Harakah perjuangan Islam banyak yang
memasuki ranah kehidupan perkuliahan. Sudah sepatutnya semua harokah
berkomitmen menegakan syariat Islam didalam kehidupan kampus. Karena mahasiswa
sebagai kaum cendekiawan menjadi ujung tombak perubahan negeri ini. Perlu merubah
paragdima yang ada dalam cendekiawan kita, tantangan zaman yang dihadapi ditengah umat saat ini bukan sekedar membutuhkan
peningkatan kualitas diri namun perlu melakukan perubahan ditengah masyarakat.
Dari masyarakat yang bercampur dengan paham dan budaya jahiliyah menuju masyarakat
Islami. Potensi yang ada pada cendikiawan
kita untuk melakukan perubahan sudah ada seperti sikap kritis, idealis,
dan semangat berjuang yang tinggi. tinggal para dai dan mubaligh menyalurkan
potensi mereka ditengah umat Islam.
Harokah dakwah Islamiyah kampus
apapun namanya entah dalam bentuk organisasi formal atau yang lain,
perlu komitmen dengan penyaluran paham ke Islaman yang
dibawa para Ulama diluar kampus dimasukan kedalam kampus. Tentunya dengan gaya
dan bahasa anak kampus, agar kampus menjadi wadah ilmu yang diridhoi
Allah. Tentu tidak bisa dikatakan organisasi mahasiswa Islam bila mengingkari
syariat Islam. Yang ada gerakan penghancur Islam berlogo Islam. Merekruk preman
dan pemalas ada bagusnya, agar mereka mapu berubah menjadi lebih baik dan dekat dengan radius
dakwah keislaam. Kita harus bertekat mewarnai mereka bukan ketakutan yang tidak
ada artinya. Ketakutan yang menyebabkan orang menyembunyikan ilmu, tembang
pilih, justru akan menjadi seperti yang ditakutkan
nauzubillah. Bukan berarti pula mengarong akidah para preman dengan paham
liberal. Yang terrjadi justru semakin rusak dan semakin berutal.
Karena tak tak sedikit di kampus-kampus banyak organisasi
kepemudaan yang dari segi AD/ART simbol dan nama membawa nama Islam tetapi yang
diajarkan untuk merusak ajaran Islam itu sendiri. Atau ancaman aliran-aliran
sesat yang mengatasnamakan penyucian jiwa. Maka menjadi tantangan besar gerakan
dakwah kampus.
Manfaat
Dakwah Syar'i
Jika kita kembalikan khitah dakwah
maka akan mendatangkan kemanfaatan. Namun jika tercampuri dengan kesubhatan
makan yang terjadi kemudharatan. Bila hal itu
terjadi maka tujuanawal yang dicita-citakan sulit untuk tercapai.
Harakah dakwah di kampus memiliki
peran pemcerahan akhlak dan moral mahasiswa
yang haus jiwa mereka dari siraman ruhani. diharapkan dakwah kampus mampu
membenahi mahasiswa baru dari kenakalan remaja dahulu
yang dia lakukan semasa SMA dan memberikan benteng ilmu untuk
menjauhi perbuatan maksiad yang menggejala di abad milenium ini . Tindakan yang persuasif harakah dakwah kampus harus kita akui banyak memberikan terobosan dalam pencerahan
hingga dakwah diluar banyak yang belum sanggup menginsyafkan namun dapat
mengambil hidayah ketika di kampus.
Sudah keharusan dikampus ataupun
disekolahan ada pembinaan agama secara lebih kusus dalam cakupan Harakah Dakwah Islam.
Kalau tidak ada, yang terjadi mengaku Islam tetapi
tidak mengenal syariat Islam. Terlebih di dunia kampus ancaman paham SEPILIS
(Sekularisme, Pluralisme agama, dan Liberalisme) saat ini semakin menjadi-jadi, Nauzubillah.
Namun yang menjadi permasalahan tentu ketika pembinaan dakwah yang dilakukan dikampus kemudian dibajak untuk menjadi
kader partai politik. Dakwah selalu dibutuhkan
untuk menjaga ukuwah islamiyah umat Islam, namun ketika digiring untuk pemenangan partai tertentu
yang terjadi loyatitas tulus untuk berdawah dinodai dengan keinginan-keinginan
politis. Koridor dakwah agar
generasi muda mampu mentas dari kehidupan jahiliyah yang ditawarkan kaum kufar
saat ini, namun ketika
berbenturan dengan masalah politik sesuatu yang membahayakan akidah umat dapat
di sisihkan dari perioritas dakwah lantaran kekawairan akan berimbas pada
perolehan suara.
