Jumat, 27 Januari 2012



Harakah perjuangan Islam banyak yang memasuki ranah kehidupan perkuliahan. Sudah sepatutnya semua harokah berkomitmen menegakan syariat Islam didalam kehidupan kampus. Karena mahasiswa sebagai kaum cendekiawan menjadi ujung tombak perubahan negeri ini. Perlu merubah paragdima yang ada dalam cendekiawan kita, tantangan zaman yang dihadapi ditengah umat saat ini bukan sekedar membutuhkan peningkatan kualitas diri namun perlu melakukan perubahan ditengah masyarakat. Dari masyarakat yang bercampur dengan paham dan budaya jahiliyah menuju masyarakat Islami. Potensi yang ada pada cendikiawan kita untuk melakukan perubahan sudah ada seperti  sikap kritis, idealis, dan semangat berjuang yang tinggi. tinggal para dai dan mubaligh menyalurkan potensi mereka ditengah umat Islam.


Harokah dakwah Islamiyah kampus apapun namanya entah dalam bentuk organisasi formal atau yang lain, perlu komitmen dengan penyaluran paham ke Islaman yang dibawa para Ulama diluar kampus dimasukan kedalam kampus. Tentunya dengan gaya dan bahasa anak kampus, agar kampus menjadi wadah ilmu yang diridhoi Allah. Tentu tidak bisa dikatakan organisasi mahasiswa Islam bila mengingkari syariat Islam. Yang ada gerakan penghancur Islam berlogo Islam. Merekruk preman dan pemalas ada bagusnya, agar mereka mapu berubah menjadi lebih baik dan dekat dengan radius dakwah keislaam. Kita harus bertekat mewarnai mereka bukan ketakutan yang tidak ada artinya. Ketakutan yang menyebabkan orang menyembunyikan ilmu, tembang pilih, justru akan menjadi seperti yang ditakutkan nauzubillah. Bukan berarti pula mengarong akidah para preman dengan paham liberal. Yang terrjadi justru semakin rusak dan semakin berutal.
 Karena tak tak sedikit di kampus-kampus banyak organisasi kepemudaan yang dari segi AD/ART simbol dan nama membawa nama Islam tetapi yang diajarkan untuk merusak ajaran Islam itu sendiri. Atau ancaman aliran-aliran sesat yang mengatasnamakan penyucian jiwa. Maka menjadi tantangan besar gerakan dakwah kampus.


Manfaat Dakwah Syar'i


Jika kita kembalikan khitah dakwah maka akan mendatangkan kemanfaatan. Namun jika tercampuri dengan kesubhatan makan yang terjadi kemudharatan. Bila hal itu terjadi maka tujuanawal yang dicita-citakan sulit untuk tercapai.

Harakah dakwah di kampus memiliki peran pemcerahan akhlak dan moral mahasiswa yang haus jiwa mereka dari siraman ruhani. diharapkan dakwah kampus mampu membenahi mahasiswa baru dari kenakalan remaja dahulu yang dia lakukan semasa SMA dan memberikan benteng ilmu untuk menjauhi perbuatan maksiad yang menggejala di abad milenium ini . Tindakan yang persuasif harakah dakwah kampus harus kita akui banyak memberikan terobosan dalam pencerahan hingga dakwah diluar banyak yang belum sanggup menginsyafkan namun dapat mengambil hidayah ketika di kampus.

Sudah keharusan dikampus ataupun disekolahan ada pembinaan agama secara lebih kusus dalam cakupan Harakah Dakwah Islam. Kalau tidak ada, yang terjadi mengaku Islam tetapi tidak mengenal syariat Islam. Terlebih di dunia kampus ancaman paham SEPILIS (Sekularisme, Pluralisme agama, dan Liberalisme) saat ini semakin menjadi-jadi, Nauzubillah.
Namun yang menjadi permasalahan tentu ketika pembinaan dakwah yang dilakukan dikampus kemudian dibajak untuk menjadi kader partai politik. Dakwah selalu dibutuhkan untuk menjaga ukuwah islamiyah umat Islam, namun ketika digiring untuk pemenangan partai tertentu yang terjadi loyatitas tulus untuk berdawah dinodai dengan keinginan-keinginan politis. Koridor dakwah agar generasi muda mampu mentas dari kehidupan jahiliyah yang ditawarkan kaum kufar saat ini, namun ketika berbenturan dengan masalah politik sesuatu yang membahayakan akidah umat dapat di sisihkan dari perioritas dakwah lantaran kekawairan akan berimbas pada perolehan suara.

