Jika dulu karikatur lebih menekankan gambar lucu dan bagus dibanding kata-kata maka saat ini meme lebih menekankan pada kekuatan kata-kata. Juga dalam edit gambar tak hanya yang memiliki keahlian edit gambar photoshop luar biasa, asal edit atau ganti kepala pun bisa jadi meme bagus. Bahkan kadang tak perlu diedit sebab yang diandalkan adalah kekuatan kata atau objek yang diunggah. Menariknya lagi jika dulu kita memilih gambar-gambar dengan pose bagus untuk diunggah dalam dunia meme gambar-gambar yang berisi salah gaya, ekspresi tak karuan masih bisa diolah menjadi meme.
Luar biasanya lagi soal tema, jika dulu karikatur lebih pada membahas masalah sosial dan politik dalam meme berbagai tema bisa masuk bahkan hal yang sifatnya personal pun bisa dimemekan.
Jika grafity bisa dimasukan dalam kelompok sastra karena semua kegiatan menulis itu disebut sastra, pun juga dengan meme juga bisa dimasukan. Dalam sastra ada istilah puisi mbeling kata-kata pada meme juga lebih mbeling lagi. Seperti dalam stand up comedy suatu lawakan bagus biasanya berawal dari observasi dan penulisan materi. Jadi seperti treatrikal pada drama yang naskahnya bisa jadi prosa. Seperti novel di filmkan atau disinetronkan. Stand up commedy seperti monolog pembacaan cerpen kedalam drama. Proses pembuatannya ada kedisiplinan bahkan mirip dengan seni sastra dan lukis juga ada aliran filsafatnya.
Kembali bicara meme meski belum sebaku stand up yang punya panggung dan kompetisi ada beberapa disiplin pada penulisan meme yang ada pada stand up commedy bahkan lebih sulit. Pernah saya bersama dengan kawan-kawan kous kaki menggagas proyek meme. Ternyata tak mudah untuk membuat kata lucu, itu baru menurut kita saja sulit apalagi meurut yang lain, belum lagi bicara pilihan gambar. Hingga harus kemana-mana bawa catatan sewaktu-waktu ada ide bagus saya tulis. Juga berkaitan dengan pembahasan perlu cerdas sesuai momen. Kelebihannya kalau bisa membuat meme sangat lucu kekuatan tawanya lebih bertahan lama dibanding dengan materi stand up commedy. Kita bisa tertawa untuk setiap kali melihat meme tersebut.
Lebih sulit dari lawak, jika stand up commedy menekankan tawa pada punchline atau hunjaman atau kontemplasi tawa sementara terkadang meme premisnya pun harus lucu atau dari awal musti lucu. Bahkan kadang kalimat kedua sudah umum. Misal meme: hmm sudah kuduga, dan di situ kadang saya merasa sedih. Kita lihat gambar dan kalimat kedua udah biasa kalimat awal kadang yang bikin lucu juga sesuai konteks temanya. Meme juga bukan sekadar komentar gambar atau gambar hiburan di beranda. Meme juga bisa jadi gaya pamflet atau kritik poster modern. Kadang juga digunakan pada mading sekolah-sekolah. Jelasnya meme itu juga poster di dunia maya yang perannya bisa seperti poster di dunia pergerakan dulu untuk memberi keritikan. Jelas gak bisa diremehkan, ingat tidak Haji Lulung yang terkenal karena meme?
Jadi kesimpulannya meme itu produk seni gaya baru yang mana setiap orang bisa berperan serta. Tidak memandang orang yang bisa membuat karikatur keren, bukan hanya orang yang lihai photoshop, bukan hanya yang punya smartphone canggih hp biasa pun bisa asal ada aplikasi tulisan. Bahkan yang gak ada pun asal bisa kreatif menggabungkan gambar masih bisa membuat meme. Sebab terletak pada kemampuan menangkap pesan keresaan, sisi jenaka dan pikihan kata yang efektif menghunjam serta bisa digunakan sesuai konteks dan tema yang sedang hangat atau bisa menjadi tema terbaru.
0 komentar :
Posting Komentar