Kita perlu berpikir jauh kedepan
penerus yang lebih kokoh imanya, sangat
mengenaskan saat ini perubahan yang semestinya kearah
lebih baik justru kecenderungan mundur. Kebanyakan pemuda semakin jauh dengan
masjid akibat dunia hiburan yang semakin kompleks menawarkan kesenangan. Hal ini jauh lebih utama dan menjadi
tuntunan dan tantangan dakwah kampus.
Kita lihat saat
ini tujuan yang semula memberi binaan
spiritual diselewengkan untuk menjadi ajang kaderisasi fungsionaris partai
politik. Kebanyakan oknum partai politik menyusup
kedalam harokah Islam kampus menarik mahasiwa yang masih tercampur dengan
pemahaman sekuler dengan tawaran lebih memaknai kalimat lailahailallah. Namun
pada kenyataanya lebih menyeru pada ashobiyyah, sikap fanatisme terhadap
sesuatu diluar agama. Mengajarkan
betapa kerasnya pembelaan ketka pucuk pimpinan partai yang menjadi afiliasi
tersandung kasus korupsi, namun ketika partai melakukan tindakan yang merugikan
umat Islam sperti pembelaan atau sikap diam terhadap aliran sesat pura-pura
tidak tahu.
Sepatutnya dakwah menyeru pada
penghambaan kepada Allah dalam dienul Islam, bukan pada dien thoghut. Karena
partai itu instrumen yang bisa benar dan bisa salah. Seperti kita ketahui yang terjadi partai itu menyampurkan
pemahaman haq dengan pemahan batil sehingga tidak 100% pemahaman Islam.
Karena dakwah rasullulah tidak
pernah berdakwah untuk selain Islam dan menjadikan umat
bergolong-golongan. Sehinga sebagai generasi penerus dakwa Harokah Islam Kampus perlu objektif dalam bepikir dengan berpijak
kepada Al Quraan, Hadis Serta Siroh.
Alibi
Parpol Masuk Kedalam Kampus
Patisipasipan memasuki dunia kampus
dan sekolah adalah pembinaan agama untuk meningkatan kualitas diri. Mereka
merasa perlu memasuki dunia kampus karena sang oknum beranggapan partai sebagai
wasilah (sarana) tahap lanjut penegakan Islam dimuka bumi dengan cara praktis.
Semula kegiatan peningkatan kualitas diri sangat ditanamkan. Agar kelak mampu
membentuk keluarga sakinah dan mampu mendidik generasi pemerus menjadi generasi
sholihah. Semulanya mengajak orang lain melakukan kebaikan, namun pada tahapan
pengkaderan akhir diajak untuk menjadi kader partai.
Alasan selanjutnya karena
terputusnya reorganisasi dakwah di sekolahan setelah lulus, dan di kampus
setelah wisuda. Terlebih disekolah umum yang tidak terafiliasi dengan Ormas
Islam, akan menjadi sasaran empuk kader parpol untuk menampung alumninya.
Dengan alasan tahap pembinaan berdakwah tentu harus ada tinggkatanya dan kalau
stagnasi pada suatu tahap akan menzolimi yang lama karena kejenuhan dengan
materi itu saja, dan akan memaksa kader baru untuk mengimbangi kader lama.
Pemahaman yang menggunakan kaidah konsep pembelajaran Iqro.
Tujuan diadakan Harokah Islam dari
pihak pendahulu agar mahasiswa mampu terjun kemasyarakat menanamkan nilai
agama. Keterputusan dari haroqah islam dimanfaatkan partai dengan alasan
memprogam orang menjadi da'i (penyeru) harus bertahap, kontinyu dan tidak
terputus. Dengan dalih ini banyak da'i penyeru umat yang bermutasi menjadi
penyeru partai atau juru kampanye
ketika pemilu.
Bila agama dikaitkan dengan sikap
politis seorang muslim, tentu agama memiliki peranan penting dalam pembentukan
perilaku proses gejolak politik didalam masyarakat. Peroses perubahan sistem
berpikir mahasiswa yang menjadi lebih Islami diharapkan mampu mewarnai tata
sosial masyarakatnya dan mampu merubah sistem politik jahiliyah menjadi sistem
politik Islam. Proses pemahaman ini tidak bisa didapatkan secara instan, dengan bergabung kepartai tidak jaminan langsung
tahu bakal calon, tujuan, visi dan misinya. Obsesinya lebih kepemenangan pemilu, azas geakan pun
banyak tak dihiraukan lagi.
Yang terjadi justru kader partai
selama ini yang memegang posisi kekuasaan tidak berkerja salam konteks keislaman. Yang ada menuruti hawa nafsu untuk
mengejar kepentingan dunia. Karena pada akhirnya kader yang baru masuk diseret
untuk mencari suara rakyat. Jelas ini untuk partai bukan untuk Allah swt.
