia tidak stabil dan butuh pertimbangan yang amat sangat sulit.
• Kesepian, merupakan perasaan sepi yang amat sangat tidak diinginkan oleh setiap manusia. Pada hakikatnya manusia itu adalah makhluk yang bersosial ,hidup bersama dan tidak hidup seorang diri. Faktor ini dapat mengakibatkan depresi kejiwaan yang berat dan merupakan siksaan paling mendalam yang menimpa rohani manusia
• Ketakutan, adalah suatu reaksi psikis emosional terhadap sesuatu yang ditakuti oleh manusia. Rasa takut ini dapat menimbulkan traumatik yang amat mendalam. Dampaknya manusia bisa kehilangan akal pikirannya dan membuat manusia berkejatuhan mental.

2. Rasa Sakit
            Rasa Sakit adalah rasa yang di alami manusia akibat menderita suatu penyakit. Rasa sakit ini dapat menimpa setiap manusia. Kaya-miskin, besar-kecil, tua-muda, orang bodoh atau pintar, bahkan dokter sekalipun kesemuanya tidak dapat menghindarkan dari rasa sakit. Penderitaan, rasa sakit, dan siksaan merupakan rangkaian sebap akibat, karena siksaan, orang merasa sakit; dan karena merasa sakit orang menderita. Atau karena penyakitnya tak sembuh-sembuh, ia merasa tersiksa hidupnya, dan mengalami penderitaan.

3. Kekalutan Mental
        Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar. Gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :
• Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
• Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah

a. Tahap-tahap Gangguan Kejiwaan

Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
• gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohaninya
• Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara benahan dirinya salah; pada orang yang tidak menderita ganguaan kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dari persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
• Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalam gangguan

b. Sebab-sebab Timbulnya Kekalutan Mental

Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental dapat banyak disebutkan antara lain sebagai berikut:
• Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna; hal-hal tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri yang secara berangsur-angsur akan menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya.
• Terjadinya konflik sosial budaya; terjadinya konflik sosial budaya diakibatkan norma berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi. Misalnya orang pedesaan yang berat menyesuaikan diri dengan kehidupan kota, atau orang yang telah mapan sulit menerima keadaan baru yang jauh berbeda dan masa jayanya dulu.
• Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial; over acting sebagai overcompensatie.

c. Proses-proses Kekalutan Mental

       Proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya kearah positif dan negatif. Positif; trauma jiwa yang dialami dijawab dengan baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut, atau pun melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam hidupnya. Negatif; trauma yang dialami diperlarutkan sehingga yang bersangkutan mengalami fustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk frustasi antara lain:

• Agresi berupa kamarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi hipertensi atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya
• Regresi adalah kembali pada pola perilaku yang primitif atau kekanak-kanakan
• Fiksasi adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu
• Proyeksi merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif kepada orang lain
• Identifikasi adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imajinasinya
• Narsisme adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari pada orang lain
• Autisme ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yagn dapat menjurus ke sifat yang sinting.

Penderitaan kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti:
1. kota – kota besar
2. anak-anak muda usia
3. wanita
4. orang yang tidak beragama
5. orang yang terlalu mengejar materi

Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut:
1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
2. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan

        Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif atau pun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, atau ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, mislanya antikawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup, dan sebagainya. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti. Misalnya sifat antikawin-paksa, ia berjuang menentang kawin-paksa, dan lain-lain.

4. Neraka
Berbicara tentang neraka, kita selalu ingat dosa dan terbayang dalam ingatan, siksaan yang luar biasa dan penderitaan hebat. Jelas bahwa antara neraka, siksaan, rasa sakit, dan penderitaan memiliki suatu rangkaian sebab-akibat. Manusia masuk neraka karena dosanya. Oleh karena itu, bila kita berbicara tentang neraka tentu berkaitan dengan dosa. Berbicara tentan dosa berati berbicara kesalahan. Seperti yang tertuang dalam Quraan Surat Al Fath ayat 6 yang artinya:    
"Dan supaya dia menyiksa orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, orang-orang yang musyrikin laki-laki dan perempuan yang mempunyai persangkaan jahat terhadap Allah. Mereka mendapat giliran buruk. Allah memurkai mereka, dam menyediakan neraka jahanam baginya. Dan neraka jahanam itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali".
(Q.S. Al-Fath : 6)