Kita perlu berpikir jauh kedepan penerus yang lebih kokoh imanya, sangat mengenaskan saat ini perubahan yang semestinya kearah lebih baik justru kecenderungan mundur. Kebanyakan pemuda semakin jauh dengan masjid akibat dunia hiburan yang semakin kompleks menawarkan kesenangan. Hal ini jauh lebih utama dan menjadi tuntunan dan tantangan dakwah kampus.

Kita lihat saat ini tujuan yang semula memberi binaan spiritual diselewengkan untuk menjadi ajang kaderisasi fungsionaris partai politik. Kebanyakan oknum partai politik menyusup kedalam harokah Islam kampus menarik mahasiwa yang masih tercampur dengan pemahaman sekuler dengan tawaran lebih memaknai kalimat lailahailallah. Namun pada kenyataanya lebih menyeru pada ashobiyyah, sikap fanatisme terhadap sesuatu diluar agama. Mengajarkan betapa kerasnya pembelaan ketka pucuk pimpinan partai yang menjadi afiliasi tersandung kasus korupsi, namun ketika partai melakukan tindakan yang merugikan umat Islam sperti pembelaan atau sikap diam terhadap aliran sesat pura-pura tidak tahu.

Sepatutnya dakwah menyeru pada penghambaan kepada Allah dalam dienul Islam, bukan pada dien thoghut. Karena partai itu instrumen yang bisa benar dan bisa salah. Seperti kita ketahui yang terjadi partai itu menyampurkan pemahaman haq dengan pemahan batil sehingga tidak 100% pemahaman Islam.

Karena dakwah rasullulah tidak pernah berdakwah untuk selain Islam dan menjadikan umat bergolong-golongan. Sehinga sebagai generasi penerus dakwa Harokah Islam Kampus perlu objektif dalam bepikir dengan berpijak kepada Al Quraan, Hadis Serta Siroh.

Alibi Parpol Masuk Kedalam Kampus

Patisipasipan memasuki dunia kampus dan sekolah adalah pembinaan agama untuk meningkatan kualitas diri. Mereka merasa perlu memasuki dunia kampus karena sang oknum beranggapan partai sebagai wasilah (sarana) tahap lanjut penegakan Islam dimuka bumi dengan cara praktis. Semula kegiatan peningkatan kualitas diri sangat ditanamkan. Agar kelak mampu membentuk keluarga sakinah dan mampu mendidik generasi pemerus menjadi generasi sholihah. Semulanya mengajak orang lain melakukan kebaikan, namun pada tahapan pengkaderan akhir diajak untuk menjadi kader partai.

Alasan selanjutnya karena terputusnya reorganisasi dakwah di sekolahan setelah lulus, dan di kampus setelah wisuda. Terlebih disekolah umum yang tidak terafiliasi dengan Ormas Islam, akan menjadi sasaran empuk kader parpol untuk menampung alumninya. Dengan alasan tahap pembinaan berdakwah tentu harus ada tinggkatanya dan kalau stagnasi pada suatu tahap akan menzolimi yang lama karena kejenuhan dengan materi itu saja, dan akan memaksa kader baru untuk mengimbangi kader lama. Pemahaman yang menggunakan kaidah konsep pembelajaran Iqro.
Tujuan diadakan Harokah Islam dari pihak pendahulu agar mahasiswa mampu terjun kemasyarakat menanamkan nilai agama. Keterputusan dari haroqah islam dimanfaatkan partai dengan alasan memprogam orang menjadi da'i (penyeru) harus bertahap, kontinyu dan tidak terputus. Dengan dalih ini banyak da'i penyeru umat yang bermutasi menjadi penyeru partai atau juru kampanye ketika pemilu.

Bila agama dikaitkan dengan sikap politis seorang muslim, tentu agama memiliki peranan penting dalam pembentukan perilaku proses gejolak politik didalam masyarakat. Peroses perubahan sistem berpikir mahasiswa yang menjadi lebih Islami diharapkan mampu mewarnai tata sosial masyarakatnya dan mampu merubah sistem politik jahiliyah menjadi sistem politik Islam. Proses pemahaman ini tidak bisa didapatkan secara instan, dengan bergabung kepartai tidak jaminan langsung tahu bakal calon, tujuan, visi dan misinya. Obsesinya lebih kepemenangan pemilu, azas geakan pun banyak tak dihiraukan lagi.

Yang terjadi justru kader partai selama ini yang memegang posisi kekuasaan tidak berkerja salam konteks keislaman. Yang ada menuruti hawa nafsu untuk mengejar kepentingan dunia. Karena pada akhirnya kader yang baru masuk diseret untuk mencari suara rakyat. Jelas ini untuk partai bukan untuk Allah swt. Dimana kita lihat Partai Islam tidak ubahnya seperti partai demokrasi-kebangsaan yang banyak pelanggaran pemilu.