Dimana kita lihat Partai Islam tidak ubahnya seperti partai
demokrasi-kebangsaan yang banyak pelanggaran pemilu.
Persentuhan
dengan Politik Praktis
Yang menjadi permasalahan saat ini
harakah Islam Kampus mulai mengalami persentuhan dengan politik praktis. Baik
timbulnya obsesi dari personal kader untuk terjun kedalam politik praktis.
Ataupun serangan partai politik yang menjadikan pergerakan dakwah menjadi
sasaran tembak mencari massa melalui segelintir oknum yang disusupkan kedalam
pergerakan dakwah. Tak heran sekarang aktivis dakwah idntik dengan demontrasi
dalam bahasanya turun jalan. Bahkan ada yang hidup dari kepentinngan politik
tertentu.
Pencarian massa tersebut dilakukan
dengan mengatasnamakan pendidikan politik tetapi dengan kemasan Islam. Yang
terjadi bukan mendidik orang memahami kehidupa politik menurut pandangan Islam
namun memanfaatkan mahasiswa untuk mencari suara ketika pemilu.
Fenomena pembohongan politik seperti
ini sangat berbahaya. Pemahaman menjadi rancu antar politik dan dakwah dicampur
adukan. Hidup ini bukan untuk politik, tetapi hidup ini penuh dengan politik.
Dimana banyak yang menyerahkan diri untuk mengejar kekuasaan dan sangat mudah
dikendalikan oleh oknum-oknum penyuplai dana pelicin naiknya sang penguasa ke
tahta tertinggi. Yang terjadi saat inti partai islam mengaku sebagai partai
dakwah, setelah didakwahi diajak masuk partai. Semua dipolitisir untuk
mendapatkan tahta tertinggi. Sungguh aneh dakwah yang menyeru kepada partai
bukan menyeru untuk meninggikan kalimat Allah.
Aksi gerilia partai politik ini
menjadi sangat berbahaya terhadap harokah islam kampus terlebih jika
kepemimpinan di isi kader-kader partai tertentu. Karena cepat atau lambat kader
tersebut mengeret teman-temanya kedalam politk praktis. Tentu kita tidak bisa
asal menuduh seseorang karena Allah yang tahu niat seseorang itu yang
sebenarnya dalam bertindak. Namun kita mampu perkataan yang diarahkan dan
perbuatan yang dilakukan. Niat yang baik sudah sepatutnya direalisasikan dengan
cara yang benar.
Kontradiksi
Tujuan dan Realisasi
Yang menjadi pertanyaan, legalitas
dakwah dan tujuan partai politik partai untuk siapa? Umat Islam atau golongan?
Sangat jelas mereka memperjuangkan golongan setelah mereka berada diatas
kebanyakan mengikuti arus politik pragmatis. Dimana berbagai partai berbenturan
ideologi bersatu dalam kualisi. Sementara yang ideologinya lebih dekat justru
saling berhadap-hadapan.
Kontradiksi yang terjadi mereka
beranggapan parpol sebagai sarana mempersatukan umat Islam. Yang terjadi justru
memecah belah ukuwah Islamiyah. Dimana harokah Islam didalamnya terdapat dua
partai yang berideologi sama saling berebut massa.
Atau bahkan partai yang dikenal
memiliki kulturtur yang sama antar caleg saling berhadapan untuk menjadi nomer
satu. Belum lagi di masyarakat banyak partai Islam yang membingungkan dan
menimbulkan sengketa. Di tambah partai berhaluan demokrasi-kebangsaan merekrut
tokoh agama untuk menjadi pendukung.
Sikap para kader mencari suara
berakibat melupakan fokus utama dalam berdakwah. Mahasiswa yang mengemban misi
amar makruf nahi munkar agar terus ber jalan dan terjadi regenerasi
berkelanjutan. Justru menjadi bahan baku penghidupan partai dari segi masa
penerus partai.
Yang aneh ajakan bergabung dengan
kebatilan diklaim sebagai dakwah. Dimana dengan partai demokrasi-kebangsaan,
atau ketika menjadi pemimimpin dengan bangsa sekuler membuat produk hukum.
Ketika berada dikursi kekuasaan
terjadi tawar menawar hukum Allah untuk diterapkan. Bahkan bersama-sama membuat
hukum yang melawan hukum Allah.
Pengajaran akidak dan penanaman
siroh menjadi aneh, karena pada akhirnya lari kepartai mencari calon yang
ditempatkan kepada majelis musrik. Mana sahadatain hanya secara gelobal tidak
dijelaskan maknanya secara harfiah. Jelas Illah segala sesuatu yang diibadahi,
ditaati, dengan bentuk ketundukan pada puncak tertinggi. Yang terjadi mereka
tunduk dibawah hukum buatan manusia bersumpah untuk menaati Qannun
(undang-undang).