C. Cara Manusia Menghadapi Penderitaan
         Manusia memiliki berbagi cara meng hadapi penderiataan mulai dari berekspresi dengan seni, meminta bantuan orang lain. Hingga manusia merasa mampu melewati penderitaan tersebut. Selagi nyawa ada manusia tak akan pernah berhenti berjuang mengatasi masalah.

1. Penderitaan Dan Perjuangan
         Setiap manusia pasti mengalami penderitaan, baik berat ataupun ringan. Penderitaan adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Karena itu terserah kepada manusia itu sendiri untuk berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, rnenghindari atau menghilangkan sama sekali.
          Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekuensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan. Manusia harus optimis dan berusaha mengataasi kesulitan hidup. Allah telah berfinnan dalam surat Arra'du ayat 11, bahwa Tuhan tidak akan membah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya.
        Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dan bahaya dan malapetaka. Manusia hanya merencanakan dan Tuhan yang menentukan. Kelalaian manusia merupakan sumber malapetaka yang menimbulkan penderitaan. Penderitaan yang terjadi selain dialami sendiri oleh yang bersangkutan, mungkin juga dialami oleh orang lain. Bahkan mungkin terjadi akibat perbuatan atau kelalaian seseorang, orang lain atau masyarakat menderita.

2. Penderitaan, Media Masa dan Seniman
Beberapa sebab lain yang menimbulkan penderitaan manusia ialah kecelakaan, bencana alam, bencana perang. dan lain-lain. Contohnya ialah tenggelamnya kapal Tampomas Dua di perairan Masalembo, jatuhnya pesawat hercules yang mengangkut para perwira muda di Condet, Meletusnya Gunung Galunggung,Perang Irak-Iran.
Berita mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran koran, layar TV, pesawat radio, dengan maksud supaya semua orang yang menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan sesamanya. Dengan demikiaan dapat menggugah hati manusia untuk berbuat sesuatu. Nyatanya tidak sedikit bantuan dari para dermawan dan sukarelawan berupa material atau tenaga untuk meringankan penderitaan dan penyelamatan mereka dari musibah ini setelah mendapatkan berita dari media masa. Bantuan-bantuan ini dilakukan secara perseorangan atau pun melalui organisasi-organisasi sosial, kemudian dikirimkan atau diantarkan langsung ke tempat-tempat kejadian dan tempat-tempat pengungsian.
Media masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat segera menentukan sikap solidaritas antara sesama manusia terutama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni. Sebagai contoh bagaimana penderitaan anak bernama Arie Hangara yang mati akibat siksaan orang tuanya sendiri yang difilmkan dengan judul "Arie Hangara".

D. Penderitaan dan Sebab-Sebabnya
 Penderitaan dapat muncul dari berbagai sebab. Penyebab tersebut kadang datang tak terduga. Apa bila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut:

1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik kembali. Dengan kata lain, manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya. Perbedaan nasib buruk dan takdir, kalau takdir, Tuhan yang menentukan sedangkan nasib buruk itu manusia penyebabnya.

2. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan atau azab Tuhan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan/azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimisme dapat menjadi usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu. Banyak contoh kasus penderitaan semacam ini dialami manusia. Beberapa kasus penderitaan dapat diungkapkan beriktu ini :
(1) Seorang anak lelaki buta sejak dilahirkan, diasuh dengan tabah oleh orang tuanya. Ia disekolahkan, kecerdasannya luar biasa. Walaupun begitu ia dapat melihat dengan mata hatinya terang benderang. Kanena kecerdasannya, ia memperoleh pendidikan sampai di Universitas, dan akhimya memperoleh gelar Doktor di Universitas DSarbone Perancis. Dia adalah Prof.Dr.Thaha Husen, Guru besar Universitas di Kairo, Mesir.
(2) Tenggelamnya Fir'aun di laut Merah seperti disebutkan dalam Al-Qur'an adalah azab yang dijatuhkan Tuhan kepada orang yang angkuh dan sombong. Fir'aun adalah raja Mesir yang mengaku dirinya Tuhan. Ketika Fir'aun bersama bala tentaranya mengejar nabi Musa As. dan pengikut-pengikutnya menyeberang laut Merah, laut itu terbelah dan Nabi Musa serta para pengikutnya berlalu. Ketika Fir'aun dan tentaranya berada tepat di tengah belahan laut merah itu, seketika itu juga laut merah tertutup lagi dan mereka semua tenggelam.

E. Pengaruh Penderitaan
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa "sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna", "nasi sudah menjadi bubur". Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dan penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dan kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti, misalnya anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa; anti ibu tiri, ia berjuang melawan sikap ibu tiri; anti kekerasan, ia berjuang menentang kekerasan, dan lain-lain.

1. Penderitaan dan Kenikmatan
Tujuan manusia yang paling populer adalah kenikmatan, sedangkan penderitaan adalah sesuatu yang selalu dihindari oleh manusia. Oleh karena itu, penderitaan harus dibedakan dengan kenikmatan, dan penderitaan itu sendiri sifatnya ada yang lama dan ada yang sementara. Hal ini berhubungan dengan penyebabnya. Macam-macam penderitaan menurut penyebabnya, antara lain: penderitaan karena alasan fisik, seperti bencana alam, penyakit dan kematian; penderitaan karena alasan moral, seperti kekecewaan dalam hidup, matinya seorang sahabat, kebencian orang lain, dan seterusnya. Semua ini menyangkut kehidupan duniawi dan tidak mungkin disingkirkan dari dunia dan dari kehidupan manusia.
Penderitaan dan kenikmatan muncul karena alasan “saya suka itu” atau “sesuatu itu menyakitkan”. Kenikmatan dirasakan apabila yang dirasakan sudah didapat, dan penderitaan dirasakan apabila sesuatu yang menyakitkan menimpa dirinya. Aliran yang ingin secara mutlak menghindari penderitaan adalah hedonisme, yaitu suatu pandangan bahwa kenikmatan itu merupakan tujuan satu-satunya dari kegiatan manusia, dan kunci menuju hidup baik. Penafsiran hedonisme ada dua macam, yaitu:
a. Hedonisme psikologis yang berpandangan bahwa semua tindakan diarahkan untuk mencapai kenikmatan dan menghindari penderitaan.
b. Hedonisme etis yang berpandangan bahwa semua tindakan ‘harus’ ditujukan kepada kenikmatan dan menghindari penderitaan.

        Kritik terhadap hedonisme ialah bahwa tidak semua tindakan manusia hedonistis, bahkan banyak orang yang tampaknya merasa bersalah atas kenikmatan-kenikmatan mereka. Dan hal ini menyebabkan mereka mengalami penderitaan. Pandangan Hedonis psikologis ialah bahwa semua manusia dimotivasi oleh pengejaran kenikmatan dan penghindaran penderitaan. Mengejar kenikmatan sebenarnya tidak jelas, sebab ada kalanya orang menderita dalam rangka latihan-latihan atau menyertai apa yang ingin dicapai atau dikejarnya.
        Kritik Aristoteles ialah bahwa puncak etika bukan pada kenikmatan, melainkan pada kebahagiaan. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kenikmatan bukan tujuan akhir, melainkan hanya “pelengkap” tindakan. Berbeda dengan John Stuart Mill yang membela Hedonisme melalui jalan terhormat, utilitarisme yaitu membela kenikmatan sebagai kebaikan tertinggi. Suatu tindakan itu baik sejauh ia lebih “berguna” dalam pengertian ini, yaitu sejauh tindakan memaksimalkan kenikmatan dan meninimalkan penderitaan.