Persentuhan dengan Politik Praktis

Yang menjadi permasalahan saat ini harakah Islam Kampus mulai mengalami persentuhan dengan politik praktis. Baik timbulnya obsesi dari personal kader untuk terjun kedalam politik praktis. Ataupun serangan partai politik yang menjadikan pergerakan dakwah menjadi sasaran tembak mencari massa melalui segelintir oknum yang disusupkan kedalam pergerakan dakwah. Tak heran sekarang aktivis dakwah idntik dengan demontrasi dalam bahasanya turun jalan. Bahkan ada yang hidup dari kepentinngan politik tertentu.

Pencarian massa tersebut dilakukan dengan mengatasnamakan pendidikan politik tetapi dengan kemasan Islam. Yang terjadi bukan mendidik orang memahami kehidupa politik menurut pandangan Islam namun memanfaatkan mahasiswa untuk mencari suara ketika pemilu.

Fenomena pembohongan politik seperti ini sangat berbahaya. Pemahaman menjadi rancu antar politik dan dakwah dicampur adukan. Hidup ini bukan untuk politik, tetapi hidup ini penuh dengan politik. Dimana banyak yang menyerahkan diri untuk mengejar kekuasaan dan sangat mudah dikendalikan oleh oknum-oknum penyuplai dana pelicin naiknya sang penguasa ke tahta tertinggi. Yang terjadi saat inti partai islam mengaku sebagai partai dakwah, setelah didakwahi diajak masuk partai. Semua dipolitisir untuk mendapatkan tahta tertinggi. Sungguh aneh dakwah yang menyeru kepada partai bukan menyeru untuk meninggikan kalimat Allah.

Aksi gerilia partai politik ini menjadi sangat berbahaya terhadap harokah islam kampus terlebih jika kepemimpinan di isi kader-kader partai tertentu. Karena cepat atau lambat kader tersebut mengeret teman-temanya kedalam politk praktis. Tentu kita tidak bisa asal menuduh seseorang karena Allah yang tahu niat seseorang itu yang sebenarnya dalam bertindak. Namun kita mampu perkataan yang diarahkan dan perbuatan yang dilakukan. Niat yang baik sudah sepatutnya direalisasikan dengan cara yang benar.


Kontradiksi Tujuan dan Realisasi

Yang menjadi pertanyaan, legalitas dakwah dan tujuan partai politik partai untuk siapa? Umat Islam atau golongan? Sangat jelas mereka memperjuangkan golongan setelah mereka berada diatas kebanyakan mengikuti arus politik pragmatis. Dimana berbagai partai berbenturan ideologi bersatu dalam kualisi. Sementara yang ideologinya lebih dekat justru saling berhadap-hadapan.

Kontradiksi yang terjadi mereka beranggapan parpol sebagai sarana mempersatukan umat Islam. Yang terjadi justru memecah belah ukuwah Islamiyah. Dimana harokah Islam didalamnya terdapat dua partai yang berideologi sama saling berebut massa.

Atau bahkan partai yang dikenal memiliki kulturtur yang sama antar caleg saling berhadapan untuk menjadi nomer satu. Belum lagi di masyarakat banyak partai Islam yang membingungkan dan menimbulkan sengketa. Di tambah partai berhaluan demokrasi-kebangsaan merekrut tokoh agama untuk menjadi pendukung.

Sikap para kader mencari suara berakibat melupakan fokus utama dalam berdakwah. Mahasiswa yang mengemban misi amar makruf nahi munkar agar terus ber jalan dan terjadi regenerasi berkelanjutan. Justru menjadi bahan baku penghidupan partai dari segi masa penerus partai.

Yang aneh ajakan bergabung dengan kebatilan diklaim sebagai dakwah. Dimana dengan partai demokrasi-kebangsaan, atau ketika menjadi pemimimpin dengan bangsa sekuler membuat produk hukum.

Ketika berada dikursi kekuasaan terjadi tawar menawar hukum Allah untuk diterapkan. Bahkan bersama-sama membuat hukum yang melawan hukum Allah.

Pengajaran akidak dan penanaman siroh menjadi aneh, karena pada akhirnya lari kepartai mencari calon yang ditempatkan kepada majelis musrik. Mana sahadatain hanya secara gelobal tidak dijelaskan maknanya secara harfiah. Jelas Illah segala sesuatu yang diibadahi, ditaati, dengan bentuk ketundukan pada puncak tertinggi. Yang terjadi mereka tunduk dibawah hukum buatan manusia bersumpah untuk menaati Qannun (undang-undang).