Sikap politik Islam adalah menuntut
ditegakan syariat Islam tanpa kompromi untuk bermaksiad kepada Allah dan rasul.
Sehingga politik Islam harus dipengaruhi niat dakwah, dan dakwah tidak dapat
dipengaruhi niat dakwah. Pemutar balikan seperti ini akan berimplikasi
politisasi dakwah Islam. Sehingga menegakan syariat islam dengan mengganti sistem
kekuasan kufur menjadi daulah islam merupakan bagian Amar makruf nahi nunkar.
Bukan malah berangkulan dengan sistem batil.
Harokah Dakwah berbeda dengan
berpartai. Dakwah lebin bersifat inklusif, kita dapat mengikuti seruan kebaikan
apapun dan dari siapapunselagi sesuai dengan azas islam. A mengajak shalat dan
zakat, B mengajak puasa dan sadaqoh. Keduanya bisa dikakukan tanpa saling
mengindaikan justru saling mengindahkan dan saling menguatkan. Berbeda dengan
partai niat baik yang dilakukan dengan kekeliruan dianggap dakwah.
Kerancuan
Meridhoi Hukum Positif
Kerancuan pemikiran pendukung partai
islam bahwa negara kita berhukum positif dan kita sulit untuk lepas dari hukum
positif. Kalangan antipartai menawarkan sistem berpikir terhadap masyarakat
untuk mengkufuri hukum thoghut dan berniat untuk menyelisihinya. Malah kami
yang memperjuangkan hukum Allah di minta untuk hengkang dari Indonesia yang
penuh kerusakan akibat ulah manusia merubah hukum Allah. Ini bumi Allah! Yang
pantas menetapkan hukum itu bukan keinginan orang banyak, tapi Allah! Jadi
siapa yang harus pergi dari lagit dan bumi Allah? Keragaman yang menjadi alasan
telah membuat semuanya berani lantang melawan hukum Allah, tak heran kita
pernah bertubi-tubi mendapat bencana alam.
Anggapan keliru untuk mempertahankan
status quo bahwa pada dasarnya semua aktifis Islam dinegara ini pelaku pasif
hukum positif. Secara tidak langsung juga masyarakat awam menjadi pelaku pasif
hukum positif.
Masyarakat awam mereka tidak tahu
mengapa Anda yang mengetahui hal tersebut justru pasrah dan menikmatinya? Kita
tahu rokok itu berbahaya, bahkan perokok pasif akan mendapatkan bahaya yang
lebih. Kalau logika ini yang digunakan lantas mengapa harus ridho dengan
kemungkaran. Apakah Allah menyuruh kita ikhlas menerima kezaliman yang
dilakukan orang lain, atau kita diperintahkan untuk ikhtiar melawan
kemungkaran? Hal yang sangat rancu tidak ada niat untuk menjauhi hukum positif
(perokok aktif) justru malah mendekati. Tentu banyak yang sulit untuk
menghindar dari perokok, namun apakah ketika mereka merokok dan asabnya
menyebar apa kita mendekatinya dan menghirupnya dalam dalam (ridho)? Apakah ada
pahala mendzolimi diri sendiri? Apakah hukumnya orang yang paham kemungkaran
tetapi meridhoi dan rela didzalimi?
Kemudian ketidak pahaman mereka
dengan hukum kemaslahatan. Memakai helm dan berjalan di sebelah kiri itu bisa
dikatakan hukum kebiasaan yang baik. Bukan karena takut dengan pak polisi tapi
karena untuk keselamatan diri. Orang-orang yang mati kecelakaan karena tidak
memakai helm bukan termasuk orang yang mati melawan hukum thoghut, tetapi
orang-orang yang mencelakakan diri sendiri.
Kemudian anggapan kami, masyarakat,
dan pengacara muslim lari kepihak berwajib bila ada masalah pelanggaran. Ini
jauh lebih rancu yang menjadi masalah ketika ditegakan hukum Allah justru
meminta hukum lain ini yang termasuk kekufuran. Kami tidak pernah ridho dengan
hukum tersebut, tapi kami menuntut hak kami yang dirampas. Serta melindungi
saudara yang terzalimi. Mengapa kalian tidak menggunakan hukum Islam ketika
dianggap tidak menguntungkan? Siapa yang zhalim kami yang hanya mengambil hukum
buatan manusia yang menguntungkan umat Islam dan menolak secara total hukum
yang mendustakan syariat Allah. Atau kalian yang mengambil hukum Allah yang
menguntungkan diri kalian dan menanggalkan hukum Allah yang tidak sesuai dengan
hasrat keduniawian kalian? Kami mementingkan keterjagaan iman kami, sementara
kalian mementingkan hawa nafsu.