2. Penderitaan dan Kasihan
       Kembali kepada masalah penderitaan, muncul Nietzsche yang memberontak terhadap pernyataan yang berbunyi: “Dalam menghadapi penderitaan itu, manusia merasa kasihan”. Menurut Nietzche, pernyataan ini tidak benar, penderiutaan itu adalah suatu kekurangan vitalitas. Selanjutnya ia berkata, “sesuatu yang vital dan kuat tidak menderita, oleh karenanya ia dapat hidup terus dan ikut mengembangkan kehidupan semesta alam. Orang kasihan adalah yang hilang vitaliatasnya, rapuh, busuk dan runtuh. Kasihan itu merugikan perkembangan hidup”. Sehingga dikatakannya bahwa kasihan adalah pengultusan penderitaan. Pernyataan Nietzsche ini ada kaitannya dengan latar belakang kehidupannya yang penuh penderitaan. Ia mencoba memberontak terhadap penderitaan sebagai realitas dunia, ia tidak menerima kenyataan. Seolah-olah ia berkata, penderitaan jangan masuk ke dalam hidup dunia. Oleh karena itu, kasihan yang tertuju kepada manusia harus ditolak, katanya.
        Pandangan Nietzsche tidak dapat disetujui karena: pertama, di mana letak humanisnya dan aliran eksistensialisme. Kedua, bahwa penderitaan itu ada dalam hidup manusia dan dapat diatasi dengan sikap kasihan. Ketiga, tidak mungkin orang yang membantu penderita, menyingkir dan senang bila melihat orang yang menderita. Bila demikian, maka itu yang disebut sikap sadisme. Sikap yang wajar adalah menaruh kasihan terhadap sesama manusia dengan menolak penderitaan, yakni dengan berusaha sekuat tenaga untuk meringankan penderitaan, dan bila mungkin menghilangkannya.

3. Penderitaan dan Noda Dosa pada Hati Manusia
Penderitaan juga dapat timbul akibat noda dosa pada hati manusia (Al-Ghazali, abad ke 11). Menurut Al-Ghazali dalam kitabnya Ihyaa’ Ulumudin, orang yang suka iri hati, hasad, dengki akan menderita hukuman lahir-batin, akan merasa tidak puas dan tidak kenal berterima kasih. Padahal dunia tidak berkekurangan untuk orang-orang di segala zaman. Allah SWT telah memberi ilmu dan kekayaan atau kekuasaan-Nya, karena itu penderitaan-penderitaan lahir ataupun batin akan selalu menimpa orang-orang yang mempunyai sifat iri hati, hasad, dengki selama hidupnya sampai akhir kelak.
Untuk mengobati hati yang menderita ini, sebelumnya perlu diketahui tanda-tanda hati yang sedang gelisah (hati yang sakit). Perlu diketahui bahwa setiap anggota badan diciptakan untuk melakukan suatu pekerjaan. Apabila hati sakit maka ia tidak dapat melakukan pekerjaan dengan sempurna, ia kacau dan gelisah. Ciri hati yang tidak dapat melakukan pekerjaan ialah apabila ia tidak dapat berilmu, berhikmah, bermakrifat, mencintai Allah dengan menyembah-Nya, merasa erat dan nikmat mengingat-Nya.
Sehubungan dengan pernyataan ciri-ciri yang menderita.  Allah berfirman:

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia selain hanya untuk menyembah kepada-Ku”. (QS. 51: 56)

“Barangsiapa merasa mengerti sesuatu, tetapi tidak mengenal Allah, sesungguhnya orang tersebut tidak mengerti apa-apa. Barangsiapa mempunyai sesuatu yang dicintainya lebih daripada mencintai Allah, maka sesungguhnya hatinya sakit. “katakanlah, hai Muhammad, apabila orang tuamu, anakmu, saudaramu, istrimu, handai tolanmu, harta bendamu yang engkau tumpuk dalam simpanan serta barang dagangan yang yang engkau khawatirkan ruginya dan rumah tempat tinggal yang kamu senangi itu lebih kamu cinta daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjuang di jalan Allah, maka tunggulah sampai perintah Allah datang”. (QS. 9: 24).