Sikap politik Islam adalah menuntut ditegakan syariat Islam tanpa kompromi untuk bermaksiad kepada Allah dan rasul. Sehingga politik Islam harus dipengaruhi niat dakwah, dan dakwah tidak dapat dipengaruhi niat dakwah. Pemutar balikan seperti ini akan berimplikasi politisasi dakwah Islam. Sehingga menegakan syariat islam dengan mengganti sistem kekuasan kufur menjadi daulah islam merupakan bagian Amar makruf nahi nunkar. Bukan malah berangkulan dengan sistem batil.

Harokah Dakwah berbeda dengan berpartai. Dakwah lebin bersifat inklusif, kita dapat mengikuti seruan kebaikan apapun dan dari siapapunselagi sesuai dengan azas islam. A mengajak shalat dan zakat, B mengajak puasa dan sadaqoh. Keduanya bisa dikakukan tanpa saling mengindaikan justru saling mengindahkan dan saling menguatkan. Berbeda dengan partai niat baik yang dilakukan dengan kekeliruan dianggap dakwah.

Kerancuan Meridhoi Hukum Positif

Kerancuan pemikiran pendukung partai islam bahwa negara kita berhukum positif dan kita sulit untuk lepas dari hukum positif. Kalangan antipartai menawarkan sistem berpikir terhadap masyarakat untuk mengkufuri hukum thoghut dan berniat untuk menyelisihinya. Malah kami yang memperjuangkan hukum Allah di minta untuk hengkang dari Indonesia yang penuh kerusakan akibat ulah manusia merubah hukum Allah. Ini bumi Allah! Yang pantas menetapkan hukum itu bukan keinginan orang banyak, tapi Allah! Jadi siapa yang harus pergi dari lagit dan bumi Allah? Keragaman yang menjadi alasan telah membuat semuanya berani lantang melawan hukum Allah, tak heran kita pernah bertubi-tubi mendapat bencana alam.

Anggapan keliru untuk mempertahankan status quo bahwa pada dasarnya semua aktifis Islam dinegara ini pelaku pasif hukum positif. Secara tidak langsung juga masyarakat awam menjadi pelaku pasif hukum positif.

Masyarakat awam mereka tidak tahu mengapa Anda yang mengetahui hal tersebut justru pasrah dan menikmatinya? Kita tahu rokok itu berbahaya, bahkan perokok pasif akan mendapatkan bahaya yang lebih. Kalau logika ini yang digunakan lantas mengapa harus ridho dengan kemungkaran. Apakah Allah menyuruh kita ikhlas menerima kezaliman yang dilakukan orang lain, atau kita diperintahkan untuk ikhtiar melawan kemungkaran? Hal yang sangat rancu tidak ada niat untuk menjauhi hukum positif (perokok aktif) justru malah mendekati. Tentu banyak yang sulit untuk menghindar dari perokok, namun apakah ketika mereka merokok dan asabnya menyebar apa kita mendekatinya dan menghirupnya dalam dalam (ridho)? Apakah ada pahala mendzolimi diri sendiri? Apakah hukumnya orang yang paham kemungkaran tetapi meridhoi dan rela didzalimi?

Kemudian ketidak pahaman mereka dengan hukum kemaslahatan. Memakai helm dan berjalan di sebelah kiri itu bisa dikatakan hukum kebiasaan yang baik. Bukan karena takut dengan pak polisi tapi karena untuk keselamatan diri. Orang-orang yang mati kecelakaan karena tidak memakai helm bukan termasuk orang yang mati melawan hukum thoghut, tetapi orang-orang yang mencelakakan diri sendiri.

Kemudian anggapan kami, masyarakat, dan pengacara muslim lari kepihak berwajib bila ada masalah pelanggaran. Ini jauh lebih rancu yang menjadi masalah ketika ditegakan hukum Allah justru meminta hukum lain ini yang termasuk kekufuran. Kami tidak pernah ridho dengan hukum tersebut, tapi kami menuntut hak kami yang dirampas. Serta melindungi saudara yang terzalimi. Mengapa kalian tidak menggunakan hukum Islam ketika dianggap tidak menguntungkan? Siapa yang zhalim kami yang hanya mengambil hukum buatan manusia yang menguntungkan umat Islam dan menolak secara total hukum yang mendustakan syariat Allah. Atau kalian yang mengambil hukum Allah yang menguntungkan diri kalian dan menanggalkan hukum Allah yang tidak sesuai dengan hasrat keduniawian kalian? Kami mementingkan keterjagaan iman kami, sementara kalian mementingkan hawa nafsu.