Bergabung
dengan Proses Pembuatan Hukum Thoghut
Kerancuan selanjutnya melawan hukum
positif dengan terlibat agar lebih Islam. Inilah racun pemikiran yang kader
partai suntikkan kepada para da'i, ustad, bahkan ulama. Sangat aneh hukum Allah
ditegakan melalu penggadaian iman dan tukar-guling kekuasaan. Padahal Allah
memberi apapun kebutuhan kita dengan segala kasih.
Mereka memfoting hukum Allah sesuka
mereka. Apakah dakwah seperti ini? Mendakwahi perokok harus jadi perokok
dahulu? Pengorbanan yang aneh para perokok tobat tapi Anda mati akibat merokok!
Mereka berpikir harus optimis
menegakan hukum Allah dengan terlibat dalam perpolitikan. Optimis kok melawan
maut. Optimis kok bermain main dengan iman.
Kerancuan
Mementingkan Massa dari pada Dakwah
Mereka berdalih tujuan dakwah masuk
kampus mencari massa merupakan salah satu tujuan setrategi dakwah. Tentu setiap
agama akan senang bila jamaahnya bertambah. Namun bukan berarti menghalalkan
segala cara sampai memberi ketakutan dengan fatwa golput haram, menganti lebel
mony politik dengan sedekah politik, melakukan kemubaziran, dan merekrut orang
kafir. Ada benarnya mencari massa bagian setrategi dakwah tetapi dalam dakwah
kadernya digiring kepada Islam bukan partai, kepentingan golongan, dan
perorangan. Dana dakwah lebih untuk pembinaan bukan kampanye.
Karena tujuan pokok dakwah
rasullulah bukan mencari massa tapi menanamkan ketahuiidan aqidah yang haq
kepada umat. Bukan mendapat dan mencari massa yang banyak. Apa artinya banyak
massa tapi akidahnya plural. Yang paling penthng Allah ridho dengan dakwah kita
dan tidak mengatas namakan dengan sesuatu apapun untuk kepentingan individu
atau kelompok.
Dakwah itu usaha terus-menerus
kepada masyarakat agar menerima syariat dan bergandengan menegakan
syariat Islam. Dalam dakwah peroses lebih utama dari pada hasil. Seperti yang
saya jelaskan dulu, dalam berpikir mementingkan hasil agar mampu menangkap
berbagai ide kemudian memilih keputusan. Dan dalam realisasinya lebih
mengutamakan proses. Karena jika mengutamakan hasil justru tidak berhasil.
Karena akan timbul sikap prustasi dan mudah putus asa.
Dakwah harus memiliki misi yang
jelas menanamkan tauhid bukan menanamkan masyarakat untuk mengikuti individu
dan kelompok mendapatkan keleluasaan dalam berkuasa. Jika dakwah hanya mencari
massa apa bedanya dengan Penginjil Keristen? Dimana mereka memberikan sekotak
mie instan bisa pindah agama tapi tidak tahu untuk apa menjalankan agama.
Seperti halnya kaum partai memberikan kaos dan setiker agar dipilih dalam
pemilu tidak peduli akidah pemilih yang masih plural. Dapat dimaklumi kader
partai tersebut kurang mendapat binaaan dalam masalah agama.
Sementara partai yang bercita rasa
Islam justru mengatakan dalam setiap kampanye demokrasi-kebangsaan sesuai
dengan Islam. Tidak ubahnya seperti partai berhaluan demokrasi-kebangsaan yang
mencari pembenaran dengan dalil serampangan. Bahkan partai islam dengan
sekehendak hati mengharamkan golongan putih didepan umum tetapi tidak berani
mengharamkan demokrasi. Hanya suara sayup-sayup di forum kecil demokrasi itu
haram. Apakah mereka lebih takut dengan KPU jika mereka mengharamkan demokrasi
kepartaianya akan dibekukan? Apakah mereka tidak yakin dengan pertolongan
Allah? Padahal masyarakat lebih suka kelompok yang konsisten dan komitmen.
Kita lihat sekarang semakin
demokrasi pemerintahan semakin jauh dari rakyat. Semakin besar massa Partai
Islam sangat mudah disusupi orang-orang berhati kotor. Terlihat sekarang kader
partai islam bersaing dengan partai demokrasi-kebangsaan melakukan tindakan
amoral.
