Rabu, 31 Desember 2014


Sudah sering dan banyak yang membahas tentang tahun baru masehi. Sekadar untuk ingat-mengingatkan dalam kebaikan semoga tulisan ini dapat diambil hikmahnya. Perayaan tahun baru dengan dalil dan dalih apapun tidak dapat dibenarkan, baik secara subtabtif maupun normatif. Apa saja alasannya? Mari kita urai.

1. Penamaan Penanggalan Masehi
Masehi memiliki padanan makna Mesias atau pengikut Mesias. Mesias dalam bahasa arab disebut Almasih. Sedang dalam konteks ini berarti tahun baru umat Nasrani atau Kristiani. Sebagian dari kita menolak pengkhususan ini--bahwa tahun baru masehi itu tahun baru umat Narani--dengan beralasan bahwa penanggalan masehi sudah menjadi penanggalan internasional dan nabi Isa katanya juga nabinya umat Islam.

2. Dalil Penghitungan 1 Masehi
Konon katanya 1 masehi itu awal kelahiran Nabi Isa Al Masih. Dari sini saja menimbulkan perdebatan, katanya 25 Desember merupakan perayaan kelahiran Yesus(yang diyakini sebagai Anak Tuhan oleh kaum Nasrani saat ini) namun tahun Masehi dimulai dari tanggal 1 Januari. Sebagaimana kita tahu penanggalan hijiriyah dari 1 Muharram saat pertama kali Nabi hijrah dari mekah ke Madinah. Fakta ini membuat internal Nasrani ada yang merayakan natal justru pada tanggal satu bukan 25 desember. Pertanyaannya benarkan 1 Masehi awal kelahiran Isa Almasih?

3. Sejarah yang Berbicara
Sejarawan sendiri berpendapat bahwa Nabi Isa As dilahgirkan pada tanggal 4-5 Masehi. Bahkan ada yang berpendapat 7 M. Lantas titik tolak penanggalan 1 Masehi didasarkan pada apa? Ini menjadi pertanyaan. Apakah ada kesalahan hitung atau yang lain?

4. Keakuratan Penanggalan
Masyarakat awam menilai bahwa lebih mudah menggunakan penanggalan masehi atau syamsiah tetapi lain halnya bagi kalangan sainstis terutama dalam ilmu astronomi. Dalam beberapa kurun waktu penaggalan masehi semestinya terdapat koreksi untuk disesuaikan dengan peredaran matahari tetapi saat ini belum ada lagi koreksi. Sehingga esok dikatakan tahun baru 2015 sebenarnya masih pada tahun 2014. Maka bisa saja yang kita kira ribet penagnggalan Hijriah, Saka, dan Imlek sebenarnya lebih akurat.

5. Pemilihan Januari
Kalau menilik riwayat penggunan tatangal masehi awalnya bukan bulan Januari. Semua bulan Maret, dari markurius, saat itu penamaan bulan berdasarkan nama pelanet. Kemudia perubahan Januari sebagai awal bulan, yang berasaskan nama seorang dewa penjaga gerbang(Janus).

6. Perayaan Kaum Hedonis
Tahun baru identik dengan kesukacitaan dan kegembiraan. Makan bersama, pacaran bersama, bahkan hingga hura-huran(yang kadang menimbulkan huru-hara) dan yang terburuk seks bebas(melepas keperawanan atu keperjakaan sebelum menikah). Pendapat ini jelas banyak yang menentang karena beranggapan saya masih jomblo atau dulu saya dan keluarga saya pernah ikut serta merayakan. Ini jika kita berbicara dengan emosional. Coba kita lihat dengan kaca mata keimanan, maka banyak malam tahun baru dihabiskan dengan bergadang yang tak syari bukan bershalat tahajut. Mengbuang-buang biaya, berbeda dengan asas perayaan dalam Islam dengan memberi jakat fitrah saat Idul Fitri, membagi daging kurban saat Idul Adha. Sedang sikap menggembirakan kelurga, justeru pada hari Asyura(9-10 Muharam). Hal ini juga diiringi dengan berpuasa selama dua hari dan beribadah. Bukan untuk hura-hura dan memamerkan kemewahan.

7. Tak Ada Perayaan Syari
Ada yang beranggapan bahwa tahun baru patut dirayakan dengan cara-cara yang lebih beradab misal perenungan dan muhasabah. Bahkan diadakan istighosah bersama. Kalau untuk muhasabah selayaknya setiap hari kita bermusabah, sedang untuk melakukan amalan agama harus menggunakan tuntuntanan agama. Terlebih dalam pengkhususan waktu dan tempat. Tambah aneh lagi saat puncak perayaan tahun baru biasanya terlihat hadirnya tokoh lintas agama untuk pembukaan acara yang sarat akan hura-hura.

Anehnya kita belum mampu memahami tahun baru hijriah yang bertepatan dengan bulan muharam(bulan Suro kata orang jawa yang berarti As-Syura), hendak " memasehikan" bulan hijriah layaknya bulan Januari. Misal seoramg ustad mengusulkan menyalakan kembang api saat tahun baru hijriah biar meriah kayak tahun baru Masehi. Jelas kembang api perbuatan pembakaran duit, apa mau menghadirkan bencana saat tahu baru islam? Nauzubillah.

KESIMPULAN
Keajekan kalender ini belum menemui kata falid. Jika dilandaskan sebagai perayaan tentu sebagai perayaan apa? kelahiran anak tuhan atau kelahiran nabilullah? alasan keduanya jelas salah. Nabi Isa bukan Tuhan dan tidak lahir pada 1 januari. Kita yang menegtahui fakta ini mungkin belum bisa meninggalkan kalender ini dalam keseharian, kita juga belum mampu  mengubah aturan dari 1 Januari libur menjadi tidak libur. Satu hal yang pasti bisa kita lakukan adalah tidak ikut merayakan. Termasuk menghindari kegiaatan mengarah pada kemaksiatan, pemborosan, hura-hura, mengganggu ketertiban dan ketenangan orang lain serta menodai agama yang kita yakini.Semoga kita termasuk orang-orang selamat, dan Allah semoga memudahkan jalan kita dalam menegakkan kebenaran. Amin.

HALAMAN YANG DIANJURKAN

0 komentar :

Posting Komentar