Bergabung dengan Proses Pembuatan Hukum Thoghut

Kerancuan selanjutnya melawan hukum positif dengan terlibat agar lebih Islam. Inilah racun pemikiran yang kader partai suntikkan kepada para da'i, ustad, bahkan ulama. Sangat aneh hukum Allah ditegakan melalu penggadaian iman dan tukar-guling kekuasaan. Padahal Allah memberi apapun kebutuhan kita dengan segala kasih.

Mereka memfoting hukum Allah sesuka mereka. Apakah dakwah seperti ini? Mendakwahi perokok harus jadi perokok dahulu? Pengorbanan yang aneh para perokok tobat tapi Anda mati akibat merokok!
Mereka berpikir harus optimis menegakan hukum Allah dengan terlibat dalam perpolitikan. Optimis kok melawan maut. Optimis kok bermain main dengan iman.

Kerancuan Mementingkan Massa dari pada Dakwah

Mereka berdalih tujuan dakwah masuk kampus mencari massa merupakan salah satu tujuan setrategi dakwah. Tentu setiap agama akan senang bila jamaahnya bertambah. Namun bukan berarti menghalalkan segala cara sampai memberi ketakutan dengan fatwa golput haram, menganti lebel mony politik dengan sedekah politik, melakukan kemubaziran, dan merekrut orang kafir. Ada benarnya mencari massa bagian setrategi dakwah tetapi dalam dakwah kadernya digiring kepada Islam bukan partai, kepentingan golongan, dan perorangan. Dana dakwah lebih untuk pembinaan bukan kampanye.

Karena tujuan pokok dakwah rasullulah bukan mencari massa tapi menanamkan ketahuiidan aqidah yang haq kepada umat. Bukan mendapat dan mencari massa yang banyak. Apa artinya banyak massa tapi akidahnya plural. Yang paling penthng Allah ridho dengan dakwah kita dan tidak mengatas namakan dengan sesuatu apapun untuk kepentingan individu atau kelompok.

Dakwah itu usaha terus-menerus kepada masyarakat agar menerima syariat dan bergandengan  menegakan syariat Islam. Dalam dakwah peroses lebih utama dari pada hasil. Seperti yang saya jelaskan dulu, dalam berpikir mementingkan hasil agar mampu menangkap berbagai ide kemudian memilih keputusan. Dan dalam realisasinya lebih mengutamakan proses. Karena jika mengutamakan hasil justru tidak berhasil. Karena akan timbul sikap prustasi dan mudah putus asa.

Dakwah harus memiliki misi yang jelas menanamkan tauhid bukan menanamkan masyarakat untuk mengikuti individu dan kelompok mendapatkan keleluasaan dalam berkuasa. Jika dakwah hanya mencari massa apa bedanya dengan Penginjil Keristen? Dimana mereka memberikan sekotak mie instan bisa pindah agama tapi tidak tahu untuk apa menjalankan agama. Seperti halnya kaum partai memberikan kaos dan setiker agar dipilih dalam pemilu tidak peduli akidah pemilih yang masih plural. Dapat dimaklumi kader partai tersebut kurang mendapat binaaan dalam masalah agama.

Sementara partai yang bercita rasa Islam justru mengatakan dalam setiap kampanye demokrasi-kebangsaan sesuai dengan Islam. Tidak ubahnya seperti partai berhaluan demokrasi-kebangsaan yang mencari pembenaran dengan dalil serampangan. Bahkan partai islam dengan sekehendak hati mengharamkan golongan putih didepan umum tetapi tidak berani mengharamkan demokrasi. Hanya suara sayup-sayup di forum kecil demokrasi itu haram. Apakah mereka lebih takut dengan KPU jika mereka mengharamkan demokrasi kepartaianya akan dibekukan? Apakah mereka tidak yakin dengan pertolongan Allah? Padahal masyarakat lebih suka kelompok yang konsisten dan komitmen.

Kita lihat sekarang semakin demokrasi pemerintahan semakin jauh dari rakyat. Semakin besar massa Partai Islam sangat mudah disusupi orang-orang berhati kotor. Terlihat sekarang kader partai islam bersaing dengan partai demokrasi-kebangsaan melakukan tindakan amoral.