Apa yang kita dapatkan selama ini
dengan tetap bersinergi dengan tata hukum yang berlaku selama ini? Justru
semakin amburadul, usaha setengah hati yang dilakukan partai islam justru
terancam gagal. Banyak perda syariat yang terancam dicabut lantaran
bertentangan dengan qannun UUD 45. Semakin membuat mereka bersikap serampangan
hukum Allah terus ditata dalam pergadaian. Seperti orang jual pakaian di pasar.
Islam itu datang dari Allah dengan sempurna, jadi mematok nilai tinggi jadi
harga mati. Mereka tidak pernah menyerukan amandemen UUD 45 secara total.
Sepatutnya diusulkan untuk mengganti landadasan hukum yang ada dengan Al Quran
dan sunnah bukan dengan Pancasila yang hanya berisi lima butir yang sangat
mudah muncul multitafsir yang disesuaikan dengan keyakinan masing-masing.
Negara kita hidup tanpa aturan Islam
tapi aturan buatan manusia yang setiap waktu dapat diperbaharui jika tidak
sesuai dengan keinginan hati (baca hawa nafsu). Tidak ada kerajaan didalam
kerajaan. Langit dan bumi kerajaan Allah SWT, yang didalamnya terdapat
aturan-aturan yang diperjelas oleh Al Quran dan As Sunnah. Adakah dunia lain
tanpa hukum Allah? Tentu tidak ada, lantas mengapa kalian mengada-adakan hal
yang tidak ada ketentuan dari Al Quraan dan As Sunnah? Saya tidak membenci
saudara yang masih berpartai atau pendukung partai tapi saya khawati mendapat
siksa dunia dan akhirat akibat merubah hukum Allah.
Dimana saat ini mendakwahi kebatilan
dengan terjun kedalam kebatilan bahkan mengajak orang yang memerangi segala
kesubhatan beramai-ramai terjerumus kedalamnya. Logikanya ingin menginsyafkan
perokok tapi memakasakan diri menjadi perokok. Kalaupun mereka berhenti
merokok, tapi apakah Anda tahu waktu nanti? Ternyata sebelum Anda kembali
kedalam jalan yang benar sudah mati duluan. Terus apakah layak mengakhirkan
iman dan mempersilahkan orang tersesat dengan tipu daya dunia untuk kembali
kepada jalan yang benar. Iman kok buat main-main. Mengapa nekat bermain-main
dengan iman dan maut tetapi tidak berani secara keras melawan thoghut? Bukankah
jalan yang lurus dan sesat sudah jelas, lantas mengapa memilih ke subhatan?
Menangkis
Perkataan yang Membuai Partai
Setiap harokah Islam yang diawal
perjuangannya membangun fondasi yang kuat dengan menanakan tauhid yang
benar-benar mendalam, peribatatan yang syar'i, menanakan muamalah dengan alwala
wal bara yang kokoh. Dengan tembok cita-cita pembentukan masyaraka yang sebenar-benarnya
yang di ridhoi Allah swt. Dan dengan atap daulah kilafah islamiyah.
Berbeda dengan aktivis islam yang
belum kuat membentuk fondasi tauhid sudah berani menaungi atap perjuangan
dengan partai politik.
Masih banyak sarana dakwah yang
lebih menyentuh anak terlantar, rakyat miskin, penganguran dan kebodohan. Masih
ada jamaah dakwah keislaman, ormas islam, LSM dll. Parpol jelas selama ini
terbukti gagal.
Kader-kader partai yang mendapat
posisi setrategis tidak banya berbuat justru berkualisi dengan partai berhaluan
lain membentuk haluan baru pragmatisme politis. Perubahan dengan cara tidak
baik hanya akan menimbukan fitnah, kerancuan dan kerusakan pemikiran.
Daya jual mereka adalah menjual
keperihatinan terhadap negri ini yang sangat kaya SDA tapi banyak diangkut
negara luar, investor asing, pengusaha pribumi yang bakhi, dan koruptor.
Kenyataannya retelah duduk diposisi setrategis, power yang dimiliki menjadi
tumpul dan bermutasi menjadi bagian penikmat kekaybn negara.
Mereka duduk dikursi yang empuk,
gaji yang melimpah, Wc pun renovasi dengan biaya 2M. SEMENTARA BANyAK rakyat
MATI kELApaRAN DAN TErinjak ketika berjubelan melihat pejabat pilihannya lewat.
Mereka rela melihat ANAK sd busung lapar dan kurang gizi.
Jika tidak merubah kepemimpinan saat
ini dengan daulah kilafah Islamiyah kondisi saat ini tidak akan berubah.
Sementara partai politik apapun haluanya menawarkan perubahan padahal hanya
mencari kekuasaan dengan potensi melimpah untuk kebutuhan kelangsungan partai
dan anggotanya. Habis pemilu selesai yang dipikirkan kemenangan pemilu lima
tahun kedepan. Mereka memiliki niat menuju kebaikan tetapi menghalalkan segala
cara dengan istihad-istihad penuh kesubhatan.