Hal lain yang menimbulkan derita terhadap seseorang ialah merasakan suatu keinginan atau dorongan yang tidak dapat diterima atau menimbulkan keresahan, gelisah, atau derita. Maka ia pun berusaha menjauhkan diri dari lingkup kesadaran atau perasaannya. Akhirnya, keinginan atau dorongan itu tertahan dalam alam bawah sadar. Namun, sering orang itu mengekspresikan keinginan atau dorongan itu secara tidak sadar atau dengan ucapan yang keliru. Atau, apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?
“Dan kalau Kami mengkhendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu, sehingga kamu dapat benar-benar mengenal mereka dengan tanda-tandanya, tetapi kamu mengenal mereka dari bicara mereka, dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu”. (QS. 47: 29-30).
       Demikianlah Al-Quran telah mengisyaratkan tentang adanya ciri-ciri orang yang tidak sadar (menderita) lewat kata-kata yang keliru, sejak 14 abat yang lalu sebelum dikemukakan oleh Freud, penemu teori psikoanalisis. Bahkan sebuah hadist mengatakan:
“Tak seorang pun yang menyembunyikan suatu rahasia kecuali jika Allah akan memberinya penutup. Apabila penutup itu baik, maka rahasia itu baik, dan apabila penutup itu buruk maka buruk pula rahasia itu”. (Tafsir Ibn Katsir, Vol. 4 hal. 180).
Obat supaya hati sehat di firmankan Allah sebagai berikut:
“Kecuali orang yang datang ke hadirat Allah SWT dengan hati yang suci”. (QS. 26: 89 ).
Jadi, mengenal atau makrifat kepada Allah yang membawa semangat taat kepada Allah SWT dengan cara menentang hawa nafsu, merupakan obat untuk menyembuhkan penyakit dalam hati (menderita gelisah) (Al-Ghazali, abad ke-11).



BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
       Dalam materi ini kita dapat mengetahui tentang apa itu penderitaan, kehidupan manusia tidak akan datar pasti bergelombang, maksudnya pasti ada yang menyenangkan dan menyusahkan. Pederitaan juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan manusia, rasa sakit, siksaan menuntut manusia auntuk bangkit menjadi lebih baik namun ada yang tidak kuat sehingga terjadi kekalutan mental. Apa bila manusia tidak mampu melewati sesuai denan kaidah agama, manusia akan mendapat penderitaan di akhirat berupa pemyiksaan di dalam neraka. 
       Dalam menghadapi penderitaan setiap orang pasti melakukan hal yang berbeda, ada yang menyikapinya dengan tindakan positif dan ada juga dengan tindakan negatif, misalkan yang positif ia akan lebih berusaha agar tidak mendapatkan penderitaan yang ia sudah alami bahkan bisa menjadikannya sebagai sebuah peluang dalam melakukang sebuah inovasi baru. Sedangkan yang negatif ia akan trauma dan membuat kondisi dirinya menjadi tidak labil karena terlalu berlebihan menyikapi penderitaannya dan bahkan sampai ingin bunuh diri. Untuk itu kesehatan rohani setiap orang harus dijaga agar terhindar dari kekalutan mental yang bisa merusak psikis kita.

B.   Saran
        Diharapkan kalangan mahasiswa dan pembaca dapat melakukan penelitian lebih lanjut pada setiap sub bab. Mengingat luasnya pembahasan dalam makalah ini. Sehingga dapat memahami lebih dalam.



DAFTAR PUSTAKA
                           
http://exalute.wordpress.com/2009/03/29/manusia-dan-penderitaan/
http://arbip.blogspot.com/2010/04/manusia-dan-penderitaan
htmlhttp://arbip.blogspot.com/2010/04/manusia-dan-penderitaan.html
http://www.ujank.web.id/Coretan-Tugas/manusia-dan-penderitaan.html
http://ochaayu.blogspot.com/2010/04/pengertian-penderitaan.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/tugas-ibd-manusia-dan-penderitaan-minggu3/
buta.