Apa yang kita dapatkan selama ini dengan tetap bersinergi dengan tata hukum yang berlaku selama ini? Justru semakin amburadul, usaha setengah hati yang dilakukan partai islam justru terancam gagal. Banyak perda syariat yang terancam dicabut lantaran bertentangan dengan qannun UUD 45. Semakin membuat mereka bersikap serampangan hukum Allah terus ditata dalam pergadaian. Seperti orang jual pakaian di pasar. Islam itu datang dari Allah dengan sempurna, jadi mematok nilai tinggi jadi harga mati. Mereka tidak pernah menyerukan amandemen UUD 45 secara total. Sepatutnya diusulkan untuk mengganti landadasan hukum yang ada dengan Al Quran dan sunnah bukan dengan Pancasila yang hanya berisi lima butir yang sangat mudah muncul multitafsir yang disesuaikan dengan keyakinan masing-masing.

Negara kita hidup tanpa aturan Islam tapi aturan buatan manusia yang setiap waktu dapat diperbaharui jika tidak sesuai dengan keinginan hati (baca hawa nafsu). Tidak ada kerajaan didalam kerajaan. Langit dan bumi kerajaan Allah SWT, yang didalamnya terdapat aturan-aturan yang diperjelas oleh Al Quran dan As Sunnah. Adakah dunia lain tanpa hukum Allah? Tentu tidak ada, lantas mengapa kalian mengada-adakan hal yang tidak ada ketentuan dari Al Quraan dan As Sunnah? Saya tidak membenci saudara yang masih berpartai atau pendukung partai tapi saya khawati mendapat siksa dunia dan akhirat akibat merubah hukum Allah.

Dimana saat ini mendakwahi kebatilan dengan terjun kedalam kebatilan bahkan mengajak orang yang memerangi segala kesubhatan beramai-ramai terjerumus kedalamnya. Logikanya ingin menginsyafkan perokok tapi memakasakan diri menjadi perokok. Kalaupun mereka berhenti merokok, tapi apakah Anda tahu waktu nanti? Ternyata sebelum Anda kembali kedalam jalan yang benar sudah mati duluan. Terus apakah layak mengakhirkan iman dan mempersilahkan orang tersesat dengan tipu daya dunia untuk kembali kepada jalan yang benar. Iman kok buat main-main. Mengapa nekat bermain-main dengan iman dan maut tetapi tidak berani secara keras melawan thoghut? Bukankah jalan yang lurus dan sesat sudah jelas, lantas mengapa memilih ke subhatan?

Menangkis Perkataan yang Membuai Partai

Setiap harokah Islam yang diawal perjuangannya membangun fondasi yang kuat dengan menanakan tauhid yang benar-benar mendalam, peribatatan yang syar'i, menanakan muamalah dengan alwala wal bara yang kokoh. Dengan tembok cita-cita pembentukan masyaraka yang sebenar-benarnya yang di ridhoi Allah swt. Dan dengan atap daulah kilafah islamiyah.

Berbeda dengan aktivis islam yang belum kuat membentuk fondasi tauhid sudah berani menaungi atap perjuangan dengan partai politik.

Masih banyak sarana dakwah yang lebih menyentuh anak terlantar, rakyat miskin, penganguran dan kebodohan. Masih ada jamaah dakwah keislaman, ormas islam, LSM dll. Parpol jelas selama ini terbukti gagal.

Kader-kader partai yang mendapat posisi setrategis tidak banya berbuat justru berkualisi dengan partai berhaluan lain membentuk haluan baru pragmatisme politis. Perubahan dengan cara tidak baik hanya akan menimbukan fitnah, kerancuan dan kerusakan pemikiran.

Daya jual mereka adalah menjual keperihatinan terhadap negri ini yang sangat kaya SDA tapi banyak diangkut negara luar, investor asing, pengusaha pribumi yang bakhi, dan koruptor. Kenyataannya retelah duduk diposisi setrategis, power yang dimiliki menjadi tumpul dan bermutasi menjadi bagian penikmat kekaybn negara.

Mereka duduk dikursi yang empuk, gaji yang melimpah, Wc pun renovasi dengan biaya 2M. SEMENTARA BANyAK rakyat MATI kELApaRAN DAN TErinjak ketika berjubelan melihat pejabat pilihannya lewat. Mereka rela melihat ANAK sd busung lapar dan kurang gizi.

Jika tidak merubah kepemimpinan saat ini dengan daulah kilafah Islamiyah kondisi saat ini tidak akan berubah. Sementara partai politik apapun haluanya menawarkan perubahan padahal hanya mencari kekuasaan dengan potensi melimpah untuk kebutuhan kelangsungan partai dan anggotanya. Habis pemilu selesai yang dipikirkan kemenangan pemilu lima tahun kedepan. Mereka memiliki niat menuju kebaikan tetapi menghalalkan segala cara dengan istihad-istihad penuh kesubhatan.