Diantaranya kekawatiran tidak ada
yang mendakwahi anggota dewan, pemerintah, dan anggota partai berhaluan
demokrasi-kebangsaan. Logikanya seperti ini, ingin mendakwahi peminum miras dan
pecandu narkoba, apakah dengan kediskotik ikut mabuk mabukan? Mendakwahi
orang-orang yang melakukan makar terhadap hukum Allah, apakah ikut mengotak
atik hukum Allah? Bukankah masih ada tempat rehabilitasi bagi pecandu narkoba,
bukankah mereka tidak selamanya di tempat maksiad? Bukankah masih ada tempat
pengajian yang bisa mengarahkan kader partai akan bahaya berhukum thaghut?
Bukankah mereka punya rumah? Mengapa tidak sesekali diajat diskusi dor to dor?
Sekarang mana kader partai yang
sudah di tobatkan partai islam untuk melawan hukum thaghut? Justru semakin
banyak kader partai yang bermasalah hukum dan mereka semula dikelan berahlak
cukup bagus mengemparkan masyarakat luas. Justru kalau ada kader partai yang
mengaku korupsi akan dikucilkan semua anggota partai.
Alasan yang paling sering digunakan
lainya adalah "apakah kita rela negara kita dikuasai orang kafir?"
seolah pertanyaan bagus yang membuat setiap orang tergerak untuk menjaga negara
yang kenyataanya merusak negara. Sehingga orang yang ingin menegakan syariat
Islam tergerak untuk bergabung. Kenyataanya suara mereka setelah bergabung
tenggelam.
Justru menahan seluruh da'i untuk
tidak terjerumus kedalam lubang hitam langkah awal menegakan syariat Islam,
agar mereka lebih dekat dengan rakyat. Sangsi sosial masyaraka terhadap semua
caleg dan calon pemimpin lewat pemilu akan membuat mereka merenung akan
kekeliruan langkah mereka. Dan kalaupun saat ini pemerintahan seluruhnya
dikuasai orang kafir, justru akan membangkitkan kesadaran menegakan Daulah
Kilafah Islamiyah, umat Islam akan bersatu tanpa ragu menegakan Syariat Islam
dan bangkit melawan kaum kufar. Dan perseteruan antara TNI-POLRI Muslim dengan
"teroris" menjadi sirna. TNI-POLRI yang masih memiliki iman akan
bangkit untuk membela agama, dan para "teroris" akan mengerahkan
keahlianya untuk menyelamatkan negara dari kaum kufar. Sehingga mereka bersatu
padu menjadi Mujahid militan yang siap melindungi ulama dan umat muslim, serta
memerangi musuh Islam dengan seluruh yang ada.
Jadi tidak ada alasan untuk
kekufuran bila menggunakan iman bukan hawa nafsu. Justru sikap kader dakwah
untuk tetap berpartai akan merugikan harakah Islam sendiri. Setiap keburukan
kader akan disangkutkan kepada pergerakan. Padahal sudah menjadi alumi apalagi
sikap mendua antara berpartai dan berdakwah. Harakah Islam selayaknya harus
benar-benar seteril dari pemikiran asing dan hasrat kekuasaan dan keleluasaan
duniawi sehingga muncul syahwat untuk berpartai.
Propesionalitas antara berdakwah dan
berparta sangat sulid terwujut dan hanya akan menimbulkan kerancunan berpikir.
Seperti saya jelaskan analogi diatas tentang rokok dan thoghut bermain main
dengan kebatilan dan keimanan resikonya sangat besar dan dapat menyebabkan
ketergelinciran. sengata atau tidak sengaja. Sadar atau tidak sadar.
Kalaudikatakan harus berani mengambil resiko, mengapa tidak berjuang sekuat
tenaga tanpa kompromi melawan hukun thoghut dan menggantinya dengan hukum
Islam. Yang terjadi justru berkompromi dengan kebatilan.
Kita perlu membangkitkan kesadaran
masyarakat agar keritis terhadap pemerintah dan bergerak turun tanganan
bertindak melawan kezaliman dan kesenangan untuk menegakan hukum Allah. Bukan
justru menjadi manusia yang mementingkan golongan.
Perpecahan harakah islam sering kali
berawal dari ulah partai baik yang berhaluan demokrasi-kebangsaan maupun yang
bercita rara islam.
