Seorang manusia yang normal, tentunya selalu ingin hidupnya menjadi lebih baik, sejahtera dan bahagia. Memiliki kekayaan, pasangan, wibawa, kepandaian dan lain sebagainya yang tentunya apabila dijabarkan satu persatu akan memuat sampai berlembar-lembar halaman.Lantas pantaskah kita memperoleh apa yang kita inginkan sesuka hati ?
Yang menjadi permasalahan sebenarnya bukanlah apa yang terdapat dari keinginan yang dimiliki oleh seseorang itu, tapi cara seseorang tersebut dalam mencapai suatu pemenuhan keinginan tersebut.
Banyak diantara kita yang terlena oleh angan-angan tanpa melaksanakan dan berusaha mendapatkan apa yang menjadi impian. Seorang manusia dalam mencapai sebuah keinginan tidak cukup saja didukung memiliki niat yang kuat, namun juga memiliki usaha yang kuat untuk mencapai suatu keinginan tersebut.
Beberapa langkah-langkah penelitian dan sikap ilmiah. Lalu apa saja sih sikap-sikap tersebut?
1. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan kemampuan belajar yang besar
1. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan kemampuan belajar yang besar
Seorang ilmuwan mempunyai sikap ilmiah di dalam dirinya, misalnya apabila melihat proses gejala alam, dia akan terangsang untuk ingin tahu lebih lanjut, apa, bagaimana, mengapa peristiwa atau gejala itu.
Dengan pertanyaan-pertanyaan itu dia tak hanya diam dan merenung, namun juga mencari informasi melalui berbagai sumber, dan berusaha memecahkan masalah yang ia temukan.
2. JujurDengan pertanyaan-pertanyaan itu dia tak hanya diam dan merenung, namun juga mencari informasi melalui berbagai sumber, dan berusaha memecahkan masalah yang ia temukan.
Dalam penelaahan ilmiah ada hal yang memaksa ilmuwan untuk jujur, yakni faktor kontrol. Misalnya, dalam suatu penelitian tentang pengaruh sejenis obat tertentu, dibuat kelompok penderita yang diberi obat tersebut dan kelompok lain yang tidak diberi obat sebagai kelompok kontrol. Dengan faktor kontrol ini, faktor-faktor kebetulan disingkirkan dan ilmuwan melakukan pengamatan dan wajib melaporkan hasil pengamatan secara objektif.
Artinya jika sikap jujur ini mampu kita aplikasikan dalam kehidupan kesehari-harian maka perlahan tapi pasti kemajuan dan kebaikan akan dengan sendirinya meliputi diri kita.
Seseorang ilmuwan mempunyai pandangan luas, terbuka, bebas dari prasangka. Ia meyakini bahwa prasangka dan kebencian baik pribadi maupun kelompok adalah sangat kejam. Ilmuwan akan membuat dugaan dan terus berusaha menguji dugaannya untuk mengetahui kebenaran tentang alam, materi, moral, politik, ekonomi, dan tentang hidup. Ilmuwan tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum diterima atau ditolak. Jadi ia terbuka akan pendapat orang lain.
4. ToleranSeorang ilmuwan tidak merasa bahwa ia paling hebat. Ia bahkan bersedia mengakui bahwa orang lain mungkin lebih banyak pengetahuannya, bahwa pendapatnya mungkin saja salah, sedangkan pendapat orang lain mungkin benar. Ia bersedia menerima gagasan orang lain setelah diuji. Dalam usaha menambah ilmu pengetahuan, ia bersedia belajar dari orang lain, memperbandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain. Ia tidak akan memaksakan suatu pendapat kepada orang lain. Ia mempunyai tenggang rasa atau sikap toleran yang tinggi, jauh dari sikap angkuh.
Seorang ilmuwan selalu berpengharapan baik. Ia tidak akan mengatakan bahwa sesuatu itu tidak dapat dikerjakan, tetapi akan mengatakan, “Berikan saya sesuatu kesempatan untuk memikirkan dan mencoba mengerjakan”. Ia selalu optimis. Rasa humor seorang ilmuwan ada hubungannya dengan tingkat kecerdasan maupun sikap optimis seseorang.
Ilmu Pengetahuan merupakan hasil kerja keras ilmuwan. Ilmuwan sebagai pencari kebenaran harus berani melawan semua ketidakbenaran, penipuan, dan kepura-puraan yang akan menghambat kemajuan. Keberanian Copernicus, Galileo, dan Socrates telah banyak diketahui orang. Copernicus dan Galileo disisihkan karena tidak mempercayai bahwa bumi adalah pusat Alam Semesta (Geosentris); tetapi menganggap mataharilah yang menjadi pusat tempat bumi dan planet-planet lainnya berputar (Heliosentris). Socrates memilih mati meminum racun dari pada menerima hal yang salah.
Wasis, dkk (2008). Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam: Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VII Edisi 4.Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
sumber : http://netsains.com/2010/08/mari-bersikap-ilmiah-dan-jadilah-seorang-ilmuwan/
0 komentar :
Posting Komentar