Diantaranya kekawatiran tidak ada yang mendakwahi anggota dewan, pemerintah, dan anggota partai berhaluan demokrasi-kebangsaan. Logikanya seperti ini, ingin mendakwahi peminum miras dan pecandu narkoba, apakah dengan kediskotik ikut mabuk mabukan? Mendakwahi orang-orang yang melakukan makar terhadap hukum Allah, apakah ikut mengotak atik hukum Allah? Bukankah masih ada tempat rehabilitasi bagi pecandu narkoba, bukankah mereka tidak selamanya di tempat maksiad? Bukankah masih ada tempat pengajian yang bisa mengarahkan kader partai akan bahaya berhukum thaghut? Bukankah mereka punya rumah? Mengapa tidak sesekali diajat diskusi dor to dor?

Sekarang mana kader partai yang sudah di tobatkan partai islam untuk melawan hukum thaghut? Justru semakin banyak kader partai yang bermasalah hukum dan mereka semula dikelan berahlak cukup bagus mengemparkan masyarakat luas. Justru kalau ada kader partai yang mengaku korupsi akan dikucilkan semua anggota partai.

Alasan yang paling sering digunakan lainya adalah "apakah kita rela negara kita dikuasai orang kafir?" seolah pertanyaan bagus yang membuat setiap orang tergerak untuk menjaga negara yang kenyataanya merusak negara. Sehingga orang yang ingin menegakan syariat Islam tergerak untuk bergabung. Kenyataanya suara mereka setelah bergabung tenggelam.

Justru menahan seluruh da'i untuk tidak terjerumus kedalam lubang hitam langkah awal menegakan syariat Islam, agar mereka lebih dekat dengan rakyat. Sangsi sosial masyaraka terhadap semua caleg dan calon pemimpin lewat pemilu akan membuat mereka merenung akan kekeliruan langkah mereka. Dan kalaupun saat ini pemerintahan seluruhnya dikuasai orang kafir, justru akan membangkitkan kesadaran menegakan Daulah Kilafah Islamiyah, umat Islam akan bersatu tanpa ragu menegakan Syariat Islam dan bangkit melawan kaum kufar. Dan perseteruan antara TNI-POLRI Muslim dengan "teroris" menjadi sirna. TNI-POLRI yang masih memiliki iman akan bangkit untuk membela agama, dan para "teroris" akan mengerahkan keahlianya untuk menyelamatkan negara dari kaum kufar. Sehingga mereka bersatu padu menjadi Mujahid militan yang siap melindungi ulama dan umat muslim, serta memerangi musuh Islam dengan seluruh yang ada.

Jadi tidak ada alasan untuk kekufuran bila menggunakan iman bukan hawa nafsu. Justru sikap kader dakwah untuk tetap berpartai akan merugikan harakah Islam sendiri. Setiap keburukan kader akan disangkutkan kepada pergerakan. Padahal sudah menjadi alumi apalagi sikap mendua antara berpartai dan berdakwah. Harakah Islam selayaknya harus benar-benar seteril dari pemikiran asing dan hasrat kekuasaan dan keleluasaan duniawi sehingga muncul syahwat untuk berpartai.

Propesionalitas antara berdakwah dan berparta sangat sulid terwujut dan hanya akan menimbulkan kerancunan berpikir. Seperti saya jelaskan analogi diatas tentang rokok dan thoghut bermain main dengan kebatilan dan keimanan resikonya sangat besar dan dapat menyebabkan ketergelinciran. sengata atau tidak sengaja. Sadar atau tidak sadar. Kalaudikatakan harus berani mengambil resiko, mengapa tidak berjuang sekuat tenaga tanpa kompromi melawan hukun thoghut dan menggantinya dengan hukum Islam. Yang terjadi justru berkompromi dengan kebatilan.

Kita perlu membangkitkan kesadaran masyarakat agar keritis terhadap pemerintah dan bergerak turun tanganan bertindak melawan kezaliman dan kesenangan untuk menegakan hukum Allah. Bukan justru menjadi manusia yang mementingkan golongan.

Perpecahan harakah islam sering kali berawal dari ulah partai baik yang berhaluan demokrasi-kebangsaan maupun yang bercita rara islam.