Kami tidak akan mencela saudara yang
ingin menegakan Islam dengan tulus, idealis dan konsisten, tidak berwala dengan
kesesatan dan orang-orang kufar (karena ada partai yang merekrut orang kristen
dan hindu). Dimana sekarang parpol rawan untuk disusupi dan di tunggangi
pengejar kekuasaan duniawiyah. Kita lihat dalam banyak ormas islam yang proses
kaderisasi dilakukan dengan seletif masih ada input yang menyimpang. Apa lagi
parpol yang mencari kader sebanyak mungkin akan mudah untuk dibajak.
Kami masih tetap tinggal dinggal di
indonesia dan tidak tingal di negri yang berhaluan islam karena yang kami cari
perjuangan, pen gorbanan untuk membeli surga Allah. Seorang manusia yang
berhati akan selalu resah bila berada didaerah kondusif sementara tepat asal
begitu memperihatinkan dengan hukum jahiliyah. Sementara kita pergi tanpa
memberikan kontribusi apapun. Justru yang terjadi saat ini penguasa islam duduk
dikursi sofa menjamu musuh Allah bercengkrama menghina pejuang islam sebagai
tindakan konyol.
Kalau Anda menyadari negara ini
terkontaminasi dengan huktm thoghut, lalu mengapa diam saja menikmati produk
hukum thaghut. Bukanya menentang atau memperbaiki. Membiarkan negara ini
menarik pungutan liar, riba, cukai miras dan rokok.
Berbicara idealisme, sikap ini masih
diperlukan dan disertai dengan komitmen, bukan bergandengan dengan hukum
thoghut. Sepatutnya jika memahi mengikuti hukum buatan manusia jangan mengikuti
yang tidak tahu. Kita harus menanamkan masyarakat untuk mengkufuri hukum
thaghut. Meluruskan pemahaman Islam, bukan merusak definisi syuro dengan
pemahaman demokrasi. Segala sesuatu yang haram mau diberi lebel apapun tidak
akan pernah bisa merubah hukum atas hal tersebut. Demokrasi produk pemikiran
kufur sepatutnya kita mengislamkan demokrasi bukan Islam yang didemokrasikan.
Dalam artian merombak total sistem demokrasi yang ada sekarang dengan sistem
Islam. Tentu perubahan sistem ini diawali dari perubahan sistem berpikir
masyarakat kita.
Saat ini tentu secara de facto
sistem Islam belum berkuasa, namun kedatangan Imam Mahdi menjadi sebuah janji
Allah kepada umat islam akan mengalami kemenangan. Maka kita patut ikhtiar
berusaha menggapai kemenangan dan tidak ada yang sia-sia jika dengan tulus
berjuang di jalan Allah. Menunggu kedatangan imam mahdi bukan berdiam diri
namun bergerak dan dipersiapkan dari sekarang. Ketika datangnya imam mahdi kita
diharapkan sudah siap mental ternaga dan perbekalan. Karena setelah datangnya
imam Mahdi tidak secara serta merta meraih kejayaan secara instan tetapi perlu
perjalanan panjang. Dari mengalahkan Dajjal hingga menegakan syariat dibumi
Allah ini.
Sistem Islam saat ini belum ada
kekuasaan menjadi alasan yang sangat realistis untuk kita berkewajiban
menegakan sistem yang haq. Walau saat ini islam belum memiliki wilayah, bukan
berarti menjadi permasalahan untuk tidak berislam secara kaffah.
Bumi ini milik Allah yang diwariskan
untuk orang-orang yang beriman, bukan untuk orang yang melakukan kerusakan.
Karena yang mengontrak itu siapa, orang beriman atau sistem batil?
Saatnya semua pihak bersatu dalam
berdakwah dimanapun berada. Melakukan dakwah kemitraan dengan berbagai harokah
dakwah islam bersama meluruskan umat dan menyatu dengan masyarakat Islam
menebarkan kasih. Mendorong untuk menegakam shalat lima waktu dan memakmurkan
masjid . Membina adik adik kita calon penerus dakwah. Mendorong orang kaya
mensodaqohkan hartanya untuk membiayai anak terlantar, yatim piatu, dan tidak
mampu. Serta mendorong masyarakat miskin untuk berkarya. Sehingga masyarakat
akan sadar siapa yang peduli dengan rakyat aktivis dakwah atau pemerintah.
Orang orang yang tulus ingin menegakan syariat islam dengan benar atau orang
yang menggunakan kedok penegakan syariat Islam untuk kepentingan pribadi.
Sudah saatnya majelis ilmu
menyebarkan murid-muridnya untuk berdiaspora membentuk majelis-majelis ilmu
ditengah masyarakat.
Di ilhami dari diskusi Forum My Quran.dengan tema : "LDK dan Parpol"
Suber berita http://myquran.org/forum/index.php/topic,47356.95/wap.html Halaman: (1 sampai 20).
Maaf mas, rangkumannya baru ditebitkan.
BalasHapus