Kami tidak akan mencela saudara yang ingin menegakan Islam dengan tulus, idealis dan konsisten, tidak berwala dengan kesesatan dan orang-orang kufar (karena ada partai yang merekrut orang kristen dan hindu). Dimana sekarang parpol rawan untuk disusupi dan di tunggangi pengejar kekuasaan duniawiyah. Kita lihat dalam banyak ormas islam yang proses kaderisasi dilakukan dengan seletif masih ada input yang menyimpang. Apa lagi parpol yang mencari kader sebanyak mungkin akan mudah untuk dibajak.

Kami masih tetap tinggal dinggal di indonesia dan tidak tingal di negri yang berhaluan islam karena yang kami cari perjuangan, pen gorbanan untuk membeli surga Allah. Seorang manusia yang berhati akan selalu resah bila berada didaerah kondusif sementara tepat asal begitu memperihatinkan dengan hukum jahiliyah. Sementara kita pergi tanpa memberikan kontribusi apapun. Justru yang terjadi saat ini penguasa islam duduk dikursi sofa menjamu musuh Allah bercengkrama menghina pejuang islam sebagai tindakan konyol.

Kalau Anda menyadari negara ini terkontaminasi dengan huktm thoghut, lalu mengapa diam saja menikmati produk hukum thaghut. Bukanya menentang atau memperbaiki. Membiarkan negara ini menarik pungutan liar, riba, cukai miras dan rokok.

Berbicara idealisme, sikap ini masih diperlukan dan disertai dengan komitmen, bukan bergandengan dengan hukum thoghut. Sepatutnya jika memahi mengikuti hukum buatan manusia jangan mengikuti yang tidak tahu. Kita harus menanamkan masyarakat untuk mengkufuri hukum thaghut. Meluruskan pemahaman Islam, bukan merusak definisi syuro dengan pemahaman demokrasi. Segala sesuatu yang haram mau diberi lebel apapun tidak akan pernah bisa merubah hukum atas hal tersebut. Demokrasi produk pemikiran kufur sepatutnya kita mengislamkan demokrasi bukan Islam yang didemokrasikan. Dalam artian merombak total sistem demokrasi yang ada sekarang dengan sistem Islam. Tentu perubahan sistem ini diawali dari perubahan sistem berpikir masyarakat kita.

Saat ini tentu secara de facto sistem Islam belum berkuasa, namun kedatangan Imam Mahdi menjadi sebuah janji Allah kepada umat islam akan mengalami kemenangan. Maka kita patut ikhtiar berusaha menggapai kemenangan dan tidak ada yang sia-sia jika dengan tulus berjuang di jalan Allah. Menunggu kedatangan imam mahdi bukan berdiam diri namun bergerak dan dipersiapkan dari sekarang. Ketika datangnya imam mahdi kita diharapkan sudah siap mental ternaga dan perbekalan. Karena setelah datangnya imam Mahdi tidak secara serta merta meraih kejayaan secara instan tetapi perlu perjalanan panjang. Dari mengalahkan Dajjal hingga menegakan syariat dibumi Allah ini.

Sistem Islam saat ini belum ada kekuasaan menjadi alasan yang sangat realistis untuk kita berkewajiban menegakan sistem yang haq. Walau saat ini islam belum memiliki wilayah, bukan berarti menjadi permasalahan untuk tidak berislam secara kaffah.

Bumi ini milik Allah yang diwariskan untuk orang-orang yang beriman, bukan untuk orang yang melakukan kerusakan. Karena yang mengontrak itu siapa, orang beriman atau sistem batil?

Saatnya semua pihak bersatu dalam berdakwah dimanapun berada. Melakukan dakwah kemitraan dengan berbagai harokah dakwah islam bersama meluruskan umat dan menyatu dengan masyarakat Islam menebarkan kasih. Mendorong untuk menegakam shalat lima waktu dan memakmurkan masjid . Membina adik adik kita calon penerus dakwah. Mendorong orang kaya mensodaqohkan hartanya untuk membiayai anak terlantar, yatim piatu, dan tidak mampu. Serta mendorong masyarakat miskin untuk berkarya. Sehingga masyarakat akan sadar siapa yang peduli dengan rakyat aktivis dakwah atau pemerintah. Orang orang yang tulus ingin menegakan syariat islam dengan benar atau orang yang menggunakan kedok penegakan syariat Islam untuk kepentingan pribadi.

Sudah saatnya majelis ilmu menyebarkan murid-muridnya untuk berdiaspora membentuk majelis-majelis ilmu ditengah masyarakat.
  
Di ilhami dari diskusi Forum My Quran.dengan tema : "LDK dan Parpol"

Suber berita http://myquran.org/forum/index.php/topic,47356.95/wap.html Halaman: (1 sampai 20).

1